Hukum  adat  dipilih  karena  hukum  adat  menjadi  adat  kebiasaan  yang  berlaku  dan yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Walaupun tidak tertulis tetapi hukum adat
mempunyai  kekuatan  yang  mengikat  dalam  masyarakat,  karena  sesuai  dengan  cita- cita hukum rechtsideea dan perasaan hukum rechtsgevool masyarakat.
Hukum  adat  ini  memiliki  peran  yang  sangat  penting  khususnya  dalam pengaturan  pelaksanaan  warisan  dalam  masyarakat  Mandailing  di  Kabupaten
Padang  Lawas.  Sebab  dalam  hukum  adat  tersebut  telah  diatur  di  dalamnya  tentang cara pelaksanaan dan penyelesaian sengketa pembagian warisan, sistem musyawarah
dan prosedur penyelesaiannya, dan jenis sanksi yang dijatuhkan terhadap pihak yang memicu timbulnya sengketa pembagian warisan.
Masyarakat  Mandailing  di  Kabupaten  Padang  Lawas  masih  menggunakan hukum  waris  adat  dalam  pembagian  warisan  dan  hal  ini  sudah  turun  menurun  dari
nenek  moyang  yang  terdahulu,  dimana  pembagian  warisan  dilakukan  berdasarkan garis keturunan ayah.
B. Pelaksanaan  Pembagian  Harta  Warisan  Yang  Berlaku  Pada  Masyarakat
Mandailing di Kabupaten Padang Lawas
Dalam  pelaksanaan  pembagian  warisan  dalam  masyarakat  Mandailing  di Kabupaten Padang Lawas bahwa yang berhak mendapatkan warisan adalah keluarga
dari pihak  laki-laki.  Jumlah  bagian  yang  akan  diterimakan  oleh  anak  laki-laki  telah ada ketentuannya dalam hukum waris adat Mandailing. Bagian anak siakkaan anak
laki-laki  tertua  adalah  sama  dengan  dua  bagian  dari  adiknya  yang  laki-laki. Misalnya  ada  seorang  ayah  yang  meninggal,  meninggalkan  3  anak  laki-laki,  maka
harta  warisan  harta  ayahnya  harus  dibagi  empat. Dua bagian  untuk  anak  tertua  dan masing-masing adik memiliki bagian satu.
104
104
Ibid.,h.42.
Universitas Sumatera Utara
Bila  dilihat  secara  sekilas,  terjadi  ketidak  adilan  antara  bagian  anak  siakkaan dengan  anak  sianggian.  Namun  kalau  ditelusuri  lagi  ternyata  ada  beberapa  alasan
dan pertimbangan adat atas diberikannya kelebihan bagian anak siakkaan. Beberapa alasan tersebut:
1.  Anak siakkaan telah bersusah payah bersama orang tuanya ikut mangarimba menggarap  sawah  atau  kebun.  Dengan  kata  lain  anak  siakkaan  telah
banyak  membantu  orang  tuanya  dalam  mencari  nafkah  keluaga,  termasuk nafkah adik-adiknya.
2.  Anak siakkaan lah yang membayar tutup ila dari seluruh adik-adiknya. 3.  Anak  siakkaan  telah  banyak  membimbing,  mengasuh  dan  mendidik  adik-
adiknya.  Jadi  wajar  kalau  ia  mendapat  bagian  lebih  banyak  dari  adik- adiknya.
4.  Jika orang tua meninggal, maka seluruh tanggung jawab diserahkan kepada anak siakkaan.
Seandainya yang tinggal di kampung adalah anak sianggian, ketentuan hukum adat tetap memberikan dua bagian lebih banyak untuk anak siakkaan. Namun barang
kali anak siakkaan akan rela jika bagiannya sama dengan bagian adiknya  yang laki- laki. Pembagian  semacam  ini  hanya merupakan  kebijakan mereka, bukan  kebijakan
atau ketentuan hukum adat. Anak  perempuan  dalam  hukum  adat  Mandailing  tidak  mendapatkan  bagian
tertentu dari harta peninggalan orang tuanya. Pertimbangan semacam ini dipengaruhi oleh beberapa sebab yang dapat diterima akal sehat, antara lain:
a.  Setiap  anak  perempuan  akan  mendapatkan  warisan  dari  harta  bagian suaminya.
