V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara terhadap para informan yang telah
dilaksanakan dan datanya diolah secara sistematis sebagaimana yang ditetapkan dalam metode penelitian. Setelah diadakan penelitian terhadap informan yang
menjadi peer educator remaja, berikut ini akan digambarkan bagaimana peran dari peer educator remaja dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi
kepada remaja.
1. Informan 1
RM, perempuan berumur 18 tahun, beragama Islam. Ia berdomisili di Bandar
Lampung. Ia aktif menjadi peer educator remaja bagi teman sebayanya di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya sejak SMA. Pertama kali ia menjadi
peer educator remaja yakni saat ia masuk dalam organisasi SKR sanggar konsultasi remaja di sekolahnya. Dari situlah ia mulai aktif dalam memberikan
informasi kesehatan reproduksi. Sebelum menjadi peer educator remaja, ia mengikuti pelatihan di PKBI Lampung.
Peer educator remaja sifatnya adalah sukarela. Peer educator yang ia ikuti ini merupakan program dari PKBI Lampung. Peer educator mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja dan melakukan penjangkauan kepada teman sebaya.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang dimiliki remaja
yang menyangkut sistem dan fungsi reproduksi. Tetapi sehat bukan hanya terlepas dari penyakit, namun juga secara mental dan jiwanya. Banyak yang didapat dari
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, yaitu organ seksual manusia dan fungsinya, aktifitas seksual manusia, kehamilan tidak diinginkan, aborsi,
HIVAIDS. Menurut informan, informasi kesehatan reproduksi remaja sangat penting untuk
diketahui. Banyak manfaat yang akan didapat dari informasi tersebut. Dengan mengetahui informasi kesehatan reproduksi remaja, kita dapat menentukan
kehidupan seksual dan reproduksi kita. Selain itu, kita lebih tahu mana informasi kesehatan reproduksi remaja yang benar dan mana yang salah. Sehingga kita tidak
akan melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan untuk kehidupan kita. “Kespro remaja itu adalah kondisi sehat yang dimiliki remaja yang
menyangkut system dan fungsi reproduksi, tetapi bukan hanya tidak sakit saja, namum dari mental dan jiwanya juga. Yang bisa kita dapet dari info kespro itu
banyak, diantaranya tentang organalat dan fungsi seksual, aktifitas seksual, KTD, HIV dan AIDS. Dengan tahu info kespro, kita dapet manfaatnya seperti
kita dapat menentukan kehidupan seks dan reproduksi” wawancara, 27 Oktober 2009.
Melihat dari banyaknya kasus yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi yang terjadi dan dialami oleh remaja Indonesia, maka remaja sangat memerlukan
informasi yang benar. Pergaulan bebas yang terjadi pada remaja salah satunya
dikarenakan adanya dampak negativ dari kemajuan di bidang tekhnologi dan informasi. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan tersebut, informasi lebih
sangat mudah didapatkan oleh para remaja saat ini. Mulai dari informasi yang dapat membuat remaja mempunyai pengetahuan yang bagus positif sampai
informasi yang negativ. “Info kesehatan reproduksi kespro harusnya udah diketahui oleh remaja
sekarang. Kalo dah tau info kespro, remaja kan dah punya pengetahuan yang benar buat hidupnya, terutama kehidupan seksnya. Dengan adanya kemajuan
dan perkembangan teknologi, remaja gampang dapet info apa aja. Apalagi sekarang dah ada internet” wawancara, 27 Oktober 2009.
Sebelum menjadi peer educator remaja, ia tidak mengetahui informasi kesehatan
reproduksi secara benar. Pertama kali ia mendapatkan informasi kesehatan reproduksi remaja dengan benar melalui pelatihan peer educator yang diadakan
oleh PKBI Lampung. Dari sanalah ia mendapat banyak informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, ia mendapatkan informasi kesehatan
reproduksi remaja melalui Modul DAKU Dunia Remajaku Seru yang juga diselenggarakan oleh PKBI Lampung di sekolahnya.
