HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA YUKUM JAYA LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA YUKUM JAYA
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013
Oleh DEBY AYUZA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(2)
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE AND EDUCATION ON USE OF CONTRACEPTIVE IN YUKUM JAYA
VILLAGE CENTRAL LAMPUNG IN 2013 By
DEBY AYUZA
Family Planning program is one of ways which is done by government to control amount of population. An important action to support and tell population about purpose of control birth program is by education. Principally, education always directs population to better knowledge.
This study was carried out to know the correlation between mother’s knowledge and education on use of contraceptive device in Yukum Jaya Village. Design of this study was descriptive-analytic method by cross sectional approach.This study was done in Oktober-November 2013. Amount of sample was 100 respondences, which came from 5 areas and were chosen by proportional random sampling technique, then were appropriated with inclusion and exclusion criterias.
From the results of this study, the mothers who had less knowledge were more than mothers who had good knowledge, around 39% of all respondences. The most of mother educations were low grade education, around 73% of all respondences. Most of them used pill type of contraceptives, around 39% of all respondences. Statistic analysis with chi square test showed significant correlation between mother’s knowledge and education on use of contraceptive device in Yukum Jaya Village Central Lampung (p < 0,05).
(3)
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA YUKUM JAYA
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013
Oleh DEBY AYUZA
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk. Salah satu langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan penduduk tentang tujuan program Keluarga Berencana, yaitu melalui pendidikan. Sebab pada prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif (pengetahuan).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Desa Yukum Jaya. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2013. Sampel penelitian berjumlah 100 orang yang berasal dari 5 lingkungan (LK) dan dipilih secara acak dengan teknik proporsional random sampling kemudian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang baik lebih banyak daripada ibu dengan pengetahuan yang baik, yaitu sekitar 39 % dari jumlah responden. Pendidikan Ibu sebagian besar adalah pendidikan rendah sekitar 75% dari jumlah responden. Rata-rata ibu memakai alat kontrasepsi jenis suntik yaitu sekitar 39% dari jumlah responden. Berdasarkan uji chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Desa Yukum Jaya Lampung Tengah (p < 0,05).
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR BAGAN ... v
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah... 1
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 5
B. Pendidikan ... 9
C. Pengertian Kontrasepsi ... ..11
D. Metode Kontrasepsi ... 12
E. Kerangka Pemikiran ... 25
F. Hipotesis ... 27
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
C. Populasi Penelitian ... 28
D. Sampel Penelitian ... 29
E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 31
F. Identifikasi Variabel penelitian ... 31
G. Definisi Operasional ... 32
H. Alat dan Cara Penelitian ... 32
(7)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ... 36
1. Karakteristik Responden ... 36
2. Analisis Univariat ... 37
a.Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 37
b.Karakteristik Ibu Berdasarkan Jenis KB. ... 38
c.Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40
3. Analisis Bivariat... 41
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pemakaian KB ... 41
b.Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemakaian KB. ... 42
B. Pembahasan ... 43
1. Karakteristik Responden ... 43
2. Analisis Univariat ... 44
a.Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 44
b.Karakteristik Ibu Berdasarkan Jenis KB. ... 45
c.Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46
3. Analisis Bivariat... 47
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pemakaian KB ... 47
b.Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemakaian KB. ... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Saran... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
(8)
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Modifikasi Teori Perilaku Lawrence Green ... 26 2. Berbagai hubungan antar variabel ... 26
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional... 32
2. Karakteristik Responden ... 36
3. Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 38
4. Karakteristik ibu berdasarkan jenis kontrasepsi. ... 39
5. Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40
6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi .... 41
(10)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isu kependudukan merupakan isu yang mendesak, mengingat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 yang mencapai 230 juta jiwa dan diperkirakan mencapai 250 jiwa pada tahun 2013, mengharuskan pemerintah untuk memberikan perhatian khusus pada masalah ini. Selain itu, Indonesia menyandang peringkat ke-121 dari 185 negara pada Human development Indeks (HDI) 2013 yang membuktikan bahwa peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak diikuti oleh peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk ini melalui Program Keluarga Berencana (KB) (BKKBN,2013).
Menurut World Health Organitation (WHO), Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto,2007). Dari segi pemakaian jumlah kontrasepsi, terdapat 35,2% pengguna kontrasepsi suntikan, 28,1% pengguna kontrasepsi pil, 18,8% pengguna IUD, 14,2% pengguna implan, 5,5% sterilisasi, dan 1,0% pengguna kontrasepsi lain (Bur, 2006).
(11)
Pada rencana pembangunan nasional ditegaskan bahwa selain pengendalian kelahiran dan penurunan kematian, diperlukan peningkatan kualitas program KB agar terwujud penduduk Indonesia yang berkualitas. Dengan demikian sangat tepat apabila dalam paradigma baru program KB difokuskan pada upaya–upaya baru yang lebih efektif untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sebagai perwujudan pelaksanaan paradigma baru program KB nasional, maka visi mewujudkan NKKBS telah diganti dengan “Visi Keluarga Berkualitas tahun 2015” (Depkes RI, 2005).
Salah satu langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan penduduk tentang tujuan program Keluarga Berencana, yaitu melalui pendidikan. Sebab pada prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif (pengetahuan) dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna mencapai tujuan pembangunan nasional (Soedharto, 2000).
Pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi (BKKBN, 2013).
Berdasarkan data di Desa Yukum Jaya Kelurahan Bandar Jaya terdapat 6545 jiwa penduduk, dengan jumlah pasangan usia subur 605 orang yang tersebar dalam lima lingkungan. Dari jumlah tersebut, 280 orang tidak menggunakan alat kontrasepsi.
(12)
3
Berdasarkan data yang diperoleh di Desa Yukum Jaya didapatkan bahwa sebagian besar wanita usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi disebabkan pengetahuan yang minim dan rendahnya tingkat pendidikan mereka. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi di Desa Yukum Jaya.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi di Desa Yukum Jaya ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Desa Yukum Jaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata tingkat pengetahuan ibu b. Mengetahui rata-rata tingkat pendidikan ibu
c. Mengetahui jenis alat kontrasepsi yg sering digunakan di Desa Yukum Jaya
d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.
(13)
e. Mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
a. Bagi peneliti/penulis, menambah ilmu pengetahuan serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
b. Bagi institusi/masyarakat
Dapat menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Bagi masyarakat, sebagai bahan pembelajaran mengenai pentingnya mengetahui dan menggunakan alat kontrasepsi. Bagi Puskesmas dan Bidan Desa setempat, sebagai bahan
masukan data terkait pemakaian alat kontrasepsi pada warga di Desa Yukum Jaya guna menentukan langkah selanjutnya.
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
(14)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan yang keliru (Ahmadi, 2001).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap pengetahuan dan pengalaman seseorang, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin tinggi tingkat intelektualnya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa sumber ilmu pengetahuan tertentu yang dimiliki dan dikuasai oleh seseorang diperoleh melalui pengalaman, baik secara individual maupun dalam masyarakat. Pengetahuan masyarakat terhadap program KB sudah semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan peningkatan peserta KB baru sebanyak 374.043 peserta KB. Ini menandakan bahwa keingintahuan masyarakat terhadap pentingnya program KB sudah semakin tinggi, dimana masyarakat tidak lagi pasif menunggu untuk mendapatkan informasi dan pelayanan KB, tetapi aktif mendatangi tempat pelayanan KB seperti Klinik KB
(15)
Pemerintah, Klinik KB Swasta, Dokter Praktek Swasta, dan Bidan Praktek Swasta (BKKBN, 2013).
Menurut BKKBN (2013) pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi. Hasil penelitian Soedharto, (2000), yang meneliti keikutsertaan pasangan usia subur di Kelurahan Asanon dalam menggunakan alat kontrasepsi menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan alat kontrasepsi berkaitan dengan rendahnya pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima ide dan teknologi baru (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan terdiri dari enam peringkat:
(16)
7
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007). Dalam tingkatan ini, tekanan utama pada pengenalan kembali fakta, prinsip, aturan, atau strategi penyelesaian masalah. Beberapa kata kerja yang dipakai untuk mengukur kemampuan tingkat tahu (know) antara lain: atur; kutip; urutkan; tetapkan; daftar; ingat-ingat; gambarkan; cocokkan; kenali; perkenalkan; sebutkan; hubungkan; beri nama; garis bawahi; nyatakan; ulangi; reproduksi; tabulasi; pilih (Shirran, 2008).
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo,2007). Dalam tingakatan pengetahuan ini, seseorang telah dapat menafsirkan fakta, menyatakan kembali apa yang ia lihat, menerjemahkan menjadi satu konteks baru, menarik kesimpulan dan melihat konsekuensi. Beberapa kata kerja yang dipakai untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang antara lain: perbaiki; pertahankan; uraikan; klasifikasi; cari ciri khasnya; jelaskan; pertajam; bedakan; perluas; ubah; berikan; generalisir; diskusikan; simpulkan; ringkas; laporkan; prediksikan; perkirakan; identifikasi; nyatakan kembali (Shirran, 2008).
(17)
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi penggunaan hukum-hukum atau rumus, metode, prinsip dan lain sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang digunakan untuk mengukur tingkat aplikasi seseorang adalah: terapkan; demonstrasikan; siapkan; perhitungkan; buat eksperimen; temukan; pilih; buat; kaitkan; klasifikasikan; upayakan; selesaikan; kembangkan; ambil contoh; pindahkan; gambarkan; atur; pakai; tunjukkan; manfaatkan; hasilkan; tafsirkan (Shirran, 2008).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Seseorang mampu mengenali kesalahan-kesalahan logis, menunjukkan kontradiksi atau membedakan di antara fakta, pendapat, hipotesis, asumsi dan simpulan serta mampu menggambarkan hubungan antar ide (Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang digunakan dalam pengukuran tingkat analisis antara lain: analisis; garis bawahi; bedakan; tunjukkan; rincikan; asosiasikan; gambarkan; bedakan; pisahkan; buat diagram; simpulkan; tegaskan; bedakan; hubungkan; kurangi dan bandingkan (Shirran, 2008).
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan koheren. Manusia mampu menyusun formulasi baru (Notoatmodjo, 2007).
