Keluarga Berencana Alamiah Metode Kontrasepsi .1 Metode Amenorea Laktasi

d. Metode Simtotermal Pada metode ini harus mendapat instruksi untuk metode lender serviks dan suhu basal, ibu dapat menentukan masa subur dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks. Setelah darah haid berhenti, ibu dapat bersenggama pada malam hari kering dengan berselang sehari selama masa tak subur. Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, pada masa ini harus pantang senggama sampai masa subur berakhir Saifuddin, 2003. e. Senggama Terputus Menurut Sinclair 2001 Cara kerja metode ini dengan cara menarik keluar penis yang sedang ereksi dari vagina sebelum ejakulasi untuk mencegah sperma masuk ke dalam vagina. Butuh pengalaman tentang orgasme dan kontrol diri dari pasangan masing-masing. Senggama terputus merupakan metode tertua di dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan diajarkan kepada masyarakat. Di Perancis abad ke-17, metode senggama terputus merupakan metode untuk menghindari kehamilan. Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah pihak. Kegagalan hamil sekitar 33 sampai 35 karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang tertumpah di luar sebagian dapat masuk ke genitalia, dan dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak Manuaba, 2004.

2.4.3 Metode Barier

a. Diafragma b. Kontrasepsi wanita yang mirip kondom Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim, terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim Praputranto,2005. Diafragma vagina yang berupa kubah karet sirkular dengan garis tengah bervariasi yang diperkuat dengan cincin logam melingkar,dapat sangat efektif apabila digunakan bersama dengan jeli atau krim spermisida Cunningham, 2005. c. Spermisida Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10 menit, hubungan seks dapat dilaksanakan agar spermisida dapat berfugsi. Kekurangan spermisida adalah merepotkan menjelang hubungan senggama, nilai kepuasan berkurang, dapat menimbulkan iritasi atau alergi, kejadian hamil tinggi ekitar 35 karena pemasangan tidak sempurna atau terlalu cepat melakukan hubungan senggama Manuaba, 2004. Menurut Cunningham 2005, kontrasepsi ini dipasarkan dalam bentuk krim, jeli, supositoria, tissue film dan busa dalam wadah aerosol. Spermisida ini digunakan secara luas di negeri ini, terutama oleh wanita yang tidak dapat menerima kontrasepsi oral atau AKDR. Kontrasepsi ini bermanfaat terutama bagi wanita yang memerlukan perlindungan temporer, sebagai contoh selama minggu pertama setelah memulai kontrasepsi oral atau selagi menyusui.

2.4.4 Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan rogesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk Praputranto, 2005. Menurut Ridarineni 2006 fungsi utama dari kontrasepsi ini adalah untuk mencegah kehamilan karena menghambat ovulasi, kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterone di dalam tubuh. Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu: a. Kontra indikasi mutlak sama sekali tidak boleh diberikan: kehamilan, gejala trhomboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim. b. Kontra indikasi relatif boleh diberikan dengan pengawasan intensif dari dokter: penyakit kencing manis, hipertensi, perdarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung. Menurut Manuaba 2004 sifat khas kontrasepsi hormonal adalah sebagai berikut: a. Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorea, dan menimbulkan perlunakan serviks.

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Suami Tentang Alat Kontrasepsi Pria Di Desa Juhar Perangin-Angin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012

3 38 80

Hubungan Antara Jumlah Paritas Dengan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di RSUD DR. Pirngadi Medan

3 52 68

Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

0 32 68

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS SATELIT BANDAR LAMPUNG

1 32 67

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS PAYUNG REJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 5 66

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG METODE KONTRASEPSI DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RW III DESA KARANGASRI, NGAWI

0 7 59

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DENGAN KEJADIAN KANDIDIASIS Hubungan Antara Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dengan Kejadian Kandidiasis Vulvovaginalis Di Rsud Dr. Moewardi.

1 9 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, DAN USIA IBU PUS DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI DI DESA JETAK Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Dan Usia Ibu Pus Dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Kabu

1 2 15

Proposal Karya Tulis Ilmiah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Desa Mustokoharjo Kabupaten Pati

0 2 70

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode082

0 0 3