2 Klinik 2
Baik 3 Gereja
1 Baik
4 Jalan Baik
Sumber : Kepala Desa Parulohan Tahun 2007
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa didaerah penelitian terdapat sekolah yakni TK dan SD sebanyak 1 unit, klinik 2 unit, gereja 1 unit. Adapun
jalan yang ada didaerah penelitian kondisinya baik yaitu sudah diaspal tetapi angkutan belum lancar. Angkutan roda empat ke desa ini ada pada saat hari pekan.
Untuk sarana pendidikan, pada umumnya baik karena gedungnya sudah permanen sehinga anak-anak tidak perlu pergi ke desa lain untuk menuntut ilmu.
Untuk sarana kesehatan, di Desa Parulohan terdapat 2 unit klinik sehinga masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan perawatan kesehatan.
2. Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik Petani Sampel yang dimaksud disini meliputi : Umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, luas lahan, jumlah
tanggungan keluarga, pendapatan di luar usahatani kopi, dan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Parulohan No Karakteristik
Petani Sampel
Satuan Range
Strata I
Strata II
Janiar Elisabet L.Tobing : Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Dan Sikapnya Terhadap Peran Ganda Dalam Rumah Tangga Studi Kasus : Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang
Hasundutan, 2009 USU Repository © 2009
1 2
3 4
5 6
7
8 Umur
Tingkat Pendidikan Formal Pengalaman Bertani
Tingkat Kosmopolitan Luas Lahan
Jumlah Tanggungan Keluarga
Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Pendapatan Diluar Usahatani Kopi
Tahun Tahun
Tahun Score
Ha Jiwa
HKPThn
Rp Thn 26 - 62
0 - 12 5 - 41
2 - 19 0,08 – 1,3
2 – 9
500 – 2500
327000 - 21352500
39,10 7,25
15,55 9,6
0,25 4,75
1110
8503850 47,80
4,50 25,60
10,9 0,82
4,50
1523,6
8509200
Sumber:Analisis Data Primer Lampiran 1 Tahun 2008
Rataan umur petani sampel strata I adalah sebesar 39,10 tahun, dimana lebih rendah dari rataan umur petani sampel strata II yaitu 47,80 tahun. Dari
rataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa petani sampel pada masing- masing strata masih berada dalam kategori petani usia produktif sehingga masih
besar potensi tenaga kerja yang dimiliki petani sampel dalam mengelola usaha taninya untuk beberapa waktu yang akan datang.
Untuk tingkat pendidikan formal, rataan tingkat pendidikan petani strata I adalah sebesar 7,25 tahun yang lebih tinggi dari pada rataan istri petani strata II
yaitu sebesar 4,5 tahun. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan formal petani tiap strata memiliki perbedaan yang besar, dimana hal ini akan dapat berpengaruh
pada wawasan, pengetahuan, serta cara berfikir dan bertindak istri petani dalam pengelolaan usahataninya.
Janiar Elisabet L.Tobing : Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Dan Sikapnya Terhadap Peran Ganda Dalam Rumah Tangga Studi Kasus : Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang
Hasundutan, 2009 USU Repository © 2009
Dari segi pengalaman bertani, dapat dilihat bahwa petani strata I lebih rendah pengalaman bertaninya dari pada pengalaman bertani petani strata II yaitu
sebesar 15,55 tahun. Sedangkan rataan pengalaman bertani petani sampel pada strata II sebesar 25,6 tahun. Pengalaman bertani dapat berpengaruh pada
pengetahuaan dan wawasan petani didalam mengelola usahataninya. Semakin besar pengalaman petani didalam mengelola usahatani maka semakin besar atau
tinggi pula pengetahuan dan wawasan terhadap pengelolaan usahataninya. Rataan tingkat kosmopolitan petani didesa penelitian adalah rendah.
Dimana rata – rata tingkat kosmopolitan strata 1 yakni 9,6 sedangkan rataan tingkat kosmopolitan strata 2 yakni 10,9. Hal ini dapat berpengaruh pada
pengetahuan, sikap, dan tindakan petani sampel dalam mengembangkan usahataninya.
Luas lahan dapat mempengaruhi besarnya produksi yang diperoleh petani dalam usahataninya, walaupun lahan pertanian luas tetapi terkadang tidak
memberikan produksi yang baik pula. Rataan luas lahan petani pada strata I sebesar 0,25 Ha KK, sementara untuk petani strata II sebesar 0,82 Ha KK.
Jumlah tanggungan keluarga pada petani strata I rataannya sebesar 4,75 jiwa yang tidak jauh berbeda dengan rataan jumlah tanggungan keluarga pada
strata II yakni sebesar 4,5 jiwa. Dimana jumlah tanggungan keluarga ini akan berpengaruh pada pendapatan petani yang ketersediaan tenaga kerja pada
usahatani. Tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak aktif bekerja.
Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga merupakan faktor penting dalam usahatani, dimana tenaga kerja yang dimaksud adalah petani dan anggota
Janiar Elisabet L.Tobing : Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Dan Sikapnya Terhadap Peran Ganda Dalam Rumah Tangga Studi Kasus : Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang
Hasundutan, 2009 USU Repository © 2009
keluarganya. Ketersediaan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani selama 1 tahun adalah 300 hari untuk pria umur 15 tahun, 250 hari untuk wanita 15 tahun,
serta 144 hari untuk anak-anak usia 10-15 tahun. Rataan ketersedian tenaga kerja pada strata I sebesar 1110 HKP tahun yang lebih rendah dari pada rataan
ketersediaan tenaga kerja pada strata II yakni sebesar 1523,6 HKP tahun. Pendapatan diluar usahatani kopi dapat diperoleh dari non-usahatani kopi
seperti cabai, tomat, kol, kentang, sawi. Usaha ternak diperoleh dari kerbau dan babi. Dan kegiatan non-usahatani seperti pegawai negeri sipil, pedagang. Rataan
pendapatan diluar usahatani kopi pada petani strata I yaitu sebesar Rp 8.503.850 yang hampir sama dengan rataan pendapatan diluar usahatani kopi
petani sampel strata II yaitu sebesar Rp 8.509.200.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tahapan Kegiatan yang Melibatkan Tenaga Kerja Wanita Pada