(18)
9
Beberapa kata kerja yang digunakan dalam mengukur tingkat sintesis adalah: kategorikan; susun; bangun; sintesiskan; desain; integrasikan; temukan; hipotesiskan; prediksikan; hadapkan; integrasikan; susun; kumpulkan; kombinasikan; ciptakan; rencanakan; perluas; formulasikan; hasilkan; rencanakan;teorisasikan (Shirran, 2008).
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek dan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan ketentuan yang sudah ada sehingga, mampu menyatakan alasan untuk pertimbangan tersebut (Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan tingkat evaluasi seseorang adalah: taksir; pertahankan; dukung; pertimbangkan; kritik; kurangi; kontraskan; beri komentar; beri alasan; bandingkan; evaluasi; verifikasi; nilai; putuskan dan validasikan (Shirran, 2008).
2.2 Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik. Pendidikan terkait dengan nilainilai, mendidik berarti memberikan, menanamkan, menumbuhkan, nilai-nilai pada peserta didik (Sukmadinata, 2005).
(19)
Menurut Bastable (2002) proses pendidikan adalah rangkaian tindakan yang sistematis, berurutan, dan terencana, terdiri dari dua operasi utama yang interpenden. Menurut Depdiknas (2003), jalur pendidikan terdiri dari:
1. Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lainnya sembilan tahun, diselenggarakan selama 6 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
2. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia.
3. Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah dijalur pendidikan sekolah. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
Dari hasil penelitian Bappenas (2002), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif dengan pemakaian alat kontrasepsi. Persentase pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi berpendidikan
(20)
11
tinggi (82,43%), lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah (62,71%) dan dasar (42,41%).
Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide baru. Wulansari dan Hartanto (2002), juga menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode kontrasepsi. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan faktor sosial, ekonomi, perilaku demografi seperti pendapat, gaya hidup dan status kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingginya tingkat intelegensinya.
2.3 Pengertian Kontrasepsi
Menurut Winkjosastro,H (2008) kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau fisiologik (theoretical effectiveness), daya guna pemakaian (use effectiveness), dan daya guna demografik (demographic effectiveness). Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila dipakai secara tepat, sesuai dengan instruksi dan tanpa kelalaian. Daya guna pemakaian adalah perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata pada kenyataan sehari-hari dipengaruhi oleh factor ketidakhati-hatian, tidak taat azas, motivasi, keadaan sosial ekonomi, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Daya guna demografik menunjukkan berapa banyak kontrasepsi diperlukan untuk mencegah suatu kelahiran (Winkjosastro,H.2008).
(21)
2.4 Metode Kontrasepsi
2.4.1 Metode Amenorea Laktasi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI). MAL efektif sebagai kontrasepsi apabila ibu menyusui secara penuh, belum haid, umur bayi kurang dari enam bulan,dan lebih efektif bila pemberian ASI lebih dari 8 kali sehari. Setelah enam bulan, kontrasepsi ini bekerja dengan cara penundaan atau penekanan ovulasi.
Keuntungan kontrasepsi ini adalah efektivitas tinggi (keberhasilan 98%) pada enam bulan pertama pasca persalinan, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, dan tanpa biaya (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012).
2.4.2 Keluarga Berencana Alamiah
a. Metode Lendir Serviks/Metode Ovulasi Billings (MOB)
Dasar metode billing adalah pengenalan ovulasi dengan memperhatikan perubahan pada jumlah dan konsistensi mukus servikscsebagai reaksi terhadap perubahan kadar hormon-hormon ovarium yangcada di dalam darah. Wanita yang ingin menghindari kehamilan haruscmenghindari hubungan seksual sejak saat dia menyadari akan terjadinya ovulasi sampai tiga hari setelah ovulasi. Mukus atau lendir serviks sangat penting artinya dalam membantu sperma untuk bergerak naik lewat serviks dan uterus. Pada saat ovulasi, mukus serviks dipersiapkan oleh kadar estrogen yang tinggi sehingga pada saat ini mukus menjadi encer, jernih, mudah mulur, dan dapat ditembus sperma (Farrer, 2003).
(22)
13
b. Sistem Kalender
Menurut Farrer (2003) sistem ini berdasarkan perhitungan hari yang sederhana sejak periode haid terakhir, metode ini sangat tergantung pada keteraturan siklus haid dan fase luteal yang konstan.Cara ini tidak cocok bagi wanita yang siklus haidnya tidak teratur dan yang mendekati menopause. Metode ini juga tidak dapat dilaksanakan pada waktu laktasi, kecuali pada periode abstinensia yang lama. Angka kegagalan pada metode ini cukup tinggi dan sudah tidak dipakai lagi tidak diajarkan lagi oleh petugas kesehatan.
c. Metode Temperatur
Metode ini dilaksanakan berdasarkan pengetahuan bahwa progesteron mempunyai efek termogenik (efek menaikkan suhu tubuh). Wanita yang ingin menggunakan metode ini harus mencatat suhu basalnya setiap pagi dan pada saat ovulasi, progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum akan menyebabkan kenaikan suhu tubuh sebesar kurang lebih 0,5°C. Kenaikan ini akan bertahan sampai korpus luteum mengalami degenerasi, yaitu beberapa hari sebelum dimulainya masa haid. Dengan metode ini, wanita tersebut tidak dapat meramalkan kapan ovulasi akan terjadi dan baru mengetahuinya setelah ovulasi terjadi. Karena itu penerapan metode ini secara ketat akan meliputi abstinensia (puasa senggama) sejak mulai menstruasi sampai tiga hari penuh setelah suhu tubuh naik. Keraguan dapat timbul akibat variasi temperatur oleh sebab-sebab lain, seperti infeksi (Farrer, 2003).
