8. Kelenjar prostat, yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk
menghidupi sperma. 9.
Bladder kandung kencing, tempat terkumpulnya air seni yang nantinya disalurkan ke uretra ketika buang air kecil.
Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka
mempunyai kesehatan reproduksi yang baik : 1.
Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi aspek tumbuh kembang remaja,
2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya,
3. Penyakit menular seksual dan HIVAIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reproduksi, 4.
Bahaya Narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi, 5.
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual, 6.
Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya, 7.
Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif,
8. Hak-hak reproduksi.
4. Permasalahan Seksualitas Remaja
Berbagai permasalahan seksualitas remaja salah satunya merupakan dampak
negatif era globalisasi, walaupun globalisasi tidak sepenuhnya yang mempengaruhi. Kecanggihan teknologi dan media massa justru menjadi peluang
bagi berkembangnya video-video atau gambar-gambar berbau porno. Sementara,
para remaja yang sedang mengalami masa pencarian jatidiri dan rasa keingintahuan yang begitu besar mudah terpengaruh oleh berbagai informasi
tersebut. Aktivitas seks bebas yang dilakukan remaja pada usia dini bisa mengakibatkan
Kehamilan Tidak Diinginkan KTD, Aborsi tidak aman juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan reproduksi yang mengancam keselamatan jiwa remaja itu
sendiri seperti IMS, HIV dan AIDS. Penyalahgunaan Narkoba juga tidak lepas dari permasalahan remaja saat ini dan ada kaitannya dengan penyebaran virus
HIV. Dari penelitian yang dilakukan oleh PKBI pada tahun 2005 di 9 kota dengan
jumlah responden 37.685 orang didapatkan data bahwa 27 praktik aborsi dilakukan oleh klien yang belum menikah dan biasanya telah terlebih dahulu
mengupayakan aborsi mandiri dengan cara meminum jamu khusus. Sementara 21,8 dilakukan oleh klien dengan kehamilan lanjut dan tidak dapat dilayani
permintaan aborsinya. Hasil survei yang dilakukan oleh Skala PKBI Lampung tahun 1997 pada 100
orang remaja berusia 15 – 24 tahun diketahui 9 di antaranya mengaku pernah
melakukan hubungan seksual dan 41 responden yang menyatakan bahwa alasan remaja melakukan hubungan seksual karena cinta suka sama suka dan
merupakan kebutuhan biologis. Selain itu 20 responden yang menyatakan berhubungan seksual di luar nikah boleh-boleh saja.
Sebuah survey terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja putri usia 15 – 24 tahun
di 20 kabupaten pada empat provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung menemukan 46,2 remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak
akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki sebesar 49,7 dibandingkan pada
remaja putri yang hanya 42,3 LDFEUI NFPCB, 1999: 92. Selain itu berdasarkan kasus konsultasi yang diterima Skala PKBI Lampung
Januari – Juni 2005 menunjukkan bahwa permasalahan Pacaran dan Seksualitas
yang dikonsultasikan remaja menduduki angka tertinggi yaitu 54. Permasalahan tersebut mengalami peningkatan pada masalah hubungan seksual yang tidak aman
yang dilakukan dengan pacar. Kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual
remaja terlihat dari hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Skala PKBI Lampung mengenai kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksual dengan responden 226 orang remaja diketahui bahwa 97,8 responden menyatakan perlu memberikan informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja, dan selebihnya menyatakan perlu untuk orang tua Skala PKBI Lampung, 2002.
Dari hal di atas, kita dapat melihat bahwa permasalahan seksualitas remaja
merupakan hal penting yang perlu disoroti. Remaja sangat membutuhkan informasi terkait dengan kesehatan reproduksi dan perkembangan seksnya.
Kebanyakan remaja mendapatkan informasi tersebut dari sumber yang tidak tepat
dan tidak dapat dipercaya, seperti buku-buku porno, situs porno, blue film dan
lainnya.
Mengingat banyaknya permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini, maka
mengembangkan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik sebaya menjadi sangat penting. Model semacam ini
merupakan suatu
model pemberdayaan
remaja dengan
tujuan menumbuhkanmembangkitkan kesadaranperan serta individu remaja di tengah
masyarakatkelompok untuk berperan sebagai teman sebaya peer bagi anggota
kelompok yang membutuhkan.
Belajar dari hasil penelitian yang ada dan bayangan perilaku seksual remaja yang
tidak terdeteksi, diperlukan suatu konsep atau kertas kerja yang bisa digulirkan dan dipertanggungjawabkan. Perlu digagas adanya pendidikan kesehatan
reproduksi sehat bagi remaja di sekolah dan keluarga. Pembongkaran dan penataan perilaku seks remaja tidak sehat menuju perilaku seks sehat dan
bertanggungjawab harus segera dilakukan dan ditindaklanjuti dengan melibatkan banyak pihak seperti pendidik, petugas kesehatan, psikolog, agamawan, orang tua
dan aktivis LSM yang konsen di bidang kesehatan reproduksi remaja. Pendampingan-pendampingan akan sosialisasi informasi perilaku seks yang sehat
dan betul bagi remaja sudah saatnya dilaksanakan secara terbuka dan metode belajar demokratis peer group dari remaja, oleh remaja dan untuk remaja
merupakan salah satu metode yang perlu diimplementasikan.
C. Kerangka Pemikiran