Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan Yang Berlaku Pada Masyarakat

Hukum adat dipilih karena hukum adat menjadi adat kebiasaan yang berlaku dan yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Walaupun tidak tertulis tetapi hukum adat mempunyai kekuatan yang mengikat dalam masyarakat, karena sesuai dengan cita- cita hukum rechtsideea dan perasaan hukum rechtsgevool masyarakat. Hukum adat ini memiliki peran yang sangat penting khususnya dalam pengaturan pelaksanaan warisan dalam masyarakat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas. Sebab dalam hukum adat tersebut telah diatur di dalamnya tentang cara pelaksanaan dan penyelesaian sengketa pembagian warisan, sistem musyawarah dan prosedur penyelesaiannya, dan jenis sanksi yang dijatuhkan terhadap pihak yang memicu timbulnya sengketa pembagian warisan. Masyarakat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas masih menggunakan hukum waris adat dalam pembagian warisan dan hal ini sudah turun menurun dari nenek moyang yang terdahulu, dimana pembagian warisan dilakukan berdasarkan garis keturunan ayah.

B. Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan Yang Berlaku Pada Masyarakat

Mandailing di Kabupaten Padang Lawas Dalam pelaksanaan pembagian warisan dalam masyarakat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas bahwa yang berhak mendapatkan warisan adalah keluarga dari pihak laki-laki. Jumlah bagian yang akan diterimakan oleh anak laki-laki telah ada ketentuannya dalam hukum waris adat Mandailing. Bagian anak siakkaan anak laki-laki tertua adalah sama dengan dua bagian dari adiknya yang laki-laki. Misalnya ada seorang ayah yang meninggal, meninggalkan 3 anak laki-laki, maka harta warisan harta ayahnya harus dibagi empat. Dua bagian untuk anak tertua dan masing-masing adik memiliki bagian satu. 104 104 Ibid.,h.42. Universitas Sumatera Utara Bila dilihat secara sekilas, terjadi ketidak adilan antara bagian anak siakkaan dengan anak sianggian. Namun kalau ditelusuri lagi ternyata ada beberapa alasan dan pertimbangan adat atas diberikannya kelebihan bagian anak siakkaan. Beberapa alasan tersebut: 1. Anak siakkaan telah bersusah payah bersama orang tuanya ikut mangarimba menggarap sawah atau kebun. Dengan kata lain anak siakkaan telah banyak membantu orang tuanya dalam mencari nafkah keluaga, termasuk nafkah adik-adiknya. 2. Anak siakkaan lah yang membayar tutup ila dari seluruh adik-adiknya. 3. Anak siakkaan telah banyak membimbing, mengasuh dan mendidik adik- adiknya. Jadi wajar kalau ia mendapat bagian lebih banyak dari adik- adiknya. 4. Jika orang tua meninggal, maka seluruh tanggung jawab diserahkan kepada anak siakkaan. Seandainya yang tinggal di kampung adalah anak sianggian, ketentuan hukum adat tetap memberikan dua bagian lebih banyak untuk anak siakkaan. Namun barang kali anak siakkaan akan rela jika bagiannya sama dengan bagian adiknya yang laki- laki. Pembagian semacam ini hanya merupakan kebijakan mereka, bukan kebijakan atau ketentuan hukum adat. Anak perempuan dalam hukum adat Mandailing tidak mendapatkan bagian tertentu dari harta peninggalan orang tuanya. Pertimbangan semacam ini dipengaruhi oleh beberapa sebab yang dapat diterima akal sehat, antara lain: a. Setiap anak perempuan akan mendapatkan warisan dari harta bagian suaminya. b. Setiap anak perempuan yang telah menikah adalah menjadi tanggung jawab suaminya, bukan menjadi tanggung jawab saudara laki-lakinya. Oleh Universitas Sumatera Utara karenanya, ia lebih berhak mendapatkan harta dari keluarga suaminya, dari pada harta keluarga orang tuanya. c. Segala kebutuhan anak perempuan ditanggung oleh keluarga laki-laki