b.  Setiap anak perempuan yang telah menikah adalah menjadi tanggung jawab suaminya,  bukan  menjadi  tanggung  jawab  saudara  laki-lakinya.  Oleh
Universitas Sumatera Utara
karenanya, ia lebih berhak mendapatkan harta dari keluarga suaminya, dari pada harta keluarga orang tuanya.
c.  Segala  kebutuhan  anak  perempuan  ditanggung  oleh  keluarga  laki-laki konsekuensinya  adalah  harta  warisan  bagi  anak  laki-laki  bukan  anak
perempuan. d.  Walaupun anak perempuan tidak mendapatkan warisan dari orang tuanya,
ia belum kawin, ia tetap dipelihara oleh saudara laki-lakinya
105
. Jika  ada  seseorang  yang  meninggal,  dengan  meninggalkan  beberapa  anak
perempuan.  Sementara  anak  laki-lakinya  tidak  ada,  maka  bagian  anak  perempuan adalah  13  dari  seluruhnya  warisan  ayahnya  dan  23  lagi  untuk  kahanggi  orang
tuanya yang meninggal. Jika  seorang  ayah  meninggal,  dengan  meninggalkan  beberapa  anak  laki-laki.
Kemudian tidak berapa lama,  ayah dari  yang meninggal tersebut adalah meninggal, dengan  meninggalkan  beberapa  anak.  Maka  cucu  yang  tidak  mempunyai  ayah  itu,
akan  menggantikan  kedudukan  ayahnya  untuk  mewarisi  harta  kakeknya.  Peristiwa semacam  ini  dalam  Islam  memang  tidak  dibolehkan,  namun  dalam  adat  justru
diperbolehkan dengan berbagai pertimbangan dan kebijaksanaan. Anak dari istri kedua dalam adat mandailing hanya mendapatkan warisan dari
ibu kandungnya  saja,  sementara  ia  tidak  berhak  mewarisi  harta  kekayaan  ayah  dan ibu  pertamanya.  Kalaupun  ia  mendapatkan  bagian,  hanya  merupakan  pembagian
rasa kasih sayang semata. Harta  pusako  tidak  dapat  dijadikan  sebagai  warisan.  Dengan  kata  lain,  harto
pusako  tidak  dapat  dibagi-  bagikan  oleh  keluarganya,  tetapi  ia  tetap  di  simpan  di dalam bagas godang.
105
Ibid.,h.43.
Universitas Sumatera Utara
Pada prinsipnya, semua anak dalam pandangan adat mandailing adalah berhak mewarisi harta peninggalan orang tuanya. Namun pada saat tertentu, ahli waris tidak
dibolehkan  atau  dilarang  mewarisi  harta  peninggalan  orang  tuanya  larangan mewarisi  ini terjadi disebabkan oleh pembunuhan yang dilakukan terhadap pewaris
atau yang memiliki harta. Beda  agama  tidak  bjsa  menjadi  alasan  terhalangnya  seseorang  dari  mewarisi
harta  orang  tuanya.  Jadi  keluar  dari  agama  orang  tua  tidak  menjadi  sebab terhalangnya seseorang dari mewarisi harta orang tuanya.
Dalam  setiap  pembagian  harta,  baik  orang  tua  masih  hidup  atau  telah meninggal selalu disebut dengan pembagian harta warisan. Karena istilah pembagian
harta  menurut  cara  hibah  tidak  begitu  dikenal  oleh  masyarakat  adat  mandailing, namun  yang  lebih dikenal dengan  isitilah pembagian  harta warisan atau pembagian
harta pusako.
106
Pembagian  warisan  dalam  adat  mandailing  mempunyai  dua  pengertian operasional:
1  Pembagian seluruh harta kekayaan orang tua kepada seluruh ahli waris setelah orang  tua  meninggal  dunia.  Dalam  pengertian  ini,  harta  kekayaan  orang  tua
hanya  bisa  dibagi  setelah  ia  meninggal  dunia  dengan  menggunakan  hukum waris Islam atau dilakukan dengan cara musyawarah antara sesama anak.
