BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah
tahun 2008 -2010. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan dengan total pengamatan yang digunakan 30
amatan. Berikut ini merupakan statistic secara umum dari seluruh data yang digunakan.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation ROA
30 ,06
56,76 13,4807
16,34246 ROE
30 ,75
114,74 40,5883
29,12431 EPS
30 -,82
1147,48 326,8160
263,01633 EVA
30 -1083808,00
4062859,00 666687,0000 1109926,6876
2 HS
30 -88,00
282,00 23,8667
82,09949 Valid N listwise
30
Sumber : lampiran iii
Variabel return on assets ROA memiliki nilai minimum 0.06, nilai maksimum 56.76, nilai mean nilai rata – rata 13.4807 dan standar
Universitas Sumatera Utara
deviation simpangan baku variabel ini adalah 16,34246. Variabel return on equity ROE memiliki nilai minimum 0.75, nilai maksimum 114.74,
nilai mean nilai rata – rata 40.5883 dan standar deviation simpangan
baku variabel ini adalah 29.12431. Variabel earning per share EPS memiliki nilai minimum -0.82, nilai maksimum 1147.48, nilai mean
nilai rata – rata 326.8160 dan standar deviation simpangan baku
variabel ini adalah 263.01633. Variabel economic value added EVA memiliki nilai minimum -1083808, nilai maksimum 4062859, nilai mean
nilai rata – rata 666687 dan standar deviation simpangan baku variabel
ini adalah 1109926,68762. Variabel perubahan harga saham memiliki nilai minimum -88, nilai maksimum 282, nilai mean nilai rata – rata
23,8667 dan standar deviation simpangan baku variabel ini adalah
82.09949.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
Analisa dilakukan dengan metode analisa regresi berganda. Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik.
Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data yang digunakan dalam penelitian ini sudah normal, serta bebas dari gejala
multikolinearitas, heteroskedastisitas serta autokorelasi. Menurut Ghozali 2005 : 123 asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah
Universitas Sumatera Utara
• Berdistribusi normal • Non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam
model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.
• Non-autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi.
• Homoskedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan kepengamatan yang lain adalah konstan atau sama.
4.2.1 Hasil Uji Normalitas Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Adapun uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis
grafik dan statistik. a. Analisis Grafik
Analisis Grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki
pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati dsitribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng.
Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik titik datanya tidak berbelok ke kiri atau ke kanan, melainkan
menyebar disekitar garis diagonal. Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Histogram
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot
Universitas Sumatera Utara
Dengan melihat tampilan grafik histogram, kita dapat melihat bahwa gambarnya telah berbentuk lonceng dan tidak berbelok ke kiri atau ke kanan yang
menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Pada grafik P-P Plot titik- titik terlihat menyebar disepanjang garis diagonal. Kedua grafik tersebut
menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi normalitas. b. Analisis Statistik
Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan kalau tidak melihat dengan seksama, sehingga kita perlu melakukan uji
normalitas data dengan menggunakan statistik agar lebih menyakinkan. Untuk memastikan apakah data disepanjang garis diagonal berdistribusi
normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov 1 sample KS dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data
adalah tidak normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada table 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Table 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N
30 Normal Parameters
a,b
Mean ,0000000
Std. Deviation
71,02027619
Most Extreme Differences
Absolute ,122
Positive ,122
Negative -,079
Kolmogorov-Smirnov Z ,669
Asymp. Sig. 2-tailed ,762
a. Test distribution is Normal.
Hasil uji kolmogrov-smirnov pada penelitian ini menunjukkan probabilitas = 0.762. Dengan demikian, data pada penelitian ini
berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis karena 0.762 0,05.
4.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan
variance residual suatu periode pengamatan ke periode yang lain. Ghozali 2005 : 105 Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
Universitas Sumatera Utara
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan SPSS 19. Dasar
pengambilan keputusannya menurut Ghozali 2005:105 adalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar dibawah angka 0
dan y, maka tidak heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan dengan melakukan pengamatan tertentu pada grafik
scatterplot, dimana bila ada titik – titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Grafik scatterplot
Pada Gambar 4.3 tentang grafik scatterplot diatas terlihat titik – titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas
serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 nol pada sumbu Y. hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga
model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
4.2.3 Hasil Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 sebelumnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Mengacu kepada
Universitas Sumatera Utara
pendapat sunyoto 2009:91, pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
c. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,502
a
,252 ,132
76,49118 1,771
a. Predictors: Constant, EVA, ROA, EPS, ROE b. Dependent Variable: HS
Tabel 4.3 memperlihatkan nilai statistic D-W sebesar 1.771. Angka ini terletak diantara -2 sampai +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. 4.2.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel – variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF Variable Inflation Factor dan toleransi.
Menurut Ghozali 2005 ; 91 untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Nilai tolerance dan lawannya, b. Variance influence factor VIF
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF=1tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
tolerance 0,01 atau sama dengan VIF 10.
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Toleranc
e VIF
1 Constant
-2,350 36,456
-,064 ,949
ROA ,238
2,918 ,047
,082 ,936
,089 11,271
ROE -,022
1,668 -,008
-,013 ,989
,086 11,691
EPS ,142
,061 ,455
2,340 ,028
,790 1,265
EVA -3,380E-5
,000 -,457
-2,312 ,029
,766 1,305
a. Dependent Variable: HS
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan table 4.4 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada yang
memiliki tolerance value lebih kecil dari 0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Dari hasil uji ini
maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini lulus uji gejala multikolineritas.
4.3 Pengujian Hipotesis