(23)
d. Metode Simtotermal
Pada metode ini harus mendapat instruksi untuk metode lender serviks dan suhu basal, ibu dapat menentukan masa subur dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks. Setelah darah haid berhenti, ibu dapat bersenggama pada malam hari kering dengan berselang sehari selama masa tak subur. Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, pada masa ini harus pantang senggama sampai masa subur berakhir (Saifuddin, 2003).
e. Senggama Terputus
Menurut Sinclair (2001) Cara kerja metode ini dengan cara menarik keluar penis yang sedang ereksi dari vagina sebelum ejakulasi untuk mencegah sperma masuk ke dalam vagina. Butuh pengalaman tentang orgasme dan kontrol diri dari pasangan masing-masing. Senggama terputus merupakan metode tertua di dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan diajarkan kepada masyarakat. Di Perancis abad ke-17, metode senggama terputus merupakan metode untuk menghindari kehamilan. Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah pihak. Kegagalan hamil sekitar 33% sampai 35% karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang tertumpah di luar sebagian dapat masuk ke genitalia, dan dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak (Manuaba, 2004).
2.4.3 Metode Barier a. Diafragma
(24)
15
Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim, terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim (Praputranto,2005). Diafragma vagina yang berupa kubah karet sirkular dengan garis tengah bervariasi yang diperkuat dengan cincin logam melingkar,dapat sangat efektif apabila digunakan bersama dengan jeli atau krim spermisida (Cunningham, 2005).
c. Spermisida
Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10 menit, hubungan seks dapat dilaksanakan agar spermisida dapat berfugsi. Kekurangan spermisida adalah merepotkan menjelang hubungan senggama, nilai kepuasan berkurang, dapat menimbulkan iritasi atau alergi, kejadian hamil tinggi ekitar 35% karena pemasangan tidak sempurna atau terlalu cepat melakukan hubungan senggama (Manuaba, 2004). Menurut Cunningham (2005), kontrasepsi ini dipasarkan dalam bentuk krim, jeli, supositoria, tissue (film) dan busa dalam wadah aerosol. Spermisida ini digunakan secara luas di negeri ini, terutama oleh wanita yang tidak dapat menerima kontrasepsi oral atau AKDR. Kontrasepsi ini bermanfaat terutama bagi wanita yang memerlukan perlindungan temporer, sebagai contoh selama minggu pertama setelah memulai kontrasepsi oral atau selagi menyusui.
(25)
2.4.4 Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan rogesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk (Praputranto, 2005).
Menurut Ridarineni (2006) fungsi utama dari kontrasepsi ini adalah untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi), kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterone di dalam tubuh. Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu:
a. Kontra indikasi mutlak (sama sekali tidak boleh diberikan): kehamilan, gejala trhomboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.
b. Kontra indikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif dari dokter): penyakit kencing manis, hipertensi, perdarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.
Menurut Manuaba (2004) sifat khas kontrasepsi hormonal adalah sebagai berikut:
a. Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorea, dan menimbulkan perlunakan serviks.
(26)
17
b. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, akne, kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, dan liang senggama kering.
Macam-macam bentuk kontrasepsi hormonal : a. Pil KB
Macam-macam bentuk pil KB adalah sebagai berikut:
1) Pil kombinasi: sejak semula telah terdapat kombinasi, komponen progesteron atau estrogen.
2) Pil sekuensial: mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh, dua belas pil pertama hanya mengandung estrogen, pil ketiga belas dan seterusnya merupakan kombinasi.
3) Progesteron: hanya mengandung progesteron dipergunakan ibu post partum.
4) KB darurat hormonal: digunakan segera setelah hubungan seks.
Sistem kemasan pil diatur dengan sistem 28 dan sistem 22/21, pada sistem 28 peserta KB pil terus minum pil tanpa pernah berhenti, sedangkan pada sistem 22/21 peserta KB pil berhenti minum pil selama 7 sampai 8 hari dengan mendapat kesempatan menstruasi (Manuaba, 2004).
Cara mengkonsumsi pil KB: 1) Minumlah pil KB dengan teratur
2) Bila lupa, maka pil KB yang harus diminum menjadi dua
(27)
4) Gangguan ringan dalam bentuk mual, muntah, sebaiknya diatasi.
Bila komplikasi yang berat dalam bentuk perdarahan dan mual muntah berlebihan penderita harus melakukan konsultasi atau dirujuk (Manuaba, 2004).
b. Suntik KB
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan setiap 3 bulan sekali (depo provera), 10 minggu (norigest), dan setiap 1 bulan (cyclofem) (Praputranto, 2005).
Menurut Varney (2001), efek samping yang mempengaruhi ibu adalah sebagai berikut:
1).Perubahan menstruasi, untuk beberapa bulan terjadi perdarahan dan bercak yang ireguler dan tidak dapat diduga sampai terjadi amenorea pada sebagian besar wanita.