2  Pembagian  harta  yang  dilakukan  orang  tua  kepada  anak-anaknya  ketika  ia masih hidup.
Masyarakat  adat  Mandailing  sering  membagikan  harta  menurut  cara  yang kedua. Hal ini dapat dibuktikan dari kebiasaan orang tua yang membagikan hartanya
106
Ibid.,h.44 - 45.
Universitas Sumatera Utara
kepada  seluruh  anak-anaknya  ketika  ia  masih  hidup.  Praktek  semacam  ini  telah mengakar dikalangan masyarakat sejak dulu sampai sekarang.
107
Walaupun  mereka  menyebutnya  dengan  istilah  pembagian  harta  warisan, tetapi  dalam  kenyataanya  yang  mereka  lakukan  adalah  pembagian  harta  menurut
cara hibah. Istilahnya saja yang salah, tetapi prakteknya tetap saja praktek hibah. Aturan  mengenai  hibah  dalam  adat  Mandailing  tidak  dijumpai  dalam  bentuk
kodifikasi  sebagaimana  aturan  yang  terdapat  dalam  hukum  waris  Islam.  Tetapi aturan  mengenai  hibah  dan  masalah-masalah  adat  lainnya,  semuanya  tercatat  dan
terpelihara dalam surat Tumbaga Holing
108
. Fungsi  hibah  adalah  sangat  besar  sekali,  terutama  dalam  memberikan
perlindungan  bagi  kepentingan  anak  kandung.  Adapun  faktor  yang  melatar belakangi  besarnya  fungsi  hibah  tersebut  adalah  bahwa  di  dalam  hibah  itu  menurut
ketentuan adat Mandailing ada ketentuan minimal dan maksimalnya. Selain itu juga dalam  hibah  ini  langsung  bisa  diberikan  ketika  orang  tua  masih  hidup  tanpa
menunggu  ia  meninggal  dunia  lebih  dahulu.  Oleh  karena  itu,  orang  tua  bebas menentukan  jumlah  yang  akan  dia  hIbahkan  kepada  setiap  anaknya.  Bila  perlu  ia
dapat  bertindak  untuk  tidak  memberikan  hibah  kepada  seseorang  anak,  jika  anak tersebut pindah agama atau durhaka padanya.
109
Secara kenyataan bahwa hibah ini masih tetap dipertahankan dan dipraktekkan oleh  masyarakat  adat  Mandailing  sampai  sekarang.  Hal  ini  menandakan  bahwa
hibah  tersebut  di  rasa  mempunyai  fungsi  yang  sangat  besar  bagi  kehidupan masyarakat disana. Bukti lain menunjukkan bahwa minim sekali terjadi perselisihan
pasca  dilakukannya  hibah  orang  tua.  Karena  memang  mereka  semua  yang  terkait
107
Hasil kesimpulan dari wawancara yang dilakukan dengan berbagai tokoh masyarakat Desa Binanga.
108
Surat Tumbaga Holing artinya suatu surat yang tidak Nampak tapi dapat dibaca oleh masyarakat.
109
Hasil wawancara dengan Abdul Hakim Harahap salah seorang hatobangun desa Binanga.
Universitas Sumatera Utara
dalam keluarga merasa puas karena dianggap mengandung keadilan. Lebih rincinya, hibah  dalam  pandangan  masyarakat  adat  adalah  memiliki  berbagai  fungsi  dalam
memberikan perlindungan bagi anak kandung, amtara lain: a
Hibah  berfungsi  menghindari  terjadi  perpecahan  di  antara  sesama  anak  sebab kalau  orang  tua  tidak  segara  menghibahkan  hartanya,  dikhawatirkan  akan
terjadi  perpecahan  dan  pertengkaran  antara  sesama  anaknya  ketika  ia meninggal  dunia  kelak.kalau  sudah  harta  telah  selesai  di  hibahkan  kepada
seluruh  anak-anaknya,  maka  kemungkinan  kecil  akan  terjadi  perselisihan diantara anak. Kalaupun misalnya terjadi perselisihan, tentu orang tuanya ikut
mendamaikannya.
