30
pertanggung jawaban notaris terhadap akta otentik yang mengandung keterangan palsu, bagaimana sanksi yang diberikan kepada penghadap yang memberikan
keterangan palsu dalam akta otentik, dan bagaimana akibat hukumnya terhadap akta otentik yang mengandung keterangan palsu.
15
4. Dalil As-Sunnah
“dari ubadah ibnu shamid ra, bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda: “sesungguhnya pertama kali yang diciptakan oleh Allah adalah al-
kalam atau pena. Allah memerinta hkan kepada pena “tulislah”. Pena itu
bertanya: “Ya Tuhan, apakah yang saya harus tuliskan? Allah menjawab: “tulislah segala sesuatu yang ada sampai dating hari kiamat.HR Al-Baihaqi,
Turmuzi, dan Abu Dawud “dari Annas Ibnu Malik meriwayatkan bahwa Nabi bersabda: “ikatlah
ilmu itu dengan tulisan. HR Turmuzi, Ad darimi
15
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 24.
31
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA OTENTIK DAN NOTARIS SELAKU
PEJABAT UMUM
A. Pengertian Akta Otentik
Akta Otentik ialah akta yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang yang memuat atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan
atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pejabat umum pembuat akta itu. Pejabat umum yang dimaksud adalah notaris, hakim, juru sita pada suatu
pengadilan, pegawai pencatatan sipil, dan sebagainya. Suatu akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi
para pihak beserta seluruh ahli warisnya atau pihak lain yang mendapat hak dari para pihak. Sehingga apabila suatu pihak mengajukan suatu akta otentik, hakim
harus menerimanya dan menganggap apa yang dituliskan di dalam akta itu sungguh-sungguh terjadi, sehingga hakim itu tidak boleh memerintahkan
penambahan pembuktian lagi.
1
1
Artikel diakses pada 26 September 2013 dari internet di http:rahmadvai..com201404pengertian-dan-perbedaan-akta-otentik.html
.
32
B. Pemalsuan Akta Otentik
Kejahatan pemalsuan surat pada umumnya adalah berupa pemalsuan surat dalam bentuk pokok bentuk standar yang dimuat dalam pasal 264, yang
merumuskan adalah sebagai berikut:
2
1 Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun, jika dilakukan terhadap: 1.
Akta-akta otentik 2.
Surat hutang atau sertifikat hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun dari suatu lembaga umum;
3. Surat sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari sesuatu
perkumpulan, yayasan, perseroan atau maskapai; 4.
Talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat yang diterangkan dalam 2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan
sebagai pengganti surat-surat itu; 5.
Surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk diedarkan 2
Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati
atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan kerugian.
2
Darus Badrulzaman Mariam, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung: Alumni, 1996, h. 24.