2).Pemulihan fertilitas yang lambat setelah penghentian pemakaian 50% sampai 70% wanita menjadi hamil pada akhir tahun pertama pemakaian, namun dapat terjadi penundaan 18-24 bulan.
Menurut Manuaba (2004) keuntungan suntik KB : 1) Pemberiannya sederhana
2) Tingkat efektifasnya tinggi
3) Hubungan seks dengan suntikan bebas 4) Pengawas medis yang ringan
5) Dapat dipakai atau diberikan pasca prsalinan, pasca keguguran, atau pasca menstruasi
(28)
19
6) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi
7) Suntikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi
c. Susuk KB/ Implan
Merupakan alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau levonorgestrel, susuk tersebut akan megeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit (Praputranto, 2005).
Menurut Manuaba (2004), setiap kapsul susuk mengandung 36 mgr levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan dapat menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjdi tempat nidasi. Keuntungan metode susuk KB adalah:
1) Dipasang selama lima tahun 2) Kontrol medis ringan
3) Dapat dilayani di daerah pedesaan 4) Penyulit medis tidak terlalu tinggi 5) Biaya ringan
(29)
Kerugian metode susuk KB adalah
1) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur
2) Berat badan bertambah
3) Menimbulkan akne, ketegangan payudara 4) Liang senggama terasa kering
2.4.5 Metode Mekanik a. Kondom
Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan digunakan direndam dulu, kemudian terbuat dari linen, kini kondom terbuat dari karet yang tipis dan elastis, bentuknya seperti kantong. Fungsi kondom sebenarnya untuk menampung sperma sehingga tidak masuk kedalam vagina. Perlindungan tersebut efektif 90% (Praputranto, 2005).
Menurut Cunningham, dkk (2005) apabila digunakan dengan benar kondom menghasilkan proteksi yang cukup besar tetapi tidak mutlak terhadap beragam penyakit menular seksual, termasuk infeksi HIV, gonorea, sifilis, herpes, klamidia, dan trikomoniasis. Kekurangan metode ini adalah mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lainnya, membutuhkan waktu untuk pemasangan, dan mengurangi sensasi seksual (Ridarineni, 2006).
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Alat ini berupa benda kecil terbuat dari plastik atau logam yang dimasukkan ke dalam kavum endometrium, AKDR atau sering disebut IUD (Intra
(30)
21
Uterine Device), dimasukkan ke dalam rahim (sebagai prosedur steril) setelah sebelumnya ditarik masuk ke dalam aplikator khusus. Setelah insersi, IUD tersebut akan kembali kepada bentuk semula, yaitu bentuk pegas, sebagian besar IUD memiliki seutas benang yang kecil. Benang ini menjulur ke dalam vagina sehingga wanita yang mengenakannya dapat mengecek keberadaan alat tersebut. Keberadaan benang tersebut di dalam vagina biasanya tidak mengganggu senggama (Farrer, 2003).
Menurut Winkjosastro (2008), sampai sekarang belum ada orang yang yakin bagaimana mekanisme kerja AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebukan leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus selain menimbulkan reaksi radang seperti pada AKDR biasa, juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi pasasi sperma (Winkjosastro, 2008).
Keuntungan AKDR adalah:
1) Dapat diterima masyarakat dengan baik
2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit 3) Kontrol medis yang ringan
4) Penyulit tidak terlalu berat
(31)
Kerugian AKDR adalah:
1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR di dalam 2) Terdapat perdarahan spotting dan menometroragia
3) Leukorea sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah
4) Dapat terjadi infeksi
5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik
6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan porsio (Manuaba, 2004).
Di Indonesia telah banyak dicoba AKDR generasi kedua seperti spiral Margulis, lippes loop, AKDR M (Metal) dengan hasil yang baik. Kini telah dikembangkan AKDR generasi ketiga yang mengandung Cu atau hormonal diantaranya Seven Cupper, multiload, Cupper T380 A, Medosa, dan progestasert (AKDR dengan progesterone). BKKBN menggunakan Cupper T380 A sebagai standar yang dibuat oleh PT. Kimia Farma (Manuaba, 2004).
2.4.6 Kontrasepsi Mantap a. Tubektomi
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterina dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan alam jangka panjang sampai seumur hidup, kadang-kadang tindakan ini masih dapat dipulihkan seperti semula (Winkjosastro dkk, 2008).
(32)
23
Dahulu tindakan ini disebut sterilisasi dan dilakukan atas indikasi medis, seperti kelainan jiwa, kemungkinan kehamilan yang dapat membahayakan nyawa ibu atau penyakit keturunan. Kini tubektomi dilakukan untuk membatasi jumlah anak (Winkjosastro dkk, 2008).
Cara melakukan sterilisasi telah mengalami banyak perubahan. Pada abad ke-19, sterilisasi dengan mengangkat uterus atau kedua ovarium. Pada tahun 50-an dilakuk50-an deng50-an memasukk50-an AgNO3 melalui k50-analis servikalis ke dalam tuba uterina.