konsekuensinya adalah harta warisan bagi anak laki-laki bukan anak perempuan. d. Walaupun anak perempuan tidak mendapatkan warisan dari orang tuanya, ia belum kawin, ia tetap dipelihara oleh saudara laki-lakinya 105 . Jika ada seseorang yang meninggal, dengan meninggalkan beberapa anak perempuan. Sementara anak laki-lakinya tidak ada, maka bagian anak perempuan adalah 13 dari seluruhnya warisan ayahnya dan 23 lagi untuk kahanggi orang tuanya yang meninggal. Jika seorang ayah meninggal, dengan meninggalkan beberapa anak laki-laki. Kemudian tidak berapa lama, ayah dari yang meninggal tersebut adalah meninggal, dengan meninggalkan beberapa anak. Maka cucu yang tidak mempunyai ayah itu, akan menggantikan kedudukan ayahnya untuk mewarisi harta kakeknya. Peristiwa semacam ini dalam Islam memang tidak dibolehkan, namun dalam adat justru diperbolehkan dengan berbagai pertimbangan dan kebijaksanaan. Anak dari istri kedua dalam adat mandailing hanya mendapatkan warisan dari ibu kandungnya saja, sementara ia tidak berhak mewarisi harta kekayaan ayah dan ibu pertamanya. Kalaupun ia mendapatkan bagian, hanya merupakan pembagian rasa kasih sayang semata. Harta pusako tidak dapat dijadikan sebagai warisan. Dengan kata lain, harto pusako tidak dapat dibagi- bagikan oleh keluarganya, tetapi ia tetap di simpan di dalam bagas godang. 105 Ibid.,h.43. Universitas Sumatera Utara Pada prinsipnya, semua anak dalam pandangan adat mandailing adalah berhak mewarisi harta peninggalan orang tuanya. Namun pada saat tertentu, ahli waris tidak dibolehkan atau dilarang mewarisi harta peninggalan orang tuanya larangan mewarisi ini terjadi disebabkan oleh pembunuhan yang dilakukan terhadap pewaris atau yang memiliki harta. Beda agama tidak bjsa menjadi alasan terhalangnya seseorang dari mewarisi harta orang tuanya. Jadi keluar dari agama orang tua tidak menjadi sebab terhalangnya seseorang dari mewarisi harta orang tuanya. Dalam setiap pembagian harta, baik orang tua masih hidup atau telah meninggal selalu disebut dengan pembagian harta warisan. Karena istilah pembagian harta menurut cara hibah tidak begitu dikenal oleh masyarakat adat mandailing, namun yang lebih dikenal dengan isitilah pembagian harta warisan atau pembagian harta pusako. 106 Pembagian warisan dalam adat mandailing mempunyai dua pengertian operasional: 1 Pembagian seluruh harta kekayaan orang tua kepada seluruh ahli waris setelah orang tua meninggal dunia. Dalam pengertian ini, harta kekayaan orang tua hanya bisa dibagi setelah ia meninggal dunia dengan menggunakan hukum waris Islam atau dilakukan dengan cara musyawarah antara sesama anak. 2 Pembagian harta yang dilakukan orang tua kepada anak-anaknya ketika ia masih hidup. Masyarakat adat Mandailing sering membagikan harta menurut cara yang kedua. Hal ini dapat dibuktikan dari kebiasaan orang tua yang membagikan hartanya 106 Ibid.,h.44 - 45. Universitas Sumatera Utara kepada seluruh anak-anaknya ketika ia masih hidup. Praktek semacam ini telah mengakar dikalangan masyarakat sejak dulu sampai sekarang. 107 Walaupun mereka menyebutnya dengan istilah pembagian harta warisan, tetapi dalam kenyataanya yang mereka lakukan adalah pembagian harta menurut cara hibah. Istilahnya saja yang salah, tetapi prakteknya tetap saja praktek hibah. Aturan mengenai hibah dalam adat Mandailing tidak dijumpai dalam bentuk kodifikasi sebagaimana aturan yang terdapat dalam hukum waris Islam. Tetapi aturan mengenai hibah dan masalah-masalah adat lainnya, semuanya tercatat dan terpelihara dalam surat Tumbaga Holing 108 . Fungsi hibah adalah sangat besar sekali, terutama dalam memberikan perlindungan bagi kepentingan anak kandung. Adapun faktor yang melatar belakangi besarnya fungsi hibah tersebut adalah bahwa di dalam hibah itu menurut ketentuan adat Mandailing ada ketentuan minimal dan maksimalnya. Selain itu juga dalam hibah ini langsung bisa diberikan ketika orang tua masih hidup tanpa menunggu ia meninggal dunia lebih dahulu. Oleh karena itu, orang tua bebas menentukan jumlah yang akan dia hIbahkan kepada setiap anaknya. Bila perlu ia dapat bertindak untuk tidak memberikan hibah kepada seseorang anak, jika anak tersebut pindah agama atau durhaka padanya. 