Peran Peer Educator PE Remaja dalam Melakukan Penjangkauan

Dalam menyampaikan informasi kesehatan reproduksi remaja, peer educator memakai metode berdiskusi nonformal atau berbicara langsung dengan teman sebayanya. Cara ini diakui oleh peer educator lebih efektif karena informasi yang mereka berikan akan langsung bisa diterima oleh teman sebaya remaja. Namun kelemahan metode ini adalah peer educator tidak bisa memberikan informasi kepada teman sebayanya dalam jumlah yang banyak sekaligus dalam satu waktu untuk berdiskusi karena diskusi ini sifatnya nonformal dan hanya memakai pendekatan pribadi. Lain halnya bila diskusi yang diadakan secara formal, maka peer educator dapat menyampaikan informasi kepada remaja dengan jumlah yang banyak. Ketika memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja, peer educator remaja jarang memakai media atau alat bantu. Hanya sebagian dari peer educator informan yang memakai alat bantu. Media atau alat yang pernah informan pakai diantarnya laptop atau komputer, handphone hp, brosur atau selebaran dan leaflet. Umumnya dengan menggunakan media yang membuat informasi itu lebih menarik, maka para remaja biasanya lebih antusias umtuk mengetahui informasi kesehatan reproduksi remaja tersebut.

2. Peran Peer Educator PE Remaja dalam Melakukan Penjangkauan

Kepada Remaja Teman Sebaya Perkembangan perilaku reproduksi atau perilaku seks remaja dalam suatu masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor sosial. Masuknya kebudayaan yang merubah tata nilai, antara lain disebabkan oleh komunikasi global dan perubahaninovasi teknologi. Sebaliknya faktor kreativitas internal yang berbentuk perubahan intelektual merupakan faktor penting dalam menentukan perkembangan perilaku reproduksi. Setiap bentuk perilaku memiliki makna tertentu yang ditujukan untuk kebutuhan tertentu. Remaja dapat memiliki variasi perilaku yang ditujukan untuk tujuan hidup yang beragam. Perilaku reproduksi terwujud dalam hubungan sosial antara pria dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita tersebut dalam waktu yang lama menyebabkan munculnya norma-norma dan nilai-nilai yang akan menentukan bagaimana perilaku reproduksi disosialisasikan. Berbagai bentuk perilaku yang diwujudkan lazimnya sejalan dengan norma-norma yang berlaku. Ada perilaku yang diharapkan dan sebaliknya ada perilaku yang tidak diharapkan dalam hubungan sosial masyarakat, begitu pula hubungan antara pria dan wanita dalam perilaku reproduksi. Perilaku reproduksi dalam hal ini adalah mengacu kepada perilaku kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Kesehatan reproduksi sendiri yaitu suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh makhluk hidup. Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja terdiri dari faktor di luar individu dan faktor di dalam individu. Faktor di luar individu adalah faktor lingkungan dimana remaja tersebut berada; baik itu di lingkungan keluarga, kelompok sebaya peer group maupun sekolah. Sedang faktor di dalam individu yang cukup menonjol adalah sikap permisif dari individu yang bersangkutan. Sementara sikap permisif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam suatu kelompok yang tidak permisif terhadap perilaku reproduksi akan menekan anggotanya yang bersifat permisif. Dengan demikian kontrol sosial akan mempengaruhi sikap permisif terhadap kelompok tersebut. Melihat permasalahan kesehatan reproduksi yang ada pada dunia remaja sekarang, sangat memperihatinkan. Banyak perilaku seks remaja yang menyimpang dari norma-norma yang ada. Penyimpangan seks yang dilakukan remaja saat ini sangat beragam mulai dari berciuman, petting, seks bebas hingga menjual dirinya. Kekhawatiran ini diperparah oleh sikap remaja yang seolah-olah tidak mau tahu walaupun sebenarnya mereka tahu tentang masalah kesehatan reproduksi remaja. Kebanyakan dari mereka remaja cenderung cuek dan pura-pura tidak tahu tentang permasalahan remaja yang ada saat ini. Meskipun mereka tahu jika perilaku mereka salah, biasanya mereka tetap melakukan perbuatan yang menyimpang dari norma-norma yang ada. Banyak faktor yang mempengaruhi mereka. Pengaruh yang besar terhadap perilaku mereka adalah lingkungan mereka dan juga pengaruh dari kemajuan teknologi yang menyuguhkan informasi yang menyimpang dan tidak bertanggung jawab. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja sangat mempengaruhi perilaku seks dan reproduksi dalam kehidupannya. Begitu juga terhadap peer educator yang merupakan bagian dari remaja. Peer educator tidak begitu saja bisa lepas dari masalah kesehatan reproduksi. Namun, dengan mempunyai pengetahuan yang baik, mereka dapat menjalani kehidupan reproduksinya dengan baik serta dapat membantu teman sebayanya dalam memberikan informasi dan penjangkauan terhadap teman sebayanya. Secara langsung ataupun tidak langsung peer educator remaja dituntut untuk peka terhadap permasalahan kesehatan reproduksi yang ada pada remaja dan teman sebayanya. Dengan mengetahui permasalahan yang ada pada remaja dan informasi kesehatan reproduksi yang dimiliki, peer educator remaja dapat membantu teman sebayanya dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Beberapa bentuk penjangkauan yang dilakukan oleh peer educator remaja yaitu membantu teman sebaya dalam memecahkan permasalah kesehatan reproduksi, memberikan motivasi kepada teman sebaya serta menjadi penghubung antara petugas outreach PO dan kelompok dampingan KD. Dalam melakukan penjangkauan terhadap remaja, peer educator dalam hal ini informan, sering menemukan masalah kesehatan reproduksi yang sedang dialami oleh teman sebayanya. Mulai dari masalah alat reproduksi dan fungsinya, perilaku berpacaran, pelacuran, IMS sampai pada Narkoba pernah mereka temui pada teman sebayanya. Ketika menemukan permasalahan kesehatan reproduksi yang ada pada teman sebayanya, peer educator remaja berusaha untuk membantu memecahkan masalah tersebut. Banyak hal yang sebenarnya dapat mereka lakukan untuk membantu dalam memecahkan masalah teman sebayanya. Namun bentuk pertolongan yang mereka berikan hanya sebatas kepada kemampuan yang mereka punyai. Hal kecil namun bermanfaat yang dapat mereka lakukan untuk membantu teman sebayanya adalah dengan memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan pemberian motivasi kepada remaja yang membutuhkan. Meskipun jika ada bentuk pertolongan lain yang akan peer educator remaja berikan kepada teman sebayanya hal itu terbatas pada kemampuan yang mereka miliki dan tidak semua peer educator remaja mampu memberikannya. Dalam proses pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja dan melakukan penjangkauan terhadap teman sebaya, peer educator sering mengalami kendala. Beberapa kendala yang mereka alami adalah terbatasya waktu mereka dalam memberikan informasi dan dalam melakukan penjangkauan, jumlah peer educator tidak sebanding dengan jumlah teman sebaya, mobilitas teman sebaya yang tinggi sehingga peer educator sulit memberikan informasi dan terkadang peer educator remaja kurang dipercaya oleh teman sebayanya. Mobilitas teman sebaya kelompok dampingan yang begitu tinggi akan menyulitkan peer educator remaja dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja. Dengan tingginya mobilitas teman sebaya, maka peer educator akan kesulitan untuk bertemu dan berdiskusi serta melakukan penjangkauan terhadap mereka. Selain itu, masalah yang sering dihadapi oleh peer educator remaja adalah kurang dipercaya oleh teman sebayanya. Seringkali peer educator remaja dipandang sebelah mata, diacuhkan dan dianggap „sok tahu‟ oleh teman sebayanya, sehingga peer educator remaja sulit menjalankan fungsinya manifesnya yaitu memberikan informasi dan melakukan penjangkauan terhadap teman sebaya. Untuk menjalankan fungsinya sebagai peer educator remaja, mereka harus bisa mengatasi kendala tersebut. Peer educator biasanya punya cara tersendiri dalam mengatasi kendala yang ada. Untuk mengatasi mobilitas teman sebaya yang tinggi, biasanya mereka membuat janji untuk bertemu, langsung memberikan informasi jika mereka bertemu atau memanfaatkan teknologi yang ada seperti handphone. Sementara itu, untuk mengatasi ketidakpercayaan teman sebaya terhadap peer educator, mereka biasanya memberikan informasi secara kontinyu dan selengkap- lengkapnya. Memberikan informasi dengan contoh kasus yang ada juga menjadi alternatif solusi yang sering dipilih. Kemampuan peer educator dalam menjaga kepercayaan untuk menjaga rahasia dari masalah yang telah diceritakan dan dihadapi oleh teman sebaya juga akan mempengaruhi tingkat kepercayaan teman sebaya terhadap peer educator remaja. Selain dari permasalahan peer educator dalam memberikan informasi dan melakukan penjangkauan kepada remaja teman sebaya, sebenarnya ada suatu permasalahan yang menyertai dari peer educator, yaitu bemtuk kerja dari peer educator itu sendiri. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan telah dibahas di atas, bahwa bentuk kerja dari peer educator remaja hanya bersifat sukarela dan hanya merupakan sebuah program dari sebuah lembaga terkait. Program ini tidak bersifat formal karena keikutsertaan remaja sebagai peer educator tidak terikat oleh sebuah ikatan yang resmi. Artinya, peer educator akan tetap berjalan jika program kerja mengenai peer educator tersebut masih tetap ada. Menurut informasi dan hasil penelitian yang ada, peer educator remaja hanya mempunyai tugas dan kewajiban dalam pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja tetapi tidak mempunyai hak apa-apa selain fasilitas dari pelatihan untuk menambah pengetahuan mereka. Kenyataan ini berbanding terbalik jika melihat dari tugas dan peran mereka untuk menyebarkan informasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Soekanto 2002: 220 bahwa seseorang melaksanakan peran jika ia melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya.

VI. SIMPULAN DAN SARAN