“Tadinya saya tidak tahu tentang info kespro sedikitpun. Tapi sejak saya mengikuti pelatihan PE peer educator di PKBI dan ikut belajar modul
DAKU , saya lebih banyak tahu tentang kespro” wawancara, 27 Oktober
2009. Informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang informan ketahui cukup
banyak, diantaranya adalah tentang bagian tubuh dan alat seksual manusia, penyakit menular seksual, kehamilan tidak diinginkan KTD, dan narkoba. Selain
itu, informan mengaku bahwa ia juga selalu berusaha untuk menambah dan mencari informasi kesehatan reproduksi remaja yang belum ia ketahui. Dengan
cara bertanya atau berdiskusi dengan teman sebaya dan orang disekitarnya, ia
akan mendapatkan informasi yang belum ia ketahui. Namun informasi yang ia dapat tidak langsung ia terima begitu saja, biasanya ia bertanya tentang kebenaran
informasi tersebut kepada orang yang lebih tahu. “Saya selalu mencari dan ingin tahu info kespro yang belum saya dapet.
Biasanya saya nanya sama temen. Tapi kalo dah dapet info, saya nggak langsung percaya, saya tanya dulu sama yang lebih tau” wawancara, 27
Oktober 2009. Informasi kesehatan reproduksi remaja yang telah didapat oleh informan akan
diberikan kepada teman sebaya atau orang yang belum mengetahui informasi kesehatan reproduksi remaja. Dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi
remaja, tidak ada waktu yang pasti dan tidak terjadwal. Kapan saja bila informasi kesehatan reproduksi itu akan diberikan, informan akan memberikannya pada
teman sebaya dan orang yang membutuhkannya. Dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja, informan mengaku
tidak menggunakan media atau alat khusus. Ia hanya menggunakan leaflet dalam menyebarkan informasi. Selain itu ia mengakui bahwa biasanya untuk
menyebarkan informasi, ia lebih senang dengan berbicara langsung atau dengan berdiskusi saja. Metode cara penyebaran informasi dengan berdiskusi
menurutnya lebih efektif daripada dengan menyebarkan informasi menggunakan kertas atau selebaran-selebaran.
“Kalo saya dah dapet info kespro yang bner, baru saya beritahu kepada teman atau orang lain. Kalo masalah kapannya, saya tidak ada waktu yang pasti. Bila
ktemu temen dan sedang ngobrol, biasanya disitulah saya beri tahu mereka. Saya juga gak pake alat bantu pas ngasih info, cukup dengan ngbrol dan
berdiskusi aja. Paling sesekali saya pake leflet. Dan itu juga kalo saya dapet
leflet dari PKBI atau dinas yang punya info tentang kespro” wawancara, 27 Oktober 2009.
Ketika informan memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja, umumnya para remaja teman sebaya belum mempunyai pengetahuan yang baik tentang
kesehatan reproduksi remaja. Hal itu dapat terlihat dari adanya antusias para remaja yang ingin mengetahui lebih banyak informasi kesehatan reproduksi.
Selain itu ada juga remaja yang telah mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, namun yang mereka ketahui adalah pengetahuan yang tidak benar dan
hanya berupa mitos-mitos yang berkaitan tentang kehidupan seks semata. “Sebenarnya hanya sedikit sekali remaja yang udah punya pengetahuan tentang
kespro. Saya bisa bilang begitu karena waktu saya sedang memberikan info kespro, teman-teman banyak yang tidak tahu. Paling yang mereka tahu hanya
seputar mitos-mitos tentang seks. Contohnya tentang organ seks, hubungan seks ciuman, petting, gaya senggama kehamilan, pengguguran kandungan
aborsi
” wawancara, 27 Oktober 2009. Melihat permasalahan remaja sekarang, informan mengaku sangat perihatin
sekali. Banyak perilaku-perilaku remaja yang menyimpang dari norma-norma yang ada. Terutama perilaku penyimpangan-penyimpangan seks yang dilakukan
remaja saat ini. Anak yang baru menginjak usia remajapun sudah melakukan penyimpangan seks. Penyimpangan seks yang dilakukan remaja saat ini sangat
beragam mulai dari berciuman, petting hingga menjual dirinya. Informan mengaku pernah mendapat permasalahan kesehatan reproduksi pada temannya.
Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja yang pernah didapatkannya adalah penyimpangan seks, aborsi, dan narkoba.
“Saya sangat perihatin kalo lihat remaja saat ini. Perilaku remaja dah lewat dari batas wajar dan norma yang ada. Saya pernah ktemu sama temen yang punya
masalah kespro. Dia laki-laki yang pernah menjual dirinya pada lelaki dewasa lain. Dia disuruh melayani nafsu om-om. Dia sih ngaku na untuk nyari uang
jajan aja. Selain itu juga saya punya temen yang punya pacar, dan kalo ktemu
pasti ciuman terus. Katanya kalo gak ciuman ada yang kurang” wawancara, 27 Oktober 2009.
Kekhawatiran yang lain lebih banyak akan timbul dari diri remaja itu sendiri. Kebanyakan dari mereka remaja cenderung cuek dan pura-pura tidak tahu
tentang permaslahan remaja yang ada saat ini. Meskipun mereka tahu jika perilaku mereka salah, biasanya mereka tetap melakukan kesalahan dalam
menjalani kehidupan reproduksinya. Mereka terlanjur terpengaruh oleh lingkungan mereka dan juga pengaruh dari kemajuan teknologi yang
menyuguhkan informasi yang menyimpang dan tidak bertanggung jawab. Ketika melihat permasalahan kesehatan reproduksi remaja, informan pernah
memberikan bantuan dalam memecahkan permasalahan kesehatan reproduksi remaja tersebut. Ia mengaku walau tidak banyak yang bisa ia lakukan dalam
membantu memecahkan masalah, tapi ia selalu ingin membantu. Pertolongan pertama yang pernah ia lakukan yaitu memposisikan dirinya sebagai tempat
berbagi teman sebayanya yang punya masalah kesehatan reproduksi remaja. Setelah itu ia mulai memberikan informasi kesehatan reproduksi yang benar agar
teman sebayanya lebih mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dari mempunyai pengetahuan yang baik diharapkan remaja dapat menentukan
kehidupan reproduksi lebih baik lagi. “Kalo yang saya lihat remaja sekarang cuek dengan masalah kespro, walau
nggak semua. Mereka dah terpengaruh lingkungan dan info dari teknologi yang gak bener, misalnya video porno dari internet. Saya pernah membantu temen
yang pernah punya masalah kespro. Ternyata dia tidak punya pengetahuan kespro remaja yang benar. Makanya saya kasih info kespro yang bener. Walau
saya tidak bisa langsung bantu memecahkan masalahnya, karena itu kan
kehidupan pribadinya” wawancara, 27 Oktober 2009. Dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada remaja, peer educator
mempunyai kendala. Salah satu kendala yang dihadapi informan dalam
memberikan informasi kesehatan reproduksi adalah seringkali peer educator tidak dipercaya oleh teman sebayanya atau orang yang diberi informasi. Bahkan yang
lebih membuat peer educator kurang percaya diri ketika mereka memberikan informasi kepada teman sebayanya namun mereka tidak dianggap. Untuk
mengatasi kendala tersebut, informan biasanya berusaha menjelaskan informasi secara kontinyu dengan menerangkan dan memberi contoh kasus permasalahan-
permasalahan kesehatan reproduksi yang pernah dialami oleh remaja. “Ketika saya memberikan info kespro biasanya saya punya kendala. Salah
satunya saya sering gak dipercaya, apalagi kalau ngasih infonya ke orang yang lebih tua dari saya. Kalau dah gak dipercaya terkadang saya males lagi mw
ngasih tahu, tapi saya rasa ini kewajiban saya, jadi saya berusaha menjelaskan terus-menerus aja sampe mereka bener-
bener percaya” wawancara, 27 Oktober 2009.
2. Informan 2