109 Secara kenyataan bahwa hibah ini masih tetap dipertahankan dan dipraktekkan oleh masyarakat adat Mandailing sampai sekarang. Hal ini menandakan bahwa hibah tersebut di rasa mempunyai fungsi yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat disana. Bukti lain menunjukkan bahwa minim sekali terjadi perselisihan pasca dilakukannya hibah orang tua. Karena memang mereka semua yang terkait 107 Hasil kesimpulan dari wawancara yang dilakukan dengan berbagai tokoh masyarakat Desa Binanga. 108 Surat Tumbaga Holing artinya suatu surat yang tidak Nampak tapi dapat dibaca oleh masyarakat. 109 Hasil wawancara dengan Abdul Hakim Harahap salah seorang hatobangun desa Binanga. Universitas Sumatera Utara dalam keluarga merasa puas karena dianggap mengandung keadilan. Lebih rincinya, hibah dalam pandangan masyarakat adat adalah memiliki berbagai fungsi dalam memberikan perlindungan bagi anak kandung, amtara lain: a Hibah berfungsi menghindari terjadi perpecahan di antara sesama anak sebab kalau orang tua tidak segara menghibahkan hartanya, dikhawatirkan akan terjadi perpecahan dan pertengkaran antara sesama anaknya ketika ia meninggal dunia kelak.kalau sudah harta telah selesai di hibahkan kepada seluruh anak-anaknya, maka kemungkinan kecil akan terjadi perselisihan diantara anak. Kalaupun misalnya terjadi perselisihan, tentu orang tuanya ikut mendamaikannya. 110 b Hibah dapat berfungsi memberikan pertolongan bagi anak yang dalam kondisi lemah. Baik kelemahan dalam bidang ekonomi maupun kelemahan dalam bidang kesehatan. Misalnya ada anak yang lebih miskin diantara seluruh anak- anaknya atau ada anak yang menderita penaykit menahun, yang diperkirakan ia membutuhkan banyak biaya dalam pengobatannya. Kondisi semacam ini lah yang mendorong orang tuanya menghibahkan hartanya kepada anak-anaknya. c Hibah berfungsi sebagai upah. Artinya siapa diantara anak yang lebih banyak memberikan bantuan terhadap orang tuanya dalam berusaha untuk mencari kebutuhan sehari-hari, maka orang tua biasanya menghibahkan sebagian hartanya kepda anak tersebut sebagai upah jerih payahnya. Suatu misal, ada sebagian anak yang tinggal di kampung ikut membantu orang tuanya dalam bekerja mencari biaya saudara-saudaranya yang sedang sekolah diperantauan. Setelah lama ia membantu orang tuanya, tentu sangat wajar kalau ia mendapatkan nilai lebih dalam perolehan harta hibah orang tuanya. Seandainyapun ia mendapatkan bagian yang lebih banyak, tentu saudara-saudaranya pun dapat 110 Hal yang sama pernah dikemukakan oleh Surojo Wignojodipoero dalam bukunya Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, 1973, h.209. Universitas Sumatera Utara menerimanya dengan tulus ikhlas. Bahkan saudara yang telah berhasil, malah ikut memberikan tambahan bagian kepada saudara yang tinggal di kampung tersebut. d Hibah berfungsi sebagai persediaan biaya Bayo Pangoli 111 dikemudian hari. kebiasaan yang terjadi di Padang Lawas bahawa bagi keluarga yang mampu selalu menghorjakan 112 anak laki-lakinya kalau sudah menikah. Bahkan tidak jarang dilakukan dengan horja margondang 113 . Kasus semacam ini terjadi pada saat