laba ekonomis menegaskan hubungan EVA, terhadap kekayaan pemegang saham, kondisi akhir yang dibutuhkan dari tolak ukur
berdasarkan nilai.
2.1.3.2 Kelemahan EVA
EVA sebagai alat ukur kinerja keuangan juga memiliki kelemahan diantaranya adalah Mirza, 1997:
a. EVA hanya mengukur hasil akhir result, konsep ini tidak mengukur aktivitas – aktivitas penentu seperti, loyalitas
pelanggan; b. EVA terlalu bertumpu pada kenyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan faktor fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan menjual atau membeli saham tertentu,
padahal faktor lain terkadang justru lebih dominan; c. Konsep ini tergantung pada transparansi internal dalam
perhitungan secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi
internalnya.
2.1.4 Return on Equity ROE
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengujur pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas
investasi pemegang saham Brigham dan Houston 2001:91. Return on Equity ROE sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri Retur in
Common Equity.
Universitas Sumatera Utara
Hanafi dan Halim 2000:85 mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu. Hal ini senada dengan pernyataan Ang 1997:18 bahwa ROE mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pandang pemegang saham. ROE =
Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya karena rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk
pemegang saham. ROE dipengaruhi ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.
2.1.5 Return on Asset ROA
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Horne and Wachowicz
1997: 147 mengatakan rasio ini rasio keuntungan yang menghubungkan laba dengan investasi. Menurut Ang 1997: 18 profitabilitas mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total
aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva.
Laba bersih setelah pajak Modal sendiri
x 100
Universitas Sumatera Utara
ROA =
Rata – rata ROA untuk industri adalah 9 Brigham dan Houston 2001: 90. ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen
assetaktiva. Rendahnya rasio ini diakibatkan oleh a rendahnya basic earning power BEP perusahaan, b tingginya biaya bunga karena
penggunaan kewajiban diatas rata-rata yang menyebabkan laba bersih relatif rendah.
2.1.6 Earning per Share EPS
Earning per share adalah pendapatan perusahaan dari per lembar saham yang dijual. EPS didapatkan dari pembagian antara laba setelah
pajak dengan jumlah lembar saham. Dengan memperhatikan EPS maka investor dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi dipasar modal. EPS
dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan tinggi maka EPS juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal ini yang
akan mempengaruhi harga saham, karena pergerakan harga saham pengaruh awalnya adalah pendapatan perusahaan Husnan, 1998: 287.
Menurut Darsono 2005: 57, investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimiliki.
Alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham adalah earning per share yang dicari dengan laba bersih dibagi saham yang
berdear. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk
Laba bersih setelah pajak Total Aktiva
x 100
Universitas Sumatera Utara
setiap satu lembar saham. Rumus untuk menghitung earning per share adalah sebagai berikut :
EPS =
2.1.7 Harga Saham