Hukum  waris  adat  di  Indonesia  banyak  terpengaruh  oleh  hukum  Islam,  ahli waris  hanya bertanggung  jawab sebatas pada harta peninggalan  saja. Sehingga, ahli
waris harus menyelesaikan kewajiban dari pewaris atas seluruh utang-utangnya dari para kreditur.
49
C. Macam-Macam Ahli Waris Menurut Hukum Islam dan Hukum Adat
1. Menurut Hukum Islam
Macam-macam  ahli  waris  menurut  pasal  174  Kompilasi  Hukum  Islam  terdiri dari:
a.  Menurut hubungan darah: 1.  Golongan  laki-laki  terdiri  dari:  ayah,anak  laki-laki,  saudara  laki-laki,
paman dan kakek; 2 Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara perempuan
dan nenek. b.  Menurut hubungan perkawinan terdiri dari duda atau janda.
50
Bagian ahli waris menurut sistem bilateral, sebagai berkut: 1 Ahli waris dzul faraid,  yakni ahli waris  yang bagiannya telah diatur  dalam
Alquran  dan  hadis  yaitu  ibu,  bapak,  duda,  saudara  laki-laki  seibu,  saudara perempuan kandung, saudara perempuan sebapak, kakek dan nenek.
2 Ahli  waris  dzul  qarabat,  yakni  ahli  waris  yang  mendapat  bagian  warisan yang tidak ditentukan jumlahnya dan mendapatkan sisa warisan. Ahli waris
49
F.Satriyo Wicaksono, Op. cit., h.86
50
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Buku II, Hukum Kewarisan, Op. cit., h.376
Universitas Sumatera Utara
ini  mempunyai  hubungan  dengan  pewaris  melalui  garis  laki-laki  dan perempuan,  yaitu  anak  laki-laki,  anak  perempuan  yang  mewaris  bersama
anak laki-laki, bapak, saudara laki-laki apabila pewaris tidak ada keturunan, dan saudara perempuan apabila pewaris tidak mempunyai keturunan.
3 Ahli  waris  mawali  pengganti,  yakni  ahli  waris  yang  menggantikan seseorang  yang  meninggal  untuk  mendapatkan  bagian  warisan  yang  akan
didapatkan oleh orang yang digantikan seandainya ia hidup. Misalnya, cucu yang menggantikan ayahnya dalam mewarisi harta kekayaan dari kakeknya.
Ahli waris menurut sitem waris patrilineal, sebagai berikut: a  Ahli  waris  dzul  faraid,  yakni  ahli  waris  yang  mendapatkan  bagian  sesuai
ketentuan  dalam  Al-Qur’an  dan  Hadits,  antara  lain:  ibu,  bapak,  duda, saudara  laki-laki  seibu,  saudara  perempuan  seibu,  cucu  perempuan  dari
anak  laki-laki,  saudara  perempuan  kandung,  saudara  perempuan  sebapak, kakek dan nenek.
b Ahli  waris  ashabah,  yakni  ahli  waris  yang  tidak  memperoleh  bagian tertentu,  tapi  mendapatkan  seluruh  harta  warisan  apabila  tidak  ada  ahli
waris  dzul  faraid,  dan  mendapatkan  seluruh  sia  harta  warisan  setelah dibagikan  kepada  ahli  waris  dzul  faraid  atau  tidak  menerima  apapun  jika
telah halus dibagikan kepada ahli waris dzul faraid Ahli waris ashabah terbagi dalam tiga golongan yakni:
1  Asabah  binafsihi,  merupakan  ahli  waris  ashabah  karena  dirinyya  sendiri bukan  karean  bersama  ahli  waris  lainnya,  yaitu:  anak  laki-laki,  bapak,
kakek,  cucu  laki-laki  dari  anak  laki-laki,  saudara  laki-laki  kandung, saudara laki-laki sebapak, paman kandung, paman sebapak, anak laki-laki
paman kandung, dan anak laki-laki paman sebapak.
Universitas Sumatera Utara
2  Asabah  bil-ghairi,  merupakan  ahli  waris  ashabah  karena  bersama  ahli waris lainnya, yaitu seorang wanita yang menjadi ahli waris asabah karena
ditarik  oleh  ahli  waris  laki-laki,  yaitu  anak  perempuan  yang  mewaris bersama anak laki-laki, cucu perempuan yang mewaris bersama cucu laki-
laki, saudara perempuan  kandung  yang mewaris  dengan saudara laki-laki kandung, saudara perempuan sebapak yang dengan saudara yang mewaris
bersama saudara laki-laki sebapak. 3  Asabah  ma’al-ghairi,  yakni  saudara  peremouan  kandung  atau  sebapak
yang  menjadi  ahli  waris  asabah  karena  mewaris  bersama  dengan keturunan  perempuan,  yaitu:  saudara  perempuan  kandung  yang  mewaris
dengan anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara perem[uan  sebapak  yang  mewaris  dengan  anak  perempuan  atau  cucu
perempuan dari anak laki-laki. Ahli  waris  dzul  arham,  yakni  ahli  waris  yang  mempunyai  pertalian  darah
dengan pewaris lewat keluarga perempuan, yang termasuk ahli waris ini adalah cucu dari  anak  perempuan,  anak  perempuan  saudara  laki-laki,  anak  perempuan  pama,
paman seibu, saudara laki-laki ibu, dan bibi. Didalam  kewarisan  patrilineal  selalu  memberikan  kedudukan  yang  lebih
kepada pihak laki-laki, termasuk bagian antara ibu dan bapak atas harta warisan dari anaknya sendiri.
51
2. Menurut Hukum Adat