adanya anak laki-laki yang belum menikah. Sementara kedua orang tuanya sudah mulai tua, maka orang tua biasanya menghibahkan sebagian harta kepada anak tersebut yang akan dipergunakan kelak untuk biaya pernikahannya. Orang tua menghibahkan harta ini dengan maksud agar anak tersebut kelak memiliki persediaan biaya dalam pesta perkawinannya, jika sewaktu-waktu orang tuanya meninggal dunia terlebih dahulu. Dan jika orang tuanya belum meninggal pada saat pernikahannya, maka harta tersebut kembali menjadi milik orang tuanya. Karena biaya pernikahannya sudah ditanggulangi oleh orang tuanya. Peristiwa penghibahan ini, jelas tidak menjadi masalah bagi saudara- saudaranya yang lain, karena mereka juga dahuku telah mempergunakan harta orang tuanya dalam pesta perkawinan mereka. Inilah diantara fungsi hibah yang terjadi dalam masyarakat adat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas. e Hibah berfungsi sebagai koreksi atau penatralisir kekurangan yang terdapat dalam hukum waris adat. Hal ini dapat secara langsung dibuktikan pada masyarakat hukum adat yang bersistem unilateral, baik patrilinial maupun 111 Bayo Pangoli artinya pengantin laki-laki. Yang dimaksud disini adalah orang tua sengaja menghibahkan sebagian hartanya lebih dahulu kepada anak laki-laki yang belum menikah untuk dipergunakan kelak biaya perkawinannya. 112 Menghorjakan maksudnya adalah mengadakan upacara pesta perkawinan. 113 Horja Margondang berarti acara pesta perkawinan yang dilaksanakan dengan tiga hari tiga malam bahkan ada yang sampai tujuh hari tujuh malam. Horja Margondang ini adalah pesta paling mewah di masyarakat Padang Lawas. Universitas Sumatera Utara matrilineal. Sebagaimana diketahui bahwa pada masyarakat patrilinial, yang tergolong ahli waris sebenarnya hanyalah anak laki-laki saja, sedangkan anak wanita tidak tergolong sebagai ahli waris. Dalam mengatasi kekurang adilan ini, sebagai alternatif pilihan, hibah dapat dilaksanakan orang tua kepada anak wanitanya agar mereka pun bisa memperoleh bagian dari harta orag tuanya. Demikian pula pada masyarakat matrilineal bahwa yang menjadi ahli waris adalah justru anak-anak dari saudara wanita si ayah atau kemenakan dari sang ayah. Oleh karena itu, sang ayah menempuh jalan hibah agar anak laki-lakinya memperoleh bagian dari hartanya, sehingga tidak seluruh hartanya jatuh apada para kemenakannya saja. f Hibah berfungsi sebagai modal pertama bagi anak yang baru menikah. Artinya, orang tua dapat menghibahkan sebagian dari hartanya untuk kebutuhan biaya materil anak laki-laki yang telah mentas atau yang baru berkeluarga. Anak yang baru menikah yang belum memiliki harta, akan dihibahkan sebagian harta baginya sebagai modal pertama dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Harta yang ia terima ini, sudah menjadi miliknya untuk selama-selamanya tanpa bisa diganggu gugat oleh saudara-saudaranya yang lain. Yang bisa menggugatnya hanya orang tuanya semata. Dalam proses penyerahan harta hibah kepada masing-masing anak dapat dilakukan dengan tiga cara 114 : 1 Proses pemberian harta hibah tersebut dilakukan diantara keluarga saja tanpa dipersaksikan kepada orang lain, seperti pengetua adat, notaris dan lain sebagainya. 2 Proses pemberian tersebut dilakukan dihadapan para hatobangun 115 dengan memberikan ingot-ingot 116 kepada seluruh hatobangan yang hadir. 