Pada akhir abad ke- 19, dilakukan dengan mengikat tuba uterina namun cara ini mengalami banyak kegagalan sehingga dilakukan pemotongan dan pengikatan tuba uterina. Dulu, sterilisasi dibantu oleh anastesi umum dengan membuat sayatan atau insisi yang lebar dan harus dirawat di rumah sakit. Kini operasinya tanpa dibantu anastesi umum dengan hanya membuat insisi kecil dan tidak perlu dirawat di rumah sakit (Winkjosastro dkk, 2008).
Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan, atau masa interval haid. Pasca persalinan, tubektomi sebaiknya dilakukan dalam 24 jam pertama atau selambat-lambatnya 48 jam pertama. Apabila lewat dari 48 jam maka tubektomi akan dipersulit oleh edema tuba uterina, infeksi, dan kegagalan. Edema tuba uterine akan berkurang setelah hari 7-10 pasca persalinan. Tubektomi setelah hari itu lebih dipersulit oleh adanya penciutan alat-alat genital dan mudahnya terjadi perdarahan (Winkjosastro dkk, 2008).
Ada 4 cara tindakan untuk mencapai tuba uterin yaitu laparotomi biasa, laprotomi mini, kolpotomi posterior, dan laparoskopi. Ada 6 cara melakukan
(33)
tubektomi yaitu cara pomeroy, kroemer, irving, pemasangan cincin Falope, klip filshie dan elektro-koagulasi disertai pemutusan tuba (Winkjosastro dkk, 2008).
b. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia, sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria maupun pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin dkk, 2003).
Dan kemudian ujung yang terpotong diputar balik serta disegel dengan diatermi. Prosedur vasektomi temporer kini juga sedang diteliti. Efek kontrasepsi pada tindakan ini baru tercapai setelah semua sperma yang tertinggal di atas bagian vasa deferensia yang dipotong itu sudah terdorong keluar dalam tubuh. Ekskresi sperma keluar tubuh ini memerlukan 20-30 kali ejakulasi (Farrer, 2003).
2.4.7. Pemakaian Alat Kontrasepsi
Menurut Maryani (2002), banyak pasangan usia subur harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, pasangan usia subur harus menimbang berbagai faktor, termasuk
(34)
25
status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali (Maryani, 2002).
2.5. Kerangka Pemikiran 2.5.1 Kerangka teori
Menurut L.Green dalam Notoatmodjo disebutkan perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku seperti yang tertera pada Bagan.1 (Notoatmodjo, 2007).
(35)
Bagan 1. Modifikasi Teori Perilaku Lawrence Green (Notoatmodjo, 2007).
2.5.2 Kerangka konsep
Berdasarkan bagan 2 di bawah ini, variable independen pada penelitian ini adalah pemgetahuan dan pendidikan. Variable dependen pada penelitian ini adalah pemakaian alat kontrasepsi.
Variabel independen Variabel dependen
Bagan 2. Berbagai hubungan antar variabel. Faktor Perdisposisi
(Predisposing factors) : Pengetahuan dan Pendidikan
Perilaku Penggunaan Alat Kontrasepsi Faktor Pemungkin
(Enabling factors ): Ketersediaan dan Kenyamanan
Faktor Penguat (Reinforcing factors) Peraturan –Peraturan, Pengawasan
Pengetahuan
Pemakaian Alat Kontrasepsi
(36)
27
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat diturunkan suatu hipotesis bahwa :
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi 2. Ada hubungan antara pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi
(37)
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik ( menggambarkan pemakaian alat kontrasepsi pada WUS di Desa Yukum Jaya dan menganalisis hubungan antara pengetahuan dan pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi) dengan pendekatan Cross Sectional , dimana data yang menyangkut tingkat pengetahuan dan pendidikan tentang pemakaian alat kontrasepsi akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Dahlan, 2008).
3.2Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Yukum Jaya
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013
3.3Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur di Desa Yukum Jaya Lampung Tengah yang bersuami sejumlah 605 orang.
(38)
29
3.4 Sampel Penelitian
Estimasi besarnya sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin (Dahlan, M.Sopiyudin,2008)
� +�(� )
N= jumlah populasi yang diketahui (605 orang)
d= nilai presisi (taraf signifikan sebesar 0,1 dengan taraf keyakinan 90%) Berdasarkan hasil penghitungan diatas didapatkan besarnya jumlah sampel sebesar:
605 1+605(0,12) = 605
7,05
= 85,815602… = 100 (Sampel)
Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel adalah 85 dibulatkan menjadi 100 karena untuk menghindari adanya drop out sebesar 10% dari total sampel yang dibutuhkan, dengan jumlah WUS sebanyak 605 orang terbagi dalam 5 lingkungan dengan jumlah masing-masing sebagai berikut : Lingkungan I = 128 orang, Lingkungan II = 97 orang, Lingkungan III = 131 orang, Lingkungan IV = 148 orang, dan Lingkungan V = 101. Untuk menentukan jumlah sampel di tiap lingkungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono,2006) :
(39)
n = X x N1 N Keterangan:
n : Jumlah sampel yang diinginkan
N :Jumlah seluruh populasi WUS di Desa Yukum Jaya X : Jumlah populasi WUS pada setiap lingkungan N1: Sampel
1. Lingkungan I
128 x 100 = 21,157 = 22 605
2. Lingkungan II
97 x 100 = 16,033 = 17 605
3. Lingkungan III = 21,65 = 23 131 x 100
605
4. Lingkungan IV = 24,462 = 25 148 x 100
605
5. Lingkungan V = 16,694 = 17 101 x 100
(40)
31
Teknik pengumpulan sampel dalam peneltian ini adalah proportional random sampling . Proportional random sampling merupakan pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan pengambilan subyek dari setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dari setiap wilayah tersebut (Dahlan, 2008).
