Informan 2 Deskripsi Hasil Penelitian

memberikan informasi kesehatan reproduksi adalah seringkali peer educator tidak dipercaya oleh teman sebayanya atau orang yang diberi informasi. Bahkan yang lebih membuat peer educator kurang percaya diri ketika mereka memberikan informasi kepada teman sebayanya namun mereka tidak dianggap. Untuk mengatasi kendala tersebut, informan biasanya berusaha menjelaskan informasi secara kontinyu dengan menerangkan dan memberi contoh kasus permasalahan- permasalahan kesehatan reproduksi yang pernah dialami oleh remaja. “Ketika saya memberikan info kespro biasanya saya punya kendala. Salah satunya saya sering gak dipercaya, apalagi kalau ngasih infonya ke orang yang lebih tua dari saya. Kalau dah gak dipercaya terkadang saya males lagi mw ngasih tahu, tapi saya rasa ini kewajiban saya, jadi saya berusaha menjelaskan terus-menerus aja sampe mereka bener- bener percaya” wawancara, 27 Oktober 2009.

2. Informan 2

Kst, perempuan berumur 17 tahun. Ia masih duduk di kelas 3 salah satu SMA swasta di Bandar Lampung. Informan beragama Islam. Ia masih aktif dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja kepada teman sebayanya. Selain itu, dia juga menjadi ketua dari organisasi SKR sanggar konsultasi remaja di sekolahnya. Ia menjadi peer educator remaja melalui PKBI Lampung. Sebelumnya ia mengikuti pelatihan sebagai peer educator untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja. Peer educator ini sifatnya hanya sukarela saja dan merupakan program kerja dari PKBI Lampung dalam menyebarkan informasi kesehatan reproduksi. Menurut informan kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sehat pada sistem reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Ketika mempunyai pengetahuan reproduksi remaja, ada manfaat yang akan didapat, yaitu kita akan lebih mengerti tentang kehidupan seksual dan reproduksinya. Selain itu, kita akan dapat mengambil keputusan yang menyangkut tentang permasalahan kesehatan reprodusi remaja itu sendiri. “Kespro remaja itu keadaan sehat sistem reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kita akan mendapatkan manfaat dari info kespro yang telah didapat, diantaranya adalah kita akan lebih mengerti tentang kehidupan reproduksi dan permasalahannya ” wawancara, 30 Oktober 2009. Informan mengaku bahwa belum lama ia mengetahui informasi tentang kesehatan reproduksi. Ia mengetahui tentang kesehatan reproduksi baru 2 tahun. Sebelum ia mengetahui informasi kesehatan reproduksi, ia selalu menganggap bahwa informasi tersebut tidak terlalu penting. Namun, ketika ia telah mengetahui informasi dan manfaat dari informasi tersebut, ia lebih mengerti tentang kesehatan reproduksi khususnya remaja. Bahkan ia lebih tertarik menjadi peer educator untuk menyebarkan informasi kesehatan reproduksi yang benar kepada teman sebayanya. “Sebelum saya tahu apa itu kespro, saya selalu menyepelekan info tentang kespro. Tetapi ketika saya dah tahu info dan manfaatnya, saya tertarik untuk menjadi peer educator remaja. Saya ingin menyebarkan dan memberi pengetahuan kepada teman sebaya agar remaja indonesia khususnya teman saya mengerti tentang kesehatan reproduksi. Ketika mereka mengerti apa itu kespro, mereka akan lebih siap dalam mengambil keputusan tentang kehidupan seksnya” wawancara, 30 Oktober 2009. Banyak informasi kesehatan reproduksi yang telah ia ketahui terutama tentang remaja, diantaranya tentang alat reproduksi manusia, aktivitas seksual remaja, KTD kehamilan tidak diinginkan, narkoba dan HIVAIDS. Informasi tersebut ia dapat dari pelatihan peer educator remaja di PKBI Lampung, dari guru, orang tua dan modul DAKU. Biasanya ia selalu mencari informasi kesehatan reproduksi remaja yang belum ia ketahui ataupun yang kebenarannya masih ia ragukan. Banyak cara ia lakukan untuk mendapatkan informasi kesehatan reproduksi, salah satunya ia mencari di internet. Banyak informasi tersedia di sana, namun tak semua informasi ia ambil karena belum tentu informasi itu benar. Bertanya kepada orang yang lebih mengerti dan paham selalu ia lakukan untuk memastikan kebenaran informasi tentang kesehatan reproduksi. “Saya dapet informasi kesehatan reproduksi juga dari peer educator yang waktu itu memberikan info kespro ke saya. Selain itu saya juga dapet info dari pelatihan peer educator di PKBI Lampung, dari guru, orang tua dan modul