110
b Hibah dapat berfungsi memberikan pertolongan bagi anak yang dalam kondisi
lemah.  Baik  kelemahan  dalam  bidang  ekonomi  maupun  kelemahan  dalam bidang kesehatan. Misalnya ada anak yang lebih miskin diantara seluruh anak-
anaknya  atau  ada  anak  yang  menderita  penaykit  menahun,  yang  diperkirakan ia membutuhkan banyak biaya dalam pengobatannya. Kondisi semacam ini lah
yang mendorong orang tuanya menghibahkan hartanya kepada anak-anaknya. c
Hibah berfungsi  sebagai upah. Artinya  siapa diantara anak  yang  lebih banyak memberikan  bantuan  terhadap  orang  tuanya  dalam  berusaha  untuk  mencari
kebutuhan  sehari-hari,  maka  orang  tua  biasanya  menghibahkan  sebagian hartanya kepda anak tersebut sebagai upah jerih payahnya.
Suatu misal, ada sebagian anak yang tinggal di kampung ikut membantu orang tuanya  dalam  bekerja  mencari  biaya  saudara-saudaranya  yang  sedang  sekolah
diperantauan.  Setelah  lama  ia  membantu  orang  tuanya,  tentu  sangat  wajar  kalau  ia mendapatkan  nilai  lebih  dalam  perolehan  harta  hibah  orang  tuanya.  Seandainyapun
ia  mendapatkan  bagian  yang  lebih  banyak,  tentu  saudara-saudaranya  pun  dapat
110
Hal yang sama pernah dikemukakan oleh Surojo Wignojodipoero dalam bukunya Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, 1973, h.209.
Universitas Sumatera Utara
menerimanya  dengan  tulus  ikhlas.  Bahkan  saudara  yang  telah  berhasil,  malah  ikut memberikan tambahan bagian kepada saudara yang tinggal di kampung tersebut.
d Hibah  berfungsi  sebagai  persediaan  biaya  Bayo  Pangoli
111
dikemudian  hari. kebiasaan  yang  terjadi  di  Padang  Lawas  bahawa  bagi  keluarga  yang  mampu
selalu  menghorjakan
112
anak  laki-lakinya  kalau  sudah  menikah.  Bahkan  tidak jarang dilakukan dengan horja margondang
113
. Kasus  semacam  ini  terjadi  pada  saat  adanya  anak  laki-laki  yang  belum
menikah. Sementara  kedua orang tuanya  sudah mulai tua, maka orang tua biasanya menghibahkan  sebagian  harta  kepada  anak  tersebut  yang  akan  dipergunakan  kelak
untuk biaya pernikahannya. Orang  tua menghibahkan  harta ini dengan maksud agar anak  tersebut  kelak  memiliki  persediaan  biaya  dalam  pesta  perkawinannya,    jika
sewaktu-waktu  orang  tuanya  meninggal  dunia  terlebih  dahulu.  Dan  jika  orang tuanya  belum  meninggal  pada  saat  pernikahannya,  maka  harta  tersebut  kembali
menjadi  milik  orang  tuanya.  Karena  biaya  pernikahannya  sudah  ditanggulangi  oleh orang tuanya.
Peristiwa  penghibahan  ini,  jelas  tidak  menjadi  masalah  bagi  saudara- saudaranya yang lain, karena mereka juga dahuku telah mempergunakan harta orang
tuanya  dalam  pesta  perkawinan  mereka.  Inilah  diantara  fungsi  hibah  yang  terjadi dalam masyarakat adat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas.
e Hibah  berfungsi  sebagai  koreksi  atau  penatralisir  kekurangan  yang  terdapat
dalam    hukum  waris  adat.  Hal  ini  dapat  secara  langsung  dibuktikan  pada masyarakat  hukum  adat  yang  bersistem  unilateral,  baik  patrilinial  maupun
111
Bayo Pangoli artinya pengantin laki-laki. Yang dimaksud disini adalah orang tua sengaja menghibahkan sebagian hartanya lebih dahulu kepada anak laki-laki yang belum menikah untuk
dipergunakan kelak biaya perkawinannya.
112
Menghorjakan maksudnya adalah mengadakan upacara pesta perkawinan.
113
Horja Margondang berarti acara pesta perkawinan yang dilaksanakan dengan tiga hari tiga malam bahkan ada yang sampai tujuh hari tujuh malam. Horja Margondang ini adalah pesta paling
mewah di masyarakat Padang Lawas.
