5. Informan 5
IH, perempuan berumur 17 tahun. Informan masih duduk di kelas 3 di salah satu SMA swasta di Bandar Lampung. Sejak lahir informan tinggal di Bandar
Lampung. Informan juga aktif mengikuti organisasi di sekolahnya. Namun seiring kesibukannya dan tuntutan untuk menghadapi ujian kelulusan yang akan dihadapi,
informan perlahan harus meninggalkan kesibukan organisasinya. Informan telah 2 tahun menjadi peer educator bagi teman sebayanya di sekolah
maupun di tempat tinggalnya. Sebelum menjadi peer educator remaja, informan mengaku belum mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja
yang baik. Setelah ia mengikuti pelatihan menjadi peer educator remaja yang, pengetahuannya bertambah. Selain itu ia juga dapat informasi kesehatan
reproduksi remaja dari Modul DAKU. “Sebelum jadi peer educator remaja, saya tidak mempunyai pengetahuan
tentang kespro rremaja dengan baik. Dari pelatihan peer educator saya dapat info kespro yang banyak. Tapi saya juga dapet info kespro dari modul
DAKU” wawancara, 10 November 2009. Kesehatan reproduksi remaja menurut informan adalah sehatnya sistem dan fungsi
alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Manfaat dari adanya pengetahuan tentang kesehatan reprtoduksi remaja adalah kita akan mengerti tentang
permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Selain itu kita juga akan lebih siap dan mengerti untuk menjalani kehidupan seks dan reproduksi.
“Kespro remaja itu sehatnya system dan fungsi alat reproduksi yang ada pada remaja. Kalau sudah tahu, kita akan mengerti tentang permasalahan kespro
remaja yang ada ” wawancara, 10 November 2009.
Pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi remaja sangat penting untuk dimiliki oleh para remaja. Dengan memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi
remaja, maka mereka dapat menentukan kehidupan reproduksi dan seksnya. Informasi yang informan ketahui sampai saat ini sudah cukup banyak diantaranya
tentang alat reproduksi dan fungsinya, sex educaton, HIV dan AIDS. Informan mengaku, dia selalu berusah mencari informasi kesehatan rerpoduksi remaja
untuk menambah pengetahuannya. Biasanya dia mendapatkan informasi tersebut dari Modul DAKU, dan membaca buku-buku yang ada.
Setelah informan mendapatkan informasi, maka informan akan memberikannya
kepada teman sebaya dan keluarganya. Metode yang dipakai dalam pemberian informasi adalah dengan berbicara langsung atau dengan berdiskusi kepada teman
sebaya dan orang yang memang memerlukan informasi kesehatan reproduksi khususnya remaja.
“Pengetahuan tentang kespro itu sangat pentinguntuk dimiliki para remaja, agar mereka remaja tahu dan pahan bagaimana menentukan kehidupan
reproduksinya. Saya selalu berusaha mencari info kespro untuk menmbah pengetahuan saya. Biasanya saya dapat dari Modul DAKU Dan membaca
buku. Kalau sudah dapat, saya akan memberikan info tersebut kepada remaja yang
lain dan orang yang membutuhkan info tersebut” wawancara, 10 November 2009.
Dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja, informan mengaku
tidak menggunakan media atau alat untuk membantunya. Menurut informan, dengan berbicara lansung atau dengan cara berdiskusi, informasi akan mudah
diterima oleh remaja yang memang membutuhkannya. Walaupun dengan cara ini tidak bisa mencakup teman sebaya dengan jumlah besar dalam waktu yang
bersamaan, informan selalu menerapkan cara seperti ini dan tidak ada waktu yang pasti atau khusus untuk memberikan informasi.
“Untuk memberikan informasi kespro, saya tidak menggunakan alat bantu. Dengan berdiskusi, menurut saya info itu akan mudah diterima oleh remaja.
Tapi tidak semua remaja bisa langsung ikut dalam waktu yang bersamaan. Tidak ada waktu yang khusus untuk memberikan info, jika ada waktu luang
saja” wawancara, 10 November 2009. Permasalah kesehatan reproduksi remaja saat ini semakin banyak dan
mengkhawatirkan sekali. Dengan pengetahuan yang sedikit yang dimiliki remaja tentang kesehatan reproduksi, remaja sangat rentan mengalami masalah kesehatan
reproduksi. Tidak semua remaja menanggapi permasalahan kesehatan reproduksi dengan positif, karena sebagian remaja yang ada tidak mempunyai pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan baik dan yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah sikap remaja yang cuek terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja.
Informan mengaku tidak terlalu banyak mengetaui permasalahan kesehatan
reproduksi remaja yang ada saat ini. Dia hanya mengetahui beberapa saja, di antaranya tentang perilaku berpacarang remaja yang menyimpang dari nilai-nilai
yang ada, masalah seks bebas, HIV dan AIDS. Sejauh ini, dalam memberikan infornmasi kesehatan reproduksi remaja, informan tidak terlalu sering
mendapatkan masalah kesehatan reproduksi yang ada pada teman sebayanya. Umumnya masalah itu didapatnya dari teman sebaya yang perempuan.
Permasalahan yang terjadi pada mereka mulai dari masalah menstruasi dan tentang vagina.
“Saya hanya tahu sedikit tentang maslah kespro remaja yang ada pada remaja saat ini. Saya juga jarang menemukan langsung teman sebaya yang pumya
masalah kespro remaja. Yang saya temukan hanya seputar menstruasi dan tentang vagina saja. Itu saya dapatkan dari teman saya yang perempuan”
wawancara, 10 November 2009.
Ketika menemukan masalah kesehatan reproduksi remaja pada teman sebaya, informan berusaha membantu untuk memecahkan masalahnya itu. Cara yang
sering ia pakai adalah dengan cara memberikan informasi dan solusi tentang permasalahan yang sedang dialami oleh teman sebayanya. Walaupun tidak banyak
yanng bisa ia lakukan, tetapi teman sebaya selalu merasa tertolong dengan adanya peer educator remaja.
Dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi dan membantu memecahkan
masalah yang dihadapi oleh remaja, ada kendala yang selalu dihadapi oleh informan. Kendala itu berupa ketidakpercayaan oleh teman sebaya kepada peer
educator informan. Sering kali remaja merasa kurang percaya apabila menerima informasi dari peer educator remaja atau untuk berkonsultasi kepada peer
educator remaja terkait masalah yang dihadapinya. Untuk mengatasi kendala tersebut, informan mengaku selalu berusaha
meyakinkan teman sebayanya bahwa apa yang dia sampaikan adalah benar. Dengan cara memberikan informasi secara lengkap dan kontinyu bisa mengurangi
rasa ketidakpercayaan teman sebaya terhadapnya. “Ketika memberikan info kespro remaja, sering kali saya kurang dipercaya
sama eman saya. Menurut mereka saya sok tahu dan belum memiliki pengetahuan yang baik tentanng kespro remaja. Tetapi saya selalu mengatasi
masalah itu dengan cara memberikan informasi kespro kepada mereka secara lengk
an dan kontinyu, dan biasanya mereka akan percaya” wawancara, 10 November 2009.
B . Pembahasan
1. Peran Peer Educator PE Remaja dalam Pemberian Informasi Kesehatan