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • Pengguna KB hormonal(pil,suntik),implan,IUD
• Berdomisili di Desa Yukum Jaya Kelurahan Bandar Jaya
• Bersedia mengikuti penelitian yang dibuktikan dengan mengisi dan menandatangani inform consent
• Tidak memakai KB
Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • Menggunakan metode kontrasepsi alami
• Tidak hadir pada saat dilakukan penelitian
3.5Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas adalah variabel yang apabila nilainya berubah akan mempengaruhi variabel yang lain (Sopiyudin, 2008). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dalam penelitian ini yaitu:
Variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan pendidikan Variabel terikat yaitu pemakaian alat kontrasepsi
(41)
3.6Definisi operasional
Untuk memudahkan pelaksanan penelitian dan agar penelitian tidak terlalu luas maka dibuat definisi operasional pada Tabel.1 sebagai berikut :
Tabel 1. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat ukur Jenis Skala Skala
1 Pengetahuan Tingkat pengetahuan ibu mengenai pemakaian alat kontrasepsi
Kuesioner 0 Kurang baik: apabila skor < 60 % 1 Cukup baik :
apabila skor
≥ 60 - 75% 2 Baik: apabila
skor ≥ 75% (Arikunto, 2004) Ordinal 2 3 Pendidikan Pemakaian KB Buatan Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh seseorang. (Notoatmadjo, 2007)
Semua akseptor pengguna alat kontrasepsi KB hormonal
suntik,pil,implant,kondom dan IUD
Kuesioner
Kuisioner
0 Rendah ( SD/SMP sedrajat) 1 Tinggi (SMA,Akade mi/ Perguruan tinggi) 0 Tidak 1 Ya Ordinal Nominal
3.7Alat dan Teknik Pengambilan Data 3.7.1 Alat Penelitian
Pada penelitian ini digunakan alat – alat sebagai berikut : a) Kuesioner
(42)
33
3.7.2 Jenis Data
Dalam memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan cara sebagai berikut :
1. Data Primer ( data yang diperoleh langsung di lapangan ) -Tinjauan Lapangan
Penelitian langsung pada objek penelitian. Data-data yang dikumpulkan dengan cara :
a) Observasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan mengamati langsung objek.
b) Wawancara, yaitu tanya jawab langsung dengan responden. c) Kuisioner, yaitu membagikan daftar pertanyaan untuk dijawab
kepada reponden.
2. Data Sekunder ( data dari dokumentasi yang telah ada ) -Tinjauan Kepustakaan
Pengumpulan data melalui perpustakaan dengan cara mempelajari buku-buku literatur yang relevan dengan penelitian.
-Dokumen yaitu, menggunakan data-data yang sudah ada.
3.8Pengolahan dan Analisis data 3.8.1 Pengolahan data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program SPSS 20.0. for Windows dengan α < 0,1
(43)
Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah :
a). Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.
b). Editing, pada tahapan ini dilakukan penyuntingan data sebelum proses pemasukan data.Kegiatan ini dilakukan agar dapat mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengumpulan kuisioner.
b). Data entry, memasukkan data kedalam komputer.
c). Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.
d). Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.
3.8.2 Analisis Statistika
Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program SPSS 20.0 for Windows dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.
a). Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel teikat, yaitu tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.
(44)
35
b). Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik .
Uji hipotesis
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square yang merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang digunakan untuk mencari hubungan dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk skala kategorik. Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat (nilai expected count >20%) maka dipilih uji alternatif yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk table 2x3 dan uji Fisher Exact untuk table 2x2.
(45)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah:
1. Rata-rata tingkat pengetahuan ibu adalah 61,8 yang dilihat dari skor pengetahuan dari kuisioner
2. Rata-rata tingkat pendidikan ibu adalah rendah sebesar 75%, yaitu SD/SMP sederajat
3. Jenis alat kontrasepsi yang sering digunakan oleh ibu-ibu di Desa Yukum Jaya adalah alat kontrasepsi jenis suntik,yaitu dalam presentase 39 % 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
pemakaian alat kontrasepsi yang dapat dilihat dari uji Chi-Square dengan propabilitas (p) = 0,000<0,05
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi yang dapt dilihat dari uji Chi-Square dengan propabilitas (p) = 0,015<0,05
(46)
53
5.2Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai pemakaian alat kontrasepsi oleh Puskesmas atau PLKB Desa
2. Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain seperti sikap,pendapatan/ekonomi terhadap perilaku penggunaan alat kontrasepsi
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Bappenas. 2002. “Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian dan Statistik”. www.bapenas.go.id. (dikutip 5 Oktober 2013).
Bastable, S. B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta : EGC.
BKKBN. 2013. Materi KSPK pada Raker KB Nasional. www.bkkbn.com. (dikutip 5 Oktober 2013).
BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan. www.bkkbn.go.id. (dikutip 5 Oktober 2013)
Bur. 2006. Plus-minus Kontrasepsi Oral. www.republika.go.id. (dikutip 30 Oktober 2013).