Universitas Sumatera Utara
matrilineal.  Sebagaimana  diketahui  bahwa  pada  masyarakat  patrilinial,  yang tergolong ahli waris  sebenarnya  hanyalah anak  laki-laki saja, sedangkan anak
wanita  tidak  tergolong  sebagai  ahli  waris.  Dalam  mengatasi  kekurang  adilan ini, sebagai alternatif pilihan, hibah dapat dilaksanakan orang tua kepada anak
wanitanya  agar  mereka  pun  bisa  memperoleh  bagian  dari  harta  orag  tuanya. Demikian  pula  pada  masyarakat  matrilineal  bahwa  yang  menjadi  ahli  waris
adalah justru anak-anak dari saudara wanita si ayah atau kemenakan dari sang ayah. Oleh karena itu, sang ayah menempuh jalan hibah agar anak laki-lakinya
memperoleh bagian dari hartanya, sehingga tidak seluruh hartanya jatuh apada para kemenakannya saja.
f Hibah  berfungsi  sebagai  modal  pertama  bagi  anak  yang  baru  menikah.
Artinya,  orang  tua  dapat  menghibahkan  sebagian  dari  hartanya  untuk kebutuhan  biaya  materil  anak  laki-laki  yang  telah  mentas  atau  yang  baru
berkeluarga.  Anak  yang  baru  menikah  yang  belum  memiliki  harta,  akan dihibahkan  sebagian  harta  baginya  sebagai  modal  pertama  dalam  menjalani
kehidupan rumah tangganya. Harta yang ia terima ini, sudah menjadi miliknya untuk  selama-selamanya  tanpa  bisa  diganggu  gugat  oleh  saudara-saudaranya
yang lain. Yang bisa menggugatnya hanya orang tuanya semata. Dalam  proses  penyerahan  harta  hibah  kepada  masing-masing  anak  dapat
dilakukan dengan tiga cara
114
: 1
Proses  pemberian  harta  hibah  tersebut  dilakukan  diantara  keluarga  saja  tanpa dipersaksikan  kepada  orang  lain,  seperti  pengetua  adat,  notaris  dan  lain
sebagainya. 2
Proses  pemberian  tersebut  dilakukan  dihadapan  para  hatobangun
115
dengan memberikan ingot-ingot
116
kepada seluruh hatobangan yang hadir.
114
Sumbernya didapat dari wawancara yang dilakukan kepada seluruh kepala-kepala suku yang dijumpai di desa Binanga.
Universitas Sumatera Utara
3 Proses pemberian tersebut dilakukan oleh keluarga dihadapan keluarga sendiri.
Setelah  itu  baru  mereka  meminta  tanda  tangan  pengetua-pengetua  adat  yang akan dijadikan bukti sah atas terjadinya hibah antara mereka.
Dalam  proses  penyerahan  harta  hibah  tersebut,  masyarakat  adat  Mandailing tidak begitu tergantung pada akta notaris atau perjanjian diatas kertas segel. Mereka
biasanya lebih sering menggunakan ketiga cara tersebut di atas. Sekalipun demikian kekuatan  pembuktiannya  tidak  kalah  dengan  kekuatan  pembuktian  layaknya  akta
notaris, kertas segel dan lain sebagainya. Bahkan cara ketiga di atas jauh lebih tinggi nilainya  di  hadapan  masyarakat  adat  mandailing.  Hal  ini  dapat  dibuktikan  dengan
tiadanya masalah gugatan keluarga atas hibah  yang pernah dilaksanakan dikalangan masyarakat  Padang  Lawas.  Memang  secara  kenyataan  ada  sebagian  kecil
masyarakat  adat  sekarang  ini  yang  menghbahkan  hartanya  dengan  menggunakan akta  notaris,  kertas  segel  dan  lain  sebagaimana.  Tindakan  semacam  itu  bukan
merupakan  kebiasaan  yang  terjadi  dalam  hukum  adat,  namun  itu  hanya  merupakan inisiatif pelaku sendiri yang didasarkan pada perkembangan arus globalisasi.
