Deskripsi Lokasi Penelitian Kesimpulan

22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 2 Bantul didirikan pada tahun 1976. Sekolah ini saat ini mempunyai 27 kelas, dengan peminatan IPA, IPS, dan memiliki jumlah siswa sebanyak 830 orang. SMA Negeri 2 Bantul terletak di Jalan RA Kartini, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta, dan secara astronomis terletak pada 7˚48’33” - 8˚09’27” LS dan 110˚25’00” - 110˚41’66’ BT http:sman2bantul.sch.id. Sarana prasarana yang dimiliki SMA Negeri 2 Bantul, antara lain: ruang teorikelas, laboratorium kimia, laboratorium fisika, laboratorium biologi, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, aula, ruang pertemuan kedap suara, ruang perpustakaan, ruang UKS, gazebo, joglo, ruang BK, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, masjid, kantor satpam, lapangan basket, lapangan voli, lapangan bulu tangkis, arena lompat jauh, lapangan futsal, kantin, koperasi siswa dan guru, parkir sepeda motor dan mobil, dan rumah penjaga sekolah http:sman2bantul.sch.id. Keberadaan sarana prasarana tersebut mendukung kegiatan pembelajaran dan sekaligus prestasi siswa, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. SMA Negeri 2 Bantul memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi, yaitu: OSIS, MPK, dewan upacara, Dewan Ambalan Diponegoro RA Kartini, Rohis Al-Falaq, PMR UNIDA, SMADA Research Community SRC, Revolutio organisasi jurnalistik, tim basket putra putri, tim bola voli, tim futsal, tim pencak silat, tim tari tradisional, dan tim teater http:sman2bantul.sch.id. Berdasarkan laporan BKKBN DIY tahun 2014, SMA Negeri 2 Bantul juga memiliki organisasi berupa Pusat Informasi dan Konseling Remaja PIK-R, meskipun keberadaannya belum optimal sampai saat ini. PIK-R adalah wadah kegiatan yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi remaja. 23

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Umur Responden Distribusi umur responden yang menjadi sampel penelitian disajikan dalam Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Umur responden No. Umur responden tahun Jumlah Persentase 1 14 4 3,6 2 15 45 40,5 3 16 56 50,5 4 17 6 5,4 Jumlah 111 100,0 Sumber: analisis data, 2016 Tabel 4 menunjukkan bahwa umur responden sebagian besar adalah 16 tahun, yaitu sebesar 50,5, diikuti umur 15 tahun 40,5, umur 17 tahun 5,4, dan sisanya umur 14 tahun 3,6. Usia 14-16 tahun merupakan usia remaja pertengahan dan pada usia tersebut dimungkinkan muncul dorongan seksual yang terjadi pada masa remaja. Ciri remaja pertengahan adalah telah mengalami kematangan fisik, untuk laki-laki sudah mimpi basah, sedangkan untuk perempuan sudah mengalami haid. b. Responden memperoleh informasi seks pranikah Distribusi responden yang telah memperoleh informasi seks pranikah dapat disajikan dalam Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Responden memperoleh informasi seks pranikah No. Responden memperoleh informasi seks pranikah Jumlah Persentase 1 Ya 96 86,5 2 Tidak 15 13,5 Jumlah 111 100,0 Sumber: analisis data, 2016 Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden 86,5 telah memperoleh informasi seks pranikah dan sisanya sejumlah 13,5 belum memperoleh informasi tersebut. Adanya informasi seks pranikah yang 24 diperoleh remaja dimungkinkan juga mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap seksual pranikah. Berikut distribusi sumber informasi responden tentang seks pranikah: Tabel 6. Sumber informasi responden tentang seks pranikah No. Sumber informasi responden tentang seks pranikah Jumlah Persentase 1 Televisi 4 4,2 2 Petugas kesehatan 5 5,2 3 Guru 15 15,6 4 Orangtua 5 5,2 5 Televisi petugas kesehatan 15 15,6 6 Televisi majalahkoran 14 14,6 7 Televisi teman sebaya 10 10,4 8 Petugas kesehatan guru 18 18,8 9 Guru orangtua 10 10,4 Jumlah 96 100,0 Sumber: analisis data, 2016 Tabel 6 menunjukkan bahwa sumber informasi responden tentang seks pranikah bervariasi. Sumber informasi responden paling banyak adalah petugas kesehatan guru, yaitu sebesar 18,8, diikuti guru serta televisi petugas kesehatan 15,6, televisi majalahkoran 14,6, televisi teman sebaya 10,4, petugas kesehatan serta orangtua 5,2, dan paling sedikit dari televisi 4,2. Petugas kesehatan guru menjadi salah satu sumber informasi penting bagi remaja untuk meningkatkan pengetahuan seks pranikah, selain sumber informasi lain, seperti televisi media elektronik, majalahkoran media massa, teman sebaya, dan orangtua.