DAKU. Biasanya saya nyari info di internet, tapi gak semuanya saya ambil, kan ada juga info yang salah dari orang yang gak bertanggung jawab” wawancara, 30 Oktober 2009. Informasi kesehatan reproduksi yang telah didapat oleh informan akan diberikan oleh teman sebayanya. Dalam memberikan informasi, ia lebih cenderung bercerita dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Menurutnya dengan metode seperti itu, remaja lebih merespon dan mempunyai antusias yang lebih besar. Namun memang tidak bisa merangkul atau mengumpulkan teman yang lebih banyak dalam satu waktu. Informan dalam melakukan diskusi untuk menyebarkan informasi hanya mengajak beberapa teman sebayanya saja. “Ketika saya dah dapet info yang benar tentang kespro, saya akan menyebarkannya pada teman. Biasanya untuk menyebarkan info kespro saya hanya bercerita dan melakukan diskusi mengenai info itu dengan teman. Memang gak banyak teman yang bisa ngumpul dalam satu waktu, tapi dengan cara itu, teman lebih merespon apa yang saya katakan ” wawancara, 30 Oktober 2009. Untuk menyebarkan informasi, informan juga memakai media atau alat bantu. Alat yang pernah informan gunakan dalam memberikan informasi adalah komputer, brosur dan selebaran-selebaran. Dalam memberikan informasi, pemanfaatan teknologi juga sangat membantu. Untuk membuat remaja tertarik pada suatu informasi, maka informasi itu juga harus dibuat lebih menarik. Tidak jarang remaja akan lebih tertarik pada informasi yang sedikit tetapi lebih bisa membuat mereka bertanya-tanya. “Untuk memberikan info kespro terkadang saya juga pake media. Saya pake komputer jika ada info yang harus dibuka pake komputer. Selain itu saya juga saya pernah pake brosur dan slebaran itu juga kalo saya bisa buat atau dapet dari tempat yang ngasih info pake brosur” wawancara, 30 Oktober 2009. Pengetahuan tentang permasalahan kesehatan reproduksi remaja, informan mengaku tidak terlalu banyak tahu. Informan hanya mengetahui tentang perilakku seks remaja yang akhir-akhir ini sangat menyimpang dari aturan dan norma- norma yang ada. Selain itu, informan juga jarang mendapatkan permasalahan kesehatan reproduksi pada teman sebayanya. Walaupun pernah, ia mengaku hanya masalah kehidupan pribadi dari remaja, sehingga dia tidak terlalu bisa masuk ke dalam masalah itu untuk membantu remaja yang punya masalah kesehatan reproduksi. Umumnya ia mendapatkan permasalahan hanya seputar pacaran dan perilaku pacaran dari teman sebayanya. Untuk membantu teman sebaya yang mempunyai permasalahan kesehatan reproduksi, ia hanya memberikan pemahan yang benar dan motivasi bagi teman sebayanya saja. “Saya tidak terlalu banyak tahu tentang masalah kespro yang dialami remaja teman sebaya. Paling saya pernah membantu teman yang punya masalah mengenai pacaran yang sedikit menyimpang. Ada perilaku seks yang di paksakan oleh pasangan tema saya. Trus saya membantunya lewat sharing dan memberikan pemahaman bagaimana perilaku pacaran yang baik” wawancara, 30 Oktober 2009. Pemberian informasi kesehatan reproduksi kepada remaja tidak terlepas dari kendala yang selalu hadir dalam proses tersebut. Beberapa kendala yang dihadapi oleh peer educator informan adalah kurangnya pemahaman tentang permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh informan adalah kurangnya kepercayaan teman sebayanya ketika ia memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja. Terkadang teman sebaya kurang mempercayai informasi yang diberikan oleh peer educator. Kendala-kendala itu harus segera diatasi oleh peer educator remaja. Dalam menyikapi kendala, terkadang peer educator remaja kesulitan untuk menyelesaikannya. Informan punya cara yang hampir sama pada setiap peer educator remaja yang lain dalam menangani kendala yang ada dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja. Informan akan bertanya pada orang yang lebih tahu ahlinya tentang permasalah kesehatan reproduksi. Informan juga berusaha menjelaskan informasi yang diberikan kepada orang yang kurang mempercayainya. “Kadang saya gak dipercaya sama orang yang saya beri info tentang kespro. Apalagi orang itu umurnya lebih tua dari saya. Kalo dah kaya gitu saya agak patah semangat, tapi kalo kaya gitu saya terus berusaha sebisanya untuk memberikan info, atau saya tanya lagi sama ahlinya kalo saya kurang menguasai info itu” wawancara, 30 Oktober 2009.

3. Informan 3