Cunningham, F., Garry. 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Salemba Medika. Jakarta. Halm: 125 – 133.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta. Halm; 121-140.
Depdiknas, 2003, Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Depkes RI. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.
Farrer, H. 2003. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Hartanto. 2007. Ragam Kontrasepsi. Jakarta : EGC
(48)
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, I.B.G. 2004. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.
Maryani, H., 2002, Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi Wanita, www.tempo.co.id, (dikutip 16 Oktober 2013).
Notoatmojo, S 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rhineka Cipta . Jakarta. Halm : 75 - 100
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta.
Praputranto, A.S. 2005. Plus Minus Alat Kontrasepsi. www.republika.co.id. (dikutip 2 Oktober 2013).
Ridarineni, N. 2006. Serba-Serbi Kontrasepsi. www.republika.co.id. (dikutip 2 Oktober 2013).
Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Shirran, A. 2008. Evaluating Students. Jakarta: Gramedia.
Soedharto, B. 2000. Hubungan Tingkat Pendidikan Penduduk dengan Penggunaan Alat-alat Kontrasepsi di Kelurahan Asanon dan Hedam Abepura. www.IJPTUNCEN.co.id. (dikutip 20 Oktober 2013).
Sinclair, C. 2001. A Midwife’s Hand Book. California : Staff Nurse Midwife Kaiser Permanente Medical Center.
Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. ALFABETA, Bandung.
Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Syamsir. 2006. Pengantar Sosiologi. Padang. Unp Press
Winkjosastro, H.. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
(1)
Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah :
a). Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.
b). Editing, pada tahapan ini dilakukan penyuntingan data sebelum proses pemasukan data.Kegiatan ini dilakukan agar dapat mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengumpulan kuisioner.
b). Data entry, memasukkan data kedalam komputer.
c). Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.
d). Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.
3.8.2 Analisis Statistika
Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program SPSS 20.0 for Windows dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.
a). Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel teikat, yaitu tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.
(2)
35
b). Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik .
Uji hipotesis
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square yang merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang digunakan untuk mencari hubungan dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk skala kategorik. Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat (nilai expected count >20%) maka dipilih uji alternatif yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk table 2x3 dan uji Fisher Exact untuk table 2x2.
(3)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah:
1. Rata-rata tingkat pengetahuan ibu adalah 61,8 yang dilihat dari skor pengetahuan dari kuisioner
2. Rata-rata tingkat pendidikan ibu adalah rendah sebesar 75%, yaitu SD/SMP sederajat
3. Jenis alat kontrasepsi yang sering digunakan oleh ibu-ibu di Desa Yukum Jaya adalah alat kontrasepsi jenis suntik,yaitu dalam presentase 39 % 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
pemakaian alat kontrasepsi yang dapat dilihat dari uji Chi-Square dengan propabilitas (p) = 0,000<0,05
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi yang dapt dilihat dari uji Chi-Square dengan propabilitas (p) = 0,015<0,05
(4)
53
5.2Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai pemakaian alat kontrasepsi oleh Puskesmas atau PLKB Desa
2. Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain seperti sikap,pendapatan/ekonomi terhadap perilaku penggunaan alat kontrasepsi
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Bappenas. 2002. “Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian dan Statistik”. www.bapenas.go.id. (dikutip 5 Oktober 2013).
Bastable, S. B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta : EGC.
BKKBN. 2013. Materi KSPK pada Raker KB Nasional. www.bkkbn.com. (dikutip 5 Oktober 2013).
BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan. www.bkkbn.go.id. (dikutip 5 Oktober 2013)
Bur. 2006. Plus-minus Kontrasepsi Oral. www.republika.go.id. (dikutip 30 Oktober 2013).
Cunningham, F., Garry. 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Salemba Medika. Jakarta. Halm: 125 – 133.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta. Halm; 121-140.
Depdiknas, 2003, Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Depkes RI. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.
Farrer, H. 2003. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Hartanto. 2007. Ragam Kontrasepsi. Jakarta : EGC
(6)
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, I.B.G. 2004. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.
Maryani, H., 2002, Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi Wanita, www.tempo.co.id, (dikutip 16 Oktober 2013).
Notoatmojo, S 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rhineka Cipta . Jakarta. Halm : 75 - 100
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta.
Praputranto, A.S. 2005. Plus Minus Alat Kontrasepsi. www.republika.co.id. (dikutip 2 Oktober 2013).
Ridarineni, N. 2006. Serba-Serbi Kontrasepsi. www.republika.co.id. (dikutip 2 Oktober 2013).
Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Shirran, A. 2008. Evaluating Students. Jakarta: Gramedia.
Soedharto, B. 2000. Hubungan Tingkat Pendidikan Penduduk dengan Penggunaan Alat-alat Kontrasepsi di Kelurahan Asanon dan Hedam Abepura. www.IJPTUNCEN.co.id. (dikutip 20 Oktober 2013).
Sinclair, C. 2001. A Midwife’s Hand Book. California : Staff Nurse Midwife Kaiser Permanente Medical Center.
Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. ALFABETA, Bandung.
Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Syamsir. 2006. Pengantar Sosiologi. Padang. Unp Press
Winkjosastro, H.. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.