Seluruh  hibah  yang  telah  diberikan  oleh  pewaris  maka  harta  hibahnya  yang diberikan kepada ahli waris diperkirakan sebagai warisan. Jika jumlah hibah tersebut
melebihi  dari  bagian  sebagai  ahli  waris  maka  sisanya  itu  dikembalikan  untuk dijadikan  sebagai  harta  warisan  bagi  ahli  waris  yang  lain  dan  jika  jumlah  hibahnya
tidak  mencapai  jumlah  bagian  sebagai  ahli  waris  maka  ia  berhak  memperoleh tambahan  harta  warisan,  tambahan  untuk  mencukupi  jumlah  ketentuan  bagiannya
sebagai ahli waris.
115
Hatobangun artinya orang-orang yang dituakan dalam masyarakat. Hatobangun ini terdiri dari wakil-wakil ketua setiap kepala-kepala suku. Khusus di desa Binanga hatobangun itu berasal dari 4
suku, yakni kepala suku dari keturunan Sutan Kumala, kepala suku dari keturunan Sutan Naiccat, kepala suku dari keturunan Baginda Muda dan kepala suku dari keturunan Tuan Sekh.
116
Ingot-ingot artinya adalah tanda ingatan. Yang dimaksud adalah pemberian berupa uang kepada para hatobangun yang hadir untuk selalu ingat atas peristiwa pemberian hibah tersebut. Kalau
sudah diberikan ingot-ingot, maka kewajiban para hatobangun untuk memberitahukan peristiwa penyerahan harta hibah tersebut kepada anak cucunya,
Universitas Sumatera Utara
Tidak semua harta peninggalan atau harta warisan dapat dibagi-bagi oleh ahli waris  menurut  adat  Mandailing.  Tetapi  harta  warisan  yang  dapat  dibagi-bagikan
hanya tertuju pada dua jenis, yakni
117
: a  Harta  pusaka  tinggi  adalah  harta  yang  berasal  dari  warisan  nenek,  turun  ke
ayah  kemudian  turun  ke  cucu.  Jika  nenek  meninggal  dunia,  maka  yang berhak  menjadi  pewaris  adalah  amang  tua,  uda.  Jika  ada  anak  perempuan
dinamakan  anak  boru,bagiannya  hanya  merupakan  pemberian  saja. Pemberian Cuma-Cuma ini dinamakan dengan istilah Saba Ulos
118
. b  Harta  warisan  yang  asalnya  dibeli  dari  orang  lain.  Jika  orang  tua  sebagai
pemilik  harta  tersebut  meninggal  dunia,  maka  anak  laki-laki  yang  menjadi pewaris  keseluruhan  harta  yang  ditinggalkannya.  Jika  ada  anak  perempuan,
maka  bagiannya  terserah  berapa  banyak  yang  akan  diberikan  oleh  saudara laki-lakinya.  Jadi  yang  menjadi  ahli  waris  dalam  hukum  adat  padang  lawas
adalah bahwa pihak  laki-laki  saja, sedangkan bagian anak perempuan  bukan merupakan  ahli  waris.  jadi  aklaupun  ada  bagian  yang  mereka  terima  itu
hanya pemberian Olong Ate ungkapan rasa kasihan saja. Dalam  setiap  pembagian  warisan  masyarakat  Mandailing  di  Padang  Lawas
selalu  menggunakan  hukum  adat  dalam  sebagai  pedoman  dalam  ahli  waris sebagaimana tergambar dalam tabel berikut:
117
Anwar Sadat Harahap,op. cit., h.52.
118
Istilah Saba Ulos ini sering dipakai dalam masyarakat Mandailing, yang artinya pemberian harta warisan kepada anak atau saudara perempuan berdasarkan kasih sayang semata.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.  Jawaban responden tentang pilhan hukum masyarakat Mandailing di Kabupaten Padang Lawas dalam melakukan pelaksanaan pembagian
warisan No
Jawaban Responden Jenis Kelamin
Jumlah L
P
1. Pelaksanaan  pembagian
warisan  dengan  hukum waris adat
5 3
8 53,33
2. Pelaksanaan  pembagian
warisan  dengan  hukum waris Islam
2 3
5 33,33
3. Pelaksanaan  pembagian
warisan  dengan  hukum waris perdata
2 -
2 13,33
Jumlah 9
6 15
100 Sumber: Hasil Wawancara 2014
Dari data di atas menunjukkan bahwa terdapat 53,33 responden yang terdiri dari  5  orang  laki-laki  dan  3  orang  perempuan  yang  menjawab  bahwa  mereka
memilih  pelaksanaan  pembagian  warisan  dengan  menggunakan  hukum  adat  yang ada di Padang Lawas, dan terdapat 33,33  yang terdiri dari 2 orang  laki-laki dan 3
orang  perempuan  mereka  memilih  melakukan  pelaksanaan  pembagian  warisan dengan  menggunakan  hukum  Islam  dan  hanya  terdapat  13,33  responden  yang
mana  hanya  2  orang  laki-laki  yang  menjawab  menggunakan  hukum  perdata  dalam pelaksanaan pembagian warisan.