114 Sumbernya didapat dari wawancara yang dilakukan kepada seluruh kepala-kepala suku yang dijumpai di desa Binanga. Universitas Sumatera Utara 3 Proses pemberian tersebut dilakukan oleh keluarga dihadapan keluarga sendiri. Setelah itu baru mereka meminta tanda tangan pengetua-pengetua adat yang akan dijadikan bukti sah atas terjadinya hibah antara mereka. Dalam proses penyerahan harta hibah tersebut, masyarakat adat Mandailing tidak begitu tergantung pada akta notaris atau perjanjian diatas kertas segel. Mereka biasanya lebih sering menggunakan ketiga cara tersebut di atas. Sekalipun demikian kekuatan pembuktiannya tidak kalah dengan kekuatan pembuktian layaknya akta notaris, kertas segel dan lain sebagainya. Bahkan cara ketiga di atas jauh lebih tinggi nilainya di hadapan masyarakat adat mandailing. Hal ini dapat dibuktikan dengan tiadanya masalah gugatan keluarga atas hibah yang pernah dilaksanakan dikalangan masyarakat Padang Lawas. Memang secara kenyataan ada sebagian kecil masyarakat adat sekarang ini yang menghbahkan hartanya dengan menggunakan akta notaris, kertas segel dan lain sebagaimana. Tindakan semacam itu bukan merupakan kebiasaan yang terjadi dalam hukum adat, namun itu hanya merupakan inisiatif pelaku sendiri yang didasarkan pada perkembangan arus globalisasi. Seluruh hibah yang telah diberikan oleh pewaris maka harta hibahnya yang diberikan kepada ahli waris diperkirakan sebagai warisan. Jika jumlah hibah tersebut melebihi dari bagian sebagai ahli waris maka sisanya itu dikembalikan untuk dijadikan sebagai harta warisan bagi ahli waris yang lain dan jika jumlah hibahnya tidak mencapai jumlah bagian sebagai ahli waris maka ia berhak memperoleh tambahan harta warisan, tambahan untuk mencukupi jumlah ketentuan bagiannya sebagai ahli waris. 115 Hatobangun artinya orang-orang yang dituakan dalam masyarakat. Hatobangun ini terdiri dari wakil-wakil ketua setiap kepala-kepala suku. Khusus di desa Binanga hatobangun itu berasal dari 4 suku, yakni kepala suku dari keturunan Sutan Kumala, kepala suku dari keturunan Sutan Naiccat, kepala suku dari keturunan Baginda Muda dan kepala suku dari keturunan Tuan Sekh. 116 Ingot-ingot artinya adalah tanda ingatan. Yang dimaksud adalah pemberian berupa uang kepada para hatobangun yang hadir untuk selalu ingat atas peristiwa pemberian hibah tersebut. Kalau sudah diberikan ingot-ingot, maka kewajiban para hatobangun untuk memberitahukan peristiwa penyerahan harta hibah tersebut kepada anak cucunya, Universitas Sumatera Utara Tidak semua harta peninggalan atau harta warisan dapat dibagi-bagi oleh ahli waris menurut adat Mandailing. Tetapi harta warisan yang dapat dibagi-bagikan hanya tertuju pada dua jenis, yakni 117 : a Harta pusaka tinggi adalah harta yang berasal dari warisan nenek, turun ke ayah kemudian turun ke cucu. Jika nenek meninggal dunia, maka yang berhak menjadi pewaris adalah amang tua, uda. Jika ada anak perempuan dinamakan anak boru,bagiannya hanya merupakan pemberian saja. Pemberian Cuma-Cuma ini dinamakan dengan istilah Saba Ulos 118 . b Harta warisan yang asalnya dibeli dari orang lain. Jika orang tua sebagai pemilik harta tersebut meninggal dunia, maka anak laki-laki yang menjadi pewaris keseluruhan harta yang ditinggalkannya. Jika ada anak perempuan, maka bagiannya terserah berapa banyak yang akan diberikan oleh saudara laki-lakinya. Jadi yang menjadi ahli waris dalam hukum adat padang lawas adalah bahwa pihak laki-laki saja, sedangkan bagian anak perempuan bukan merupakan ahli waris. jadi aklaupun ada bagian yang mereka terima itu hanya pemberian Olong Ate ungkapan rasa kasihan saja. Dalam setiap pembagian warisan masyarakat Mandailing di Padang Lawas selalu menggunakan hukum adat dalam sebagai pedoman dalam ahli waris sebagaimana tergambar dalam tabel berikut: 117 Anwar Sadat Harahap,op. cit., h.52. 118 Istilah Saba Ulos ini sering dipakai dalam masyarakat Mandailing, yang artinya pemberian harta warisan kepada anak atau saudara perempuan berdasarkan kasih sayang semata. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Jawaban responden tentang pilhan hukum masyarakat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas dalam melakukan pelaksanaan pembagian warisan No Jawaban Responden Jenis Kelamin Jumlah L P 1. Pelaksanaan pembagian warisan dengan hukum waris adat 5 3 8 53,33 2. Pelaksanaan pembagian warisan dengan hukum waris Islam 2 3 5 33,33 3. Pelaksanaan pembagian warisan dengan hukum waris perdata 2 - 2 13,33 Jumlah 9 6 15 100 Sumber: Hasil Wawancara 2014 Dari data di atas menunjukkan bahwa terdapat 53,33 responden yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang menjawab bahwa mereka memilih pelaksanaan pembagian warisan dengan menggunakan hukum adat yang ada di Padang Lawas, dan terdapat 33,33 yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan mereka memilih melakukan pelaksanaan pembagian warisan dengan menggunakan hukum Islam dan hanya terdapat 13,33 responden yang mana hanya 2 orang laki-laki yang menjawab menggunakan hukum perdata dalam pelaksanaan pembagian warisan. Universitas Sumatera Utara Dari tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas memang konsisten dalam pelaksanaan adat dalam semua jenis kegiatan ditengah-tengah masyarakat. terbukti bahwa jawaban paling tinggi adalah bahwa pelaksanaan pembagian warisan dengan menggunakan hukum adat yang telah diatur oleh adat istiadat mereka. Pelaksanaan pembagian warisan dengan menggunakan hukum adat dianggap masyarakat Mandailing paling adil dalam pembagian warisan, sebagaimana tergambar dalam tabel berikut: Tabel 3. Jawaban responden tentang alasan masyarakat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas dalam memilih hukum adat sebagai pedoman dalam melakukan pembagian warisan No Jawaban Responden Jenis Kelamin Jumlah L P 1. Sangat adil 7 5 12 80 2. Kurang adil - - - - 3. Biasa saja 2 1 3 20 Jumlah 9 6 15 100 Sumber: Hasil Wawancara 2014 Data di atas menunjukkan bahwa terdapat 80 responden yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 5 orang perempuan yang menjawab bahwa hasil pembagian warisan dengan menggunakan hukum adat yang ada di Padang Lawas dianggap masyarakat Mandaling sangat adil dan terdapat 20 dimana terdiri dari 2 orang laki- laki dan 1 orang perempuan yang menjawab biasa saja. Mayoritas masyarakat Mandailing lebih memilih pelaksanaan pembagian warisan dengan menggunakan hukum adat karena mereka menganggap pelaksanaan Universitas Sumatera Utara pembagian warisan dengan menggunakan hukum adat lebih membawa keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Dalam hal ini meskipun anak perempuan hanya mendapatkan bagian tertentu dari harta peninggalan orang tuanya, mereka tetap mengganggap bahwa pelaksanaan pembagian warisan dengan menggunakan hukum adat lebih membawa keadilan bagi mereka sendiri, hal ini dipengaruhi oleh beberapa sebab yakni dimana walaupun anak perempuan tidak mendapatkan warisan dari orang tuanya, mereka akan di berikan Olong Ate yakni berupa pemberian berdasarkan rasa kasih sayang dari saudara laki-lakinya dan selama ia belum menikah maka ia akan dipelihara oleh saudara laki-lakinya sampai ia menikah maka ia akan menjadi tanggung jawab suaminya. Selain mereka masyarakat yang beradat, masyarakat mandailing juga merupakan masyarakat yang agamis, yakni masyarakat yang selalu mengamalkan dan menjunjung tinggi ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya 33,33 yang terdapat dalam tabel 2 responden menjawab bahwa pelaksanaan pembagian warisan dengan menggunakan hukum Islam.

C. Penyelesaian Sengketa Warisan Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten