Informan 4 Deskripsi Hasil Penelitian

Ketika mengahadapi kendala yang ada, diperlukan pemecahan dan strategi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam hal ini adalah pemberian informasi dan membantu memecahkan permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Untuk mengatasi kendala yang ada, informan biasanya mempunyai cara yang cukup efektif, yaitu dengan memanage waktu yang dia punya agar bisa memberikan informasi kepada teman sebaya lebih maksimal. Selain itu untuk mengatasi ketikpercayaan teman sebayanya, ia melakukan diskusi lebih lama dan memberikan info secara kontinyu dengan contoh kasus kesehatan reprodusi yang benar. “Untuk pemecahan kendala yang ada, biasanya saya meluangkan waktu lebih banyak dengan mengatur waktu yang saya punya. Kalo masalah ketidakpercayaan teman sebaya, saya mengajak mereka berdiskusi secara kontinyu dan memberikan contoh- contoh kasus kespro yang benar”.

4. Informan 4

FH, laki-laki berumur 17 tahun dan masih duduk di kelas 3 SMA Swasta di Bandar Lampung. Dia bertempat tinggal di Bandar Lampung. Seperti informan yang lain, ia juga aktif di organisasi sekolahnya yaitu SKR Sanggar Konsultasi Remaja. Selain aktif di sana, informan juga sering menghabiskan waktunya sebagai peer educator remaja bagi teman-teman sebayanya di sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Peer educator remaja yang ia ikuti adalah sebuah program pemberian informasi oleh remaja yang dimiliki dan dijalankan oleh PKBI Lampung, sifatnya hanya sukarela namun mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan informasi kepada teman sebaya. Menurut informan menjadi peer educator adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan. Banyak hal yang bisa ia dapat terutama informasi dan pengalaman. Informan mengaku pada awalnya dia tidak banyak tahu tentang informasi kesehatan reproduksi. Dari keikutsertaanya menjadi peer educator bagi teman sebayanya inilah yang membuat dia memperoleh banyak pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya kesehatan reproduksi remaja. Menurutnya kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sehat dari fungsi alat reproduksi remaja. Tidak hanya sehat dan bebas dari penyakit, remaja juga dikatan sehat reproduksinya apabila mental dan sosialnya juga sehat. Ada manfaat yang akan didapat dari memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, yaitu kita akan jauh lebih mengerti setiap hal yang berkaitan tentang reproduksi, baik itu sistem danfungsi reproduksi maupun permasalahannya. “Kespro remaja buat saya adalah keadaan sehata dari fungsi reproduksi remaja. Tapi tidak cuma sehat dan bebas dari penyakit, mental dan sosialnya juga harus sehat. Jika kita tahu tentang kespro remaja, kita akan mengerti setiap hal yang tentang kespro remaja ” wawancara, 31 Oktober 2009. Sebelum menjadi peer educator remaja, informan mengikuti pelatihan peer educator terlebih dahulu. Pelatihan ini diselenggarakan oleh PKBI Lampung. Dalam pelatihan ini informan banyak dibekali informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja serta bagaiman menjadi peer educator yang baik. Tujuan dibekali pengetahuan kesehatan reproduksi remaja adalah agar para peer educator remaja mampu memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada teman sebayanya. Dari proses pelatihan itu, informan sekarang mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja yang cukup banyak. Selain dari pelatihan menjadi peer educator remaja, informan juga mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari Mosul DAKU, seminar serta informasi dari orang-orang yang tahu dan menguasai bidang kesehatan reproduksi. Beberapa informasi kesehatan rerpoduksi yang telah dia ketahui diantaranya tentang sex education alat dan fungsi seksual, perilaku seks, aborsi, HIV dan AIDS serta narkoba. “Saya senang jadi peer educator remaja. Banyak yang bisa saya dapat, terutama pengetahuan dan pengalaman. Saya dapet info kespro awalnya dari PKBI Lampung, Modul DAKU Serta orang-orang yang tahu tentang kespro. Info yang telah saya dapat diantaranya sex education, aborsi HIVAIDS dan Narkoba ” wawancara, 04 November 2009. Informan selalu berusaha mencari informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Biasanya dia mencari di internet. Banyak informasi yang bisa diperoleh informan dari situs-situs internet. Tidak ada waktu yang pasti kapan untuk mencari informasi kesehatan reproduksi remaja. Dengan aktifitas yang tinggi, informan berusaha membagi waktunya untuk mencari informasi dan memberikannya kepada teman sebaya. Tidak semua informasi langsung diterima, karena banyak juga informasi yang salah dan menyesatkan. Ketika sudah mendapat informasi kesehatan reproduksi, informan mencari kebenaranya sebelum informasi tersebut diberikan kepada teman sebayanya dan orang yang belum tahu keluarga, saudara dan lain-lain. “Biasanya saya mencari info kespro di warnet. Tidak ada waktu yang pasti, jika ada waktu senggang saja saya berusaha mencari info soalnya saya juga punya aktifitas yang lumayan padat. Kalau sudah dapat info, saya cari tahu dukku kebenarannya, baru saya berikan info itu ke teman, keluarga dan orang lain yang belum tahu ” wawancara, 04 November 2009. Cara memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja yang biasa informan lakukan adalah dengan mengajak ngobrol teman atau dengan berdiskusi seputar informasi yang akan diberikan. Selain itu, informan mengaku pernah memberikan atau memperlihatkan artikel tentang kesehatan reproduksi remaja. Dalam memberikan informasi, informan terkadang menggunakan media atau alat, diantarnya laptop atau komputer. “Kalau memberikan info, saya lebih sering dengan cara ngobrol atau berdiskusi tentang info yang akan diberikan pada teman sebaya. Sesekali saya pakai laptopkomputer untuk memperlihatkan info tentang kespro, tapi bukan video porno” wawancara, 04 November 2009. Permasalahan yang dihadapi remaja saat ini semakin mengkhawatirkan. Hampir setiap remaja di Indonesia mempunyai permasalahan kesehatan reproduksi. Mulai dari masalah perilaku berpacaran yang menyimpang dari norma dan nilai yang ada sampai penyalahgunaan narkoba yang semaki banyak dilakukan remaja. Lebih mengkhawatirkan lagi sikap dari para remaja yang seolah-olah cuek dan tidak mau tahu. Informan pernah mendapati teman sebayanya yang sedang mempunyai masalah kesehatan reproduksi yaitu IMS, seks bebas dan narkoba. “Saya lumayan tahu tentang masalah kespro remaja saat ini. Saya tahu dari media massa, cetak koran, majalah, elektonik tv, internet juga dari orang tua. Sayangnya remaja punya sikap cuek terhadap masalah kespro, ya walaupun gak semua remaja. Saya pernah tahu dan dapet teman yang punya masalah kespro. Ada tema saya yang terkena IMS, ada yang selalu petting dan seks bebas, ada juga yang pemakai narkoba” wawancara, 04 November 2009. Ketika informan telah mengetahui ada teman sebaya yang mempunyai masalah kesehatan reproduksi remaja, dia berusaha membantu. Bentuk bantuan yang sering ia berikan hanya sebatas pemberian informasi, pemberian motivasi agar mereka punya kehidupan reproduksi yang sehat. Namun informan juga pernah memberikan bantuan yang lebih dari sekedar pemberian informasi dan motivasi, diantarnya informan pernah mendampingi teman sebayanya yang terkena narkoba ke pusat rehabilitasi, berkonsultasi ke dokter bagi teman sebayanya yang terkena IMS serta menyelesaikan masalah perilaku menyimpang dalam berpacaran yang dilakukan oleh pasangan teman sebayanya. “Saya pernah bantu teman yang punya masalah kespro. Waktu itu saya pernah nganter teman ke pusat rehabilitasi orang yang terkena narkoba pemakai, ke dokter untuk tmenin teman berkonsultasi seputar masalah IMS. Pernah juga menyelesaikan masalah perilaku pacaran teman, karena pacarnya cowonya selalu mau seks bebas terus” wawancara, 06 November 2009. Dalam memberikan informasi dan membantu memecahkan permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang dialami teman sebaya, informan mengaku sering mengalami kendala. Beberapa kendala itu diantaranya waktu yang dimiliki informan sangat terbatas, mobilitas teman sebaya tinggi, kurang dipercaya oleh teman sebaya yang sedang diberi informasi. Untuk mengatasi kendala tersebut, informan mempunyai cara sendiri yaitu dengan meluangkan dan membagi waktu, menggunakan media dalam memberikan informasi untuk mensiasati remaja yang mobilitasnya tinggi. Untuk mengatasi masalah kurangnya kepercayaan oleh teman sebaya terhadap peer educator, informan mengatasinya dengan menggunakan personal guna meyakinkan teman sebaya tersebut. Selain itu dengan memberikan informasi yang akurat, menjaga kepercayaan yang telah didapat akan dapat mengatasi masalah tersebut. “Ketika memberikan info kespro, pasti ada saja kendala yang akan dihadapi, diantaranya waktu yang saya punya sedikit, mobilitas teman sebaya tinggi, dan terkadang tidak dipercaya sama mereka. Kesel juga kadang kalau dah tidak dipercaya, ya tapi mau gimana lagi ini kan tantangannya. Cari solusi saja biar ngasih infonya sukses, kasih info yang akurat, dan menjaga kepercayaan yang mereka dah kasih ke kita saja” wawancara, 06 November 2009.

5. Informan 5