2. Pengetahuan Seksual Remaja

Perhitungan tingkat pengetahuan seksual responden dapat dilihat pada Lampiran 2. Setiap jawaban pengetahuan seks pranikah yang dijawab dengan benar oleh responden diberikan nilai 1, sedangkan jika salah diberikan nilai 0. Pengetahuan seksual responden dinilai “kurang” jika memiliki skor 0-4, “cukup” jika memiliki skor 5-9, dan “baik” jika memiliki skor 10-13. Distribusi pengetahuan seksual responden sebagai berikut: 25 Tabel 7. Pengetahuan seksual responden No. Pengetahuan seksual responden Jumlah Persentase 1 Baik 45 40,5 2 Cukup 62 55,9 3 Kurang 4 3,6 Jumlah 111 100,0 Sumber: analisis data, 2016 Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan seksual responden sebagian besar adalah pengetahuan “cukup” yaitu sebesar 55,9, diikuti pengetahuan “baik” 40,5, dan sisanya pengetahuan “kurang” 3,6. Pengetahuan responden didominasi tingkat pengetahuan “cukup” dikarenakan secara umum remaja kelas X dan XI telah memperoleh pendidikan seksual dalam pembelajaran di sekolah pada tingkatan sekolah sebelumnya SMP, salah satunya melalui kurikulum mata pelajaran IPA, melalui materi organ reproduksi, proses kehamilan, dan kesehatan reproduksi. Beberapa responden yang menjadi sampel penelitian juga memperoleh pendidikan seksual melalui kurikulum mata pelajaran biologi, khususnya untuk responden yang dari kelas X IPA 7 dan XI IPA 6 .

3. Sikap Seksual Remaja

Perhitungan sikap seksual responden dapat dilihat pada Lampiran 3. Ada 2 dua model penilaian untuk jawaban responden. Pernyataan positif dengan jawaban “sangat setuju = 4”, “setuju = 3”, “tidak setuju = 2”, dan “sangat tidak setuju = 1”, sedangkan untuk pernyataan negatif dengan jawaban “sangat setuju = 1”, “setuju = 2”, “tidak setuju = 3”, dan “sangat tidak setuju = 4 ”. Sikap seksual responden dinilai “positif” jika memiliki skor 15-37 dan sikap “negatif” jika memiliki skor 38-60. Dari hasil perhitungan sikap seksual responden pada Lampiran 3 diketahui bahwa semua responden 100 memiliki sikap seksual “negatif”. Sikap seksual “negatif” dapat diartikan ada kecenderungan dari responden untuk menghindari, menjauhi, bahkan membenci hal-hal yang berkaitan 26 dengan seks pranikah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan, agama, pengalaman pribadi, orangtua, guru, informasi media massa dan media elektronik, kebudayaan, dan diri sendiri.

