Informan 3 Deskripsi Hasil Penelitian

3. Informan 3

DWA, seorang laki-laki berumur 17 tahun. Informan masih duduk di kelas 3 SMA swasta di Bandar Lampung. Ia memeluk agama Islam dan berdomisili di Bandar Lampung. Saat ini ia masih aktif menjadi peer educator bagi teman sebayanya di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Informan juga aktif di organisasi sekolahnya yakni SKR Sanggar Konsultasi Remaja. Dengan aktif di organisasi sekolah, informan mempunyai kesempatan mengenal lebih banyak teman-teman di sekolahnya. Dengan begitu, ia lebih leluasa untuk menyampaikan informasi kesehatan reproduksi remaja kepada teman dengan jumlah yang lebih banyak. Kesempatan inilah yang digunakan informan untuk selalu memberikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi remaja. Menurut informan, kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sehat pada diri remaja yang menyangkut sistem dan fungsi reproduksinya. Selain itu, sehat juga dilihat dari keadaan mental remaja itu sendiri, bukan hanya bebas dari penyakit saja. Manfaat dari pengetahuan kesehatan reproduksi yang dimiliki adalah kita akan lebih mengerti tentang fungsi-fungsi dan permasalahan reproduksi yang ada. “Kespro remaja itu artinya keadaan sehat yang ada pada remaja tentang system dan fungsi alat reproduksinya. Tapi sehat bukan berarti hanya bebas dari penyakit, bisa dilihat dari mental remajanya juga. Jika sudah tahu tentang kespro remaja, kiata lebih mengerti tentang fungsi dan masalah kespro yang ada” wawancara, 31 Oktober 2009. Awalnya informan juga tidak mengetahui banyak tentang kesehatan reproduksi. Ia mengaku mendapatkan informasi kesehatan reproduksi remaja hanya setengah- setengah. Informasi itu ia dapatkan dari teman dan internet juga film. Informan mengakui bahwa informasi yang ia dapat tidak ada yang benar. Setelah ia mengikuti pelatihan peer educator remaja dan Modul DAKU, ia sekarang lebih mempunyai pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi. Informasi yang ia ketahui diantaranya adalah tentang organ-organ reproduksi, sex education, IMS dan Narkoba. “Tadinya saya juga gak punya pengetahuan tentang kespro. Paling saya tahu setengah-setengah, itu jg saya dapet dari temen atau internet dan film. Semua info yang saya dapet waktu itu cuma mitos saja, gak ada benarnya. Tapi sekarang saya dah punya info yang bener, saya dapet dari pelatihan peer educator dan Modul DAKU ” wawancara, 31 Oktober 2009. Informan selalu mencari informasi tentang kesehatan reproduksi remaja melalui internet. Dalam mencari informasi, dia tidak sembarang membuka situs atau alamat. Hanya alamat atau situs yang terpercaya saja yang menjadi refrensi dalam mendapatkan informasi kesehatan reproduksi, diantaranya dinas kesehatan, PKBI, BKKBN, KPA dan situs-situs yang terpercaya untuk dijadikan sumber informasi. Tidak ada waktu yang pasti untuk informan dalam mencari informasi. Ia hanya memanfaatkan waktu luang yang ada. Ketika mendapatkan informasi kesehatan reproduksi, tidak semua informasi langsung ia terima, melainkan in cari tahu dulu kebenaranya. “Saya selalu mencari info tentang kespro jika ada waktu luang. Biasaya saya mencari di internet soalnya di sana banyak info yang akan saya dapat, tapi gak sembarang situs yang saya buka. Cuma situs-situs tertentu aja yang saya buka. Kalo dah dapet, info itu gak langsung saya terima, tapi saya cari yahu dulu kbenarannya dengan bertanya pada orang yang bener- bener tahu” wawancara, 31 Oktober 2009. Setelah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi, informan memberikan informasi tersebut kepada teman sebayanya. Namun tidak setiap waktu dia memberkannya, jika ada waktu luang saja. Memanfaatkan waktu luang dan kesempatan yang selalu ia pergunakan untuk memberikan informasi. Dalam memberikan informasi, informan hanya dengan metode berdiskusi dengan teman sebayanya. Menurutnya, dengan berdiskusi, informasi akan cepat sampai, walaupun informasi tersebut tidak bisa mencakup orang banyak secara bersama- sama dalam waktu yang bersamaan. “Kalo dah dapet info tentang kespro, pasti info itu saya berikan pada teman- teman. Memberikan infonya dengan berdiskusi saja dengan mereka, saya mencoba menerangkannya. Memang gak semua teman langsung bisa ikut berdiskusi sama-sama dalam satu waktu, tapi menurut saya info itu akan cepet sampai dengan akurat” wawancara, 31 Oktober 2009. Dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi, informan menggunakan media atau alat yang ia punya saja. Salah satu media yang sering ia gunakan adalah handphone. Dengan menggunakan handphone, ia bisa memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada teman sebayanya tanpa harus bertemu, dengan begitu ia tidak membuang waktu terlalu banyak, namun memang memerlukan biaya yang cukup besar. Informan mempunyai cara dalam mensiasati untuk menegurangi biaya yang dikeluarkannya dengan menggunakan fasilitas SMS Sort Message Service dari operator seluler yang memberikan fasilitas tersebut secara gratis. “Selain berdiskusi, saya juga pake hp untuk memberikan info kespro kepada teman, jd gak perlu ketemu sama mereka kalo gak punya waktu. Memang ada biayanya, tapi saya siasati dengan memanfaatkan pke sms gratis dari operator seluler tertentu ” wawancara, 31 Oktober 2009. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini sangat menghawatirkan. Banyak perilaku remaja yang sudah menyimpang dari norma-norma dan adapt istiadat yang ada. Mulai dari berpacaran dengan perilaku yang kurang sehat seperti sering melakukan ciuman, petting dan seks bebas sampai penggunaan narkoba. Informan sering menemui permasalahan kesehatan remaja yang dilakukan oleh teman sebayanya. Umumnya masalah yang sering ditemuinya adalah narkoba. “Saya merasa khawatir jika melihat remaja saat ini dengan pola perilaku yang sudah menyimpang. Paling sering saya menemukan penyalahgunaan Narkoba pada remaja teman- teman sebaya” wawancara, 31 Oktober 2009. Banyak permasalahan yang dihadapi remaja. Mulai dari tugas mereka sebagai remaja dalam perkembangannya, kehidupan pendidikannya sampai masalah kesehatan reproduksi remaja. Dari semua permasalahan remaja yang ada saat ini, permasalahan yang tidak kalah sangat mengkhawatirkan adalah masalah kesehatan reproduksi. Walau begitu, jika kita lihat remaja saat ini, mereka cenderung cuek dan tidak memperdulikan masalah kesehatan reproduksi yang sekarang lebih kompleks. Sebab dari adanya sikap mereka karena pengetahuan mereka yang kurang mengenai kesehatan reproduksi khususnya kesehatan rerpoduksi remaja. “Banyak masalah yang dihadapi remaja. Salah satunya adalah kespro remaja. Kalau saya lihat, remaja saat ini cenderung cuek dan sok gak tahu tentang masalah kespro remaja, soalnya pengetahuan mereka tentang kespro itu sangat kurang” wawancara, 31 Oktober 2009. Dari permasalahan kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh remaja teman sebaya, informan pernah membantu remaja dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan reproduksinya. Dalam menghadapi masalah kesehatan reproduksi, remaja memerlukan pendamping untuk menyelesaikannya. Informan mengaku tindakan pertama yang ia lakukan dalam membantu memecahkan masalah kesehatan reproduksi remaja adalah dengan memnjadikan dirinya tempat berbagi bagi teman sebayanya. Dengan menjadi tempat berbagi untuk teman sebaya, peer educator lebih mempunyai ruang untuk menyampaikan informasi kesehatan reproduksi dan membantu pemecahan masalah yang dihadapi remaja. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh peer educator remaja informan dalam membantu memecahkan masalah kesehatan reproduksi. Salah satu yang dapat dilakukan informan adalah dengan memberikan informasi yang benar mengenai masalah yang sedang dihadapi teman sebayanya. Selain itu, dengan memberikan motivasi kepada teman sebaya remaja adalah cara yang tepat agar remaja mempunyai pengetahuan dan kehidupan reproduksi yang sehat. Jikapun ada tindakan yang dapat membantu remaja dalam myelesaikan masalah kesehatan reproduksi itu hanya sebatas kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki peer educator remaja informan. “Saya pernah bantu teman memecahkan masalah kespronya. Kebetulan masalah itu adalah penyalahgunaan narkoba. Memang tidak banyak yang dapat saya lakukan, karena hanya sebatas kemampuan dan pengetahuan saya. Hal pertama yang saya lakukan adalah menjadikan saya tempat berbagi curhat, setelah itu saya memberikan info yang benar. Kalaupun saya bisa lebih banyak berbuat, mengkin hanya memberitahu penanggulangan dan tempat rehabilitasi saja” wawancara, 31 Oktober 2009. Dalam memberikan informasi dan membantu memecahkan masalah kesehatan reproduksi remaja, informan mengaku sering mendapatkan kendala. Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh informan adalah mengenai sedikitnya waktu yang dimiliki informan dan itu berbanding terbalik dengan tingginya mobilitas teman sebayanya kelompok dampingan, terkadang peer educator informan tidak dipercaya oleh teman sebayanya. “Ketika memberikan info dan bantu teman sebaya memecahkan mesalah kespro, ada aja kendalanya. Salah satunya, saya hanya punya sedikit waktu. Selain itu saya pernah tidak dianggap dan tidak dipercaya” wawancara, 31 Oktober 2009. Ketika mengahadapi kendala yang ada, diperlukan pemecahan dan strategi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam hal ini adalah pemberian informasi dan membantu memecahkan permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Untuk mengatasi kendala yang ada, informan biasanya mempunyai cara yang cukup efektif, yaitu dengan memanage waktu yang dia punya agar bisa memberikan informasi kepada teman sebaya lebih maksimal. Selain itu untuk mengatasi ketikpercayaan teman sebayanya, ia melakukan diskusi lebih lama dan memberikan info secara kontinyu dengan contoh kasus kesehatan reprodusi yang benar. “Untuk pemecahan kendala yang ada, biasanya saya meluangkan waktu lebih banyak dengan mengatur waktu yang saya punya. Kalo masalah ketidakpercayaan teman sebaya, saya mengajak mereka berdiskusi secara kontinyu dan memberikan contoh- contoh kasus kespro yang benar”.

4. Informan 4