Universitas Sumatera Utara
Dari  tabel  diatas  menunjukkan  bahwa  masyarakat  Mandailing  di  Kabupaten Padang  Lawas  memang  konsisten  dalam  pelaksanaan  adat  dalam  semua  jenis
kegiatan  ditengah-tengah  masyarakat.  terbukti  bahwa  jawaban  paling  tinggi  adalah bahwa  pelaksanaan  pembagian  warisan  dengan  menggunakan  hukum  adat  yang
telah diatur oleh adat istiadat mereka. Pelaksanaan  pembagian  warisan  dengan  menggunakan  hukum  adat  dianggap
masyarakat  Mandailing  paling  adil  dalam  pembagian  warisan,  sebagaimana tergambar dalam tabel berikut:
Tabel 3. Jawaban  responden  tentang  alasan  masyarakat  Mandailing  di
Kabupaten  Padang  Lawas  dalam  memilih  hukum  adat  sebagai pedoman dalam melakukan pembagian warisan
No Jawaban Responden
Jenis Kelamin Jumlah
L P
1. Sangat adil
7 5
12 80
2. Kurang adil
- -
- -
3. Biasa saja
2 1
3 20
Jumlah 9
6 15
100 Sumber: Hasil Wawancara 2014
Data  di  atas  menunjukkan  bahwa  terdapat  80  responden  yang  terdiri  dari  7 orang  laki-laki  dan  5  orang  perempuan  yang  menjawab  bahwa  hasil  pembagian
warisan  dengan  menggunakan  hukum  adat  yang  ada  di  Padang  Lawas  dianggap masyarakat Mandaling sangat adil dan terdapat 20 dimana terdiri dari 2 orang laki-
laki dan 1 orang perempuan yang menjawab biasa saja. Mayoritas  masyarakat  Mandailing  lebih  memilih  pelaksanaan  pembagian
warisan dengan menggunakan hukum adat karena mereka menganggap pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
pembagian  warisan  dengan  menggunakan  hukum  adat  lebih  membawa  keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
Dalam  hal  ini  meskipun  anak  perempuan  hanya  mendapatkan bagian tertentu dari harta peninggalan orang tuanya, mereka tetap mengganggap bahwa pelaksanaan
pembagian warisan dengan menggunakan hukum adat lebih membawa keadilan bagi mereka  sendiri,  hal  ini  dipengaruhi  oleh  beberapa  sebab  yakni  dimana  walaupun
anak  perempuan  tidak  mendapatkan  warisan  dari  orang  tuanya,  mereka  akan  di berikan  Olong  Ate  yakni  berupa  pemberian  berdasarkan  rasa  kasih  sayang  dari
saudara  laki-lakinya  dan  selama  ia  belum  menikah  maka  ia  akan  dipelihara  oleh saudara  laki-lakinya  sampai  ia  menikah  maka  ia  akan  menjadi  tanggung  jawab
suaminya. Selain  mereka  masyarakat  yang  beradat,  masyarakat  mandailing  juga
merupakan  masyarakat  yang  agamis,  yakni  masyarakat  yang  selalu  mengamalkan dan  menjunjung  tinggi  ajaran  agama  dalam  kehidupan  bermasyarakat.  Hal  ini
dibuktikan  dengan  terdapatnya  33,33  yang  terdapat  dalam  tabel  2  responden menjawab  bahwa  pelaksanaan  pembagian  warisan  dengan  menggunakan  hukum
Islam.
C. Penyelesaian Sengketa Warisan Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten