50
f. Jaminan  kebendaan  hipotik  harus  otentikpasal  1162  dan  seterusnya
1171, 1195 dan 1196 BW juncto peraturan agrarian. 3.
Akta-akta  yang  menyangkut  hukum  perikatan  verbintenissen  recht, Burgerlijk Wetboek buku III, antara lain:
a. Berbagai  macamjenis  jual  beli  pasal  1457  dan  seterusnya  BW,  untuk
tanah dengan PPAT. b.
Berbagai  macamjenis  tukar  menukar  Pasal  1541  dan  seterusnya  bw, untuk tanah dengan akta PPAT.
c. Berbagai macamjenis sewa-menyewa Pasal 1548 dan seterusnya BW
d. Macam-macam  perjanjian  perburuhanhubungan  kerja  Pasal  1601  dan
seterusnya BW e.
Aneka  perjanjian  pemborongan  pekerjaan  Pasal  1064  dan  seterusnya BW
f. Rupa-rupa persekutuanperseroan maatschap Pasal 1618 dan seterusnya
BW g.
Berbagai jenis perkumpulan Pasal 1653 dan seterusnya BW h.
Berbagai hibah Pasal 1666 dan seterusnya BW, untuk tanah dengan akta PPAT harus otentikPasal 1682 BW
i. Rupa-rupa penitipan barang pasal 1964 dan seterusnya BW
j. Aneka perjanjian tentang pinjam pakai Pasal 1740 dan seterusnya BW
k. Berbagai perjanjian pinjam-meminjamkredithutang uang dan sebagainya
Pasal 1754 dan seterusnya BW
51
l. Rupa-rupa  pemberian  kuasa,  khusus  maupun  umum  Pasal  1792  dan
seterusnya BW m.
Penanggung utangjaminan peribadi Pasal 1820 BW n.
Perdamaian dalam berbagai masalah Pasal 1851 dan seterusnya BW o.
“seribu  satu”  tidak  terduga  banyaknya  macam  kontrak  inominat  atas dasar  Pasal  1338  Jis  Pasal  1319,  1233,  dan  seterusnya  serta  1313  dan
seterusnya BW 4.
Akta-akta  yang  menyangkut  hukum  dagangperusahaan  Wetboek  van Koophandel dan lain-lain, antara lain:
a. Berbagai  perseroan  Maatschap,  Firma,  Comanditair  Vennotschap,
Perseroan  Terbatas  biasa,  Penanaman  Modal  Dalam  Negeri  dan Penanaman  Modal  Asing,  Persero,  Perseroan  Indonesia  atas  Saham,  baik
pendirian, perubahan, pembukuan maupun pembubarannyaserta gabungan beberapa perusahaan atau merger dan lain sebagainya.
b. Protes non pembayaranakseptasi harus otentikPasal 132 dan 143 WvK
c. Berbagai  perantara  dagang,  seperti  perjanjian  keagenan  dagang  dan
kontrak perburuhan dengan pedagang keliling. d.
Akta-akta  yang  menyangkut  badan-badan  social  atau  kemanusiaan zedelijke lichamen, seperti perkumpulan yayasan harusbisa otentik dan
wakaf.
25
25
Abdul  Ghofur  Anshori,  Lembaga  Kenotariatan  Indonesia  Perspektif  Hukum  dan  Etika, Yogyakarta: UII Press, 2009, h. 23-25.
52
F. Asas-Asas Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris
Asas  aau  prinsip  merupakan  sesuatu  yang  dapat  dijadikan  sebagai  alas, dasar, tumpuan, tempat untuk menyandarkan sesuatu, mengembalikan sesuatu hal
yang  hendak  dijelaskan.  Asas  hukum  mengandung  nilai-nilai  dan  tuntutan- tuntutan etis, sehingga ia merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum
dengan  cita-cita  social  dan  pandangan  etis  masyarakatnya.  Melalui  asas  hukum ini,  peraturan-peraturan  hukum  berubah  sifatnya  menjadi  bagian  dari  suatu
tatanan etis
26
Dalam  asas-asas  pemerintahan  yang  baik  AUPB  dikenal  asas-asas sebagai berikut
1. Asas persamaan;
2. Asas kepercayaan;
3. Asas kepastian hukum;
4. Asas kecermatan;
5. Asas pemberian alasan;
6. Larangan penyalah gunaan wewenang;
7. Larangan bertindak sewenang-wenang.
Untuk  kepentingan  pelaksanaan  tugas  jabatan  notaris,  ditambah  dengan asas  proporsionalitas  dan  asas  profesionalitas.  Asas-asas  tersebut  dapat  diadopsi
26
Mulyadi,  Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Indikator Tugas-Tugas Jabatan Notaris yang Berimplikasi Perbuatan pidana, h. 21.
53
sebagai asas-asas yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan tugas jabatan notaris,  sebagai  asas-asas  pelaksanaan  tugas  jabatan  notaris  yang  baik,  dengan
substansi dan pengertian untuk kepentingan notaris, sebagai berikut; 1.