4. Perilaku Seksual Remaja

a. Responden punya pacar Distribusi responden yang pernah mempunyai pacar dan saat ini juga berpacaran sebagai berikut: Tabel 8. Responden punya pacar No. Responden punya pacar Ya Tidak 1 Pernah punya pacar 68 61,3 43 38,7 2 Sekarang punya pacar 38 55,9 30 44,1 Sumber: analisis data, 2016 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 61,3 dari responden pernah mempunyai pacar dan sisanya sejumlah 38,7 belum mempunyai pacar sampai saat ini. Dari sejumlah 61,3 responden yang pernah punya pacar, saat ini yang sedang berpacaran sejumlah 55,9. Berikut disajikan distribusi umur pertama kali responden punya pacar, yaitu: Tabel 9. Umur pertama kali responden punya pacar No. Umur pertama kali responden punya pacar Jumlah Persentase 1 11 10 14,7 2 12 14 20,6 3 13 15 22,1 4 14 25 36,7 5 15 4 5,9 Jumlah 68 100,0 Sumber: analisis data, 2016 Tabel 9 menunjukkan umur pertama kali responden punya pacar paling banyak adalah usia 14 tahun 36,7, diikuti usia 13 tahun 22,1, usia 12 tahun 20,6, usia 11 tahun 14,7, dan sisanya baru mulai berpacaran di usia 15 tahun 5,9. Umur pertama kali responden berpacaran dapat 27 dikatakan sebagai titik awal individu pertama kali dalam berpacaran atau pada saat berduaan dengan pacar yang sekarang atau sebelumnya dalam mengungkapkan rasa kasih sayang bisa melakukan beberapa perilaku seks pranikah, seperti pegang tangan, meraba bagian tubuh sensitif, cium pipi, cium bibir, petting, oral seks, anal seks, dan hubungan seksual. b. Cara responden mengungkapkan kasih sayang terhadap pacar Distribusi cara responden mengungkapkan kasih sayang terhadap pacar adalah sebagai berikut: Tabel 10. Cara responden mengungkapkan kasih sayang terhadap pacar No. Cara responden mengungkapkan kasih sayang Ya Tidak 1 Pegang tangan 38 55,9 30 44,1 2 Meraba bagian tubuh sensitif, seperti sekitar alat kelamin, payudara, paha 68 100,0 3 Cium pipi 15 22,1 53 77,9 4 Cium bibir 5 7,4 63 92,6 5 petting saling menempelkan alat kelamin 68 100,0 6 Oral seks mulutalat kelamin 68 100,0 7 Anal seks 68 100,0 8 Hubungan seksual 68 100,0 Sumber: analisis data, 2016 Tabel 10 menunjukkan bahwa cara responden mengungkapkan kasih sayang terhadap pacar, yaitu sejumlah 55,9 dengan pegang tangan, 22,1 dengan cium pipi, dan 7,4 dengan cium bibir. Semua responden 100 belum pernah mengungkapkan kasih sayang terhadap pacar dengan meraba bagian tubuh sensitif, petting, oral seks, anal seks, dan hubungan seksual. Semakin baik tingkat pengetahuan remaja dimungkinkan memiliki perilaku seksual yang sehat karena pengetahuan yang dimiliki remaja akan membentuk kepribadian yang baik dan berdampak pada perilaku sehari-hari yang baik pula, termasuk perilaku remaja terhadap seks pranikah. 28 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengetahuan seksual responden didominasi pengetahuan “cukup” 55,9, diikuti pengetahuan “baik” 40,5, dan sisanya pengetahuan “kurang” 3,6. 2. Sikap seksual responden semuanya 100 memiliki sikap seksual “negatif” atau memiliki kecenderungan untuk menghindari, menjauhi, bahkan membenci hal-hal yang berkaitan dengan seks pranikah. 3. Perilaku seksual responden dalam mengungkapkan kasih sayang terhadap pacar, yaitu sejumlah 55,9 dengan pegang tangan, 22,1 dengan cium pipi, dan 7,4 dengan cium bibir. Semua responden 100 belum pernah mengungkapkan kasih sayang terhadap pacar dengan meraba bagian tubuh sensitif, petting, oral seks, anal seks, dan hubungan seksual.

B. Saran