tubektomi yaitu cara pomeroy, kroemer, irving, pemasangan cincin Falope, klip filshie dan elektro-koagulasi disertai pemutusan tuba Winkjosastro dkk, 2008.
b. Vasektomi Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia, sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi penyatuan dengan ovum
tidak terjadi. Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria
maupun pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga Saifuddin dkk, 2003.
Dan kemudian ujung yang terpotong diputar balik serta disegel dengan diatermi. Prosedur vasektomi temporer kini juga sedang diteliti. Efek kontrasepsi
pada tindakan ini baru tercapai setelah semua sperma yang tertinggal di atas bagian vasa deferensia yang dipotong itu sudah terdorong keluar dalam tubuh.
Ekskresi sperma keluar tubuh ini memerlukan 20-30 kali ejakulasi Farrer, 2003.
2.4.7. Pemakaian Alat Kontrasepsi
Menurut Maryani 2002, banyak pasangan usia subur harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode
yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan
seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, pasangan usia subur harus menimbang berbagai faktor, termasuk
status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan,
kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian,
meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif,
dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita
merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan
atau tidak menggunakan metode KB sama sekali Maryani, 2002.
2.5. Kerangka Pemikiran 2.5.1
Kerangka teori
Menurut L.Green dalam Notoatmodjo disebutkan perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku seperti yang tertera pada Bagan.1 Notoatmodjo,
2007.
Bagan 1. Modifikasi Teori Perilaku Lawrence Green Notoatmodjo, 2007.
2.5.2 Kerangka konsep
Berdasarkan bagan 2 di bawah ini, variable independen pada penelitian ini adalah pemgetahuan dan pendidikan. Variable dependen pada penelitian ini adalah
pemakaian alat kontrasepsi.
Variabel independen Variabel dependen
Bagan 2. Berbagai hubungan antar variabel.
Faktor Perdisposisi Predisposing factors :
Pengetahuan dan Pendidikan
Perilaku Penggunaan Alat Kontrasepsi
Faktor Pemungkin Enabling factors :
Ketersediaan dan Kenyamanan
Faktor Penguat Reinforcing factors
Peraturan –Peraturan,
Pengawasan
Pengetahuan
Pemakaian Alat Kontrasepsi