Bercocok tanam
9. Bercocok tanam
Pantun
atau molohidu ini
biasanya dilantunkan saat meramu sagu. Masyarakat polahi, sebagaimana Setelah meramu sagu dan beraktivitas di
masyarakat pada umumnya memiliki siang hari, pantun kembali dilantunkan di
mata pencaharian yaitu bercocok tanam malam senyap. Syair-syair ini tentang
atau berkebun. Untuk berkebun mereka keadaan kehidupan dan perasaan
menggunakan parang, pacul dan linggis. komunitas Polahi. Ciri utama yang
Alat-alat ini diperoleh dari dari kampung membedakan vokal pantun ini dengan
atau barter dengan pencari rotan. Adapun bahasa Gorontalo pada aksen dan
yang mereka tanami adalah tanaman vokalnya.
yang mereka butuhkan untuk makanan setiap hari, misalnya singkong, jagung,
ketela dan lain-lain. Disamping itu juga mengucapkan satu kata dengan tekanan
Saat berbicara,
Polahi
mereka menanam cabe, tomat dan sayur- kata yang lambat dengan nada yang
sayuran. Sebagian masyarakat Polahi panjang. Bahasa Gorontalo asli ini
di pasar-pasar campuran dengan dialek Suwawa dan
menualnya
perkampungan. Hal yang aneh yang logat
dapat ditemukan dalam perilaku jual beli diuc apkan tak mengandung huruf “R”.
Boalemo. Kata-kata
yang
masyarakat polahi adalah tidak mau ada masyarakat polahi adalah tidak mau ada
yang menjadi objek penelitian adalah Rp. 5.000 tidak boleh ditawar menjadi
Desa Bihe dan Mohiolo dengan alasan Rp. 4.500, atau Rp. 4.000. Demikian
desa tersbut sangat dengan kawasan pula, kalau hasil tanaman mereka
hutan Nantu sebagai tempat tinggal harganya Rp. 10.000, jika pembeli ingin
komunitas polahi. membeli dengan harga tinggi misalnya Rp.
15.000 mereka
tidak
3.4. Pengumpulan Data
mengijinkannya. Alasannya adalah Data yang dicari dalam penelitian cukup sederhana, dimana masyarakat
dikumpulkan melalui Polahi tidak mengenal pecahan uang,
survai
kuesioner.Untuk dapat mencapai tujuan yang mereka tau hanyalah angka atau
ini, maka cara-cara pengambilan sampel jumlah uang misalnya Rp. 5.000, 10.000,
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. 20.000, 50.000 dan 100.000.
Namun
demikian, yang perlu diperhatikan adalah masalah efisiensi
dalam memilih metode pengambilan
3. METODE PENELITIAN
sampel.3 Menurut Teken (Mantra dan Kasto, 1989), metode A dikatakan lebih
efisien daripada metode B apabila untuk Penelitian survai adalah suatu
3.1. Metode Survai
sejumlah biaya, tenaga dan waktu yang penelitian yang menggunakan sampel
lebih rendah.
dan kuesioner sebagai alat pengumpul
data. Jadi, metode penelitian survai
3.5. Pengolahan Data
adalah suatu cara kerja dalam suatu Kuesioner yang merupakan salah penelitian yang menggunakan sampel
satu cara mengumpulkan data dalam dan kuesioner sebagai alat pengumpul
penelitian survai belumlah dikatakan data.
sebagai hasil penelitian, ia perlu diolah terlebih dulu. Dalam pengolahan data,
jawaban yang terdapat di kuesioner, Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
sebelumya perlu diberi simbol, berupa populasi semua masyarakat yang berada
ini
menggunakan
angka.Simbol ini selanjutnya disebut disekitar kawasan hutan dan komunitas
pertama dalam polahi yang masuk dalam wilayah Desa
kode.Tahap-tahap
mengkode adalah mempelajari jawaban Bihe dan Mohiolo. Dalam menentukan
responden, memutuskan perlu tidaknya berapa besarnya sampel yang diambil
jawaban tersebut dikategorikan terlebih untuk
dahulu dan memberikan kode kepada representatif didasarkan pada empat
jawaban yang ada. faktor.Pertama, derajat keseragaman dari
populasi.Makin seragam populasi, makin
3.6. Analisis Data
penelitian dilaksanakan presisi
kecil sampel yang dapat diambil.Kedua,
Suatu
didasarkan atas dasar keinginan untuk penelitian.Makin tinggi tingkat presisi
yang dikehendaki
dari
pertanyaan-pertanyaan yang dikehendaki, makin besar jumlah
menjawab
penelitian atau untuk mengungkapkan sampel yang harus diambil.Ketiga,
fenomena sosial atau fenomena alami rencana analisa.
tertentu.Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti
harus
terlebih dahulu
merumuskan hipotesa, mengumpulkan Kegiatan ini telah dilakukan
3.3. Waktu dan Lokasi
data, memproses data, membuat analisa semester ganjil tahun 2014, sebagai
dan interpretasi. Analisa data adalah hasil dari pembelajaran mata kuliah
proses penyederhanaan data ke dalam proses penyederhanaan data ke dalam
yang ditanami berbagai tanaman 1989: 263). Analisa data yang paling
diantaranya jagung, kelapa, padi ladang, sederhana dalam statistik adalah analisa
rempah-rempah, kacang tanah, dan satu variabel (tabel frekuensi) dan analisa
sebagainya. Selain itu juga terdapat dua variabel (tabulasi silang).
hewan
peliharaan seperti sapi, ayam,bebek, ikan, dan sebagainya. Selain
itu kami juga menemukan hal yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
seharusnya tidak boleh di lakukan, yaitu pembakaran hutan untuk membuka lahan
Desa Bihe merupakan sebuah baru, sebenarnya ini adalah cara desa kecil yang berada di kawasan hutan
tradisional yang masih digunakan oleh tepatnya di kecamatan Asparaga
masyarakat. Hal ini mungkin di Kabupaten Gorontalo.Desa ini dihuni
kurangnya kesadaran kurang lebih 160 warga yang tersebar
akibatkan
masyarakat untuk menjaga kelestarian diseluruh pelosok desa.Ketika pertama
hutan atau masih kurangnya pengetahuan kali kami menginjakkan kaki di desa ini,
masyarakat untuk menjaga kelestarian kondisi jalan menuju desa belum di aspal,
lingkungan.
kami harus menyeberangi sungai dan Menurut salah seorang warga bukit untuk mencapai desa tujuan kami
yang kami wawancarai sebut saja Bapak melakukan penelitian. Di desa ini
Mayus Biki kondisi perekonomian terdapat sekolah yaitu SDN No. 8
masyarakat di desa ini masih tergolong Asparaga, satu-satunya sekolah yang ada
rendah. Hal ini karena masyarakat hanya di Desa ini.Jumlah Tenaga pengajar yang
menanam tanaman musiman yang hasil ada di Sekolah ini terdiri dari 5 orang
panennya tidak menentu, belum lagi bagi Tenaga Honorer dan 2 orang Pegawai
masyarakat yang hanya berprofesi Negeri Sipil.Termasuk kepala sekolah.
sebagai buruh penggarap hal ini tentu Desa Bihe di pimpin oleh seorang
menjadi beban karena hasil panen yang kepala desa yang bernama Rusdin
tidak seberapa tersebut harus dibagi dua Monoarfa, kami sangat senang berada di
lagi dengan pemilik