Asas Persamaan Sesuai  dengan  perkembangan  jaman,  institusi  notaris  telah  menjadi
bagian  dari  masyarakat  Indonesia,  dan  dengan  lahirnya  UUJN  semakin meneguhkan  institusi  notaris.  Dalam  memberikan  pelayanan  kepada
msyarakat tidak membeda-bedakan satu dengan lainnya berdasarkan keadaan social-ekonomi atau alasan lainnya. Alasan-alasan seperti ini tidak dibenarkan
untuk  dilakukan  oleh  notaris  dalam  melayani  masyarakat,  hanya  alasan hukum yang dapat dijadikan dasar bahwa notaris dapat tidak memberikan jasa
kepada yang menghadap notaris. Bahkan dalam keadaan tertentu notaris wajib memberikan  jasa  hukum  di  bidang  kenotariatan  secara  cuma-cuma  kepada
yang tidak mampu Pasal 37 UUJN. 2.
Asas Kepercayaan Jabatan  notaris  merupakan  jabatan  kepercayaan  yang  harus  selaras
dengan  mereka  yang  menjalankan  tugas  jabatan  notaris  sebagai  orang  yang dapat  dipercaya.  Notaris  sebagai  jabatan  kepercayaan  tidak  berarti  apa-apa,
jika ternyata mereka  yang menjalankan tugas jabatan sebagai  notaris  sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, sehingga hal tersebut, antara jabatan notaris
dan  pejabatnya  yang  menjalankan  tugas  jabatan  notaris  harus  sejalan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
54
Notaris  sebagai  jabatan  kepercayaan  wajib  untuk  menyimpan  rahasia mengenai  akta  yang  dibuatnya  dan  keteranganpernyataan  para  pihak  yang
diperoleh  dalam  pembuatan  akta,  kecuali  undang-undang  memerintahkannya untuk  membuka  rahasia  dan  memberikan  keterangantersebut  kepada  pihak
yang  memintannya.  Tindakan  seperti  ini  merupakan  suatu  kewajiban  notaris berdasarkan  ketentuan  Pasal  4  ayat  2  UUJN  dan  Pasal  16  ayat  1  huruf  e
UUJN.  Jika  ternyata  notaris  sebagai  saksi  atau  tersangka,  tergugat  ataupun dalam  pemeriksaan  oleh  majelis  pengawas  notaris  membuka    rahasia  dan
memberikan  keterangan  pernyataan  yang  seharusnya  wajib  dirahasiakan, sedangkan  undang-undang  tidak  memerintahkannya,  maka  aras  pengaduan
pihak  yang  merasa  dirugikan  kepada  pihak  yang  berwajib  dapat  diambil tindakan  terhadap  notaris  tersebut,  notaris  seperti  ini  dapat  dikenakan    Pasal
22 ayat  1 KUHP,  yaitu membongkar  rahasia, padahal  notaris berkewajiban untuk menyimpannya.
3. Asas Kepastian Hukum
Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif  kepada  aturan  hukum  yang  berkaitan  dengan  segala  tindakan  yang
akan  diambil  untuk  kemudian  dituangkan  dalam  akta.bertindak  berdasarkan aturan  hukum  yang  berlaku  akan  memberikan  kepastian  kepada  para  pihak,
bahwa  akta  yang  dibuat  di  hadapan  atau  oleh  notaris  yelah  sesuai  dengan aturan  hukum  yang  berlaku,  sehingga  jika  terjadi  permasalahan,  akta  notaris
dapat dijadikan pedoman oleh para pihak.
55
4. Asas Kecermatan
Notaris  dalam  mengambil  suatu  tindakan  harus  dipersiapkan  dan didasarkan  pada  aturan  hukum  yang  berlaku.  Meneliti  semua  bukti  yang
diperlihatkan  kepada  notaris  dan  mendengarkan  keterangan  atau  pernyataan para pihak wajib dilakukan sebagai bahan dasar untuk dituangkan dalam akta.
Asas  kecermatan  ini  merupakan  penerapan  dari  Pasal  16  ayat  1  huruf  a, antara lain dalam menjalankan tugas jabatannya wajib bertindak seksama.
5. Asas Pemberian Alasan
Setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris harus mempunyai alasan  dan  fakta  yang  mendukung  untuk  akta  yang  bersangkutan  atau  ada
pertimbangan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihakpenghadap. 6.
Larangan Penyalahgunaan Wewenang Pasal  15  UUJN  merupakan  batas  kewenangan  notaris  dalam
menjalankan  tugas  jabatannya.  Penyalahgunaan  wewenang  yaitu  suatu tindakan  yang  dilakukan  oleh  notaris  di  luar  dari  wewenang  yang  telah
ditentukan. Jika notaris membuat suatu tindakan di luar wewenang yang telah ditentukan,  maka  tindakan  notaris  dapat  disebut  sebagai  tindakan
penyalahgunaan wewenang.jika tindakan seperti merugikan para pihak, maka para pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut notaris.
7. Larangan Bertindak Sewenang-wenang
Notaris  dalam  menjalankan  tugas  jabatannya  dapat  menentukan, tindakan  para  pihak  dapat  dituangkan  dalam  bentuk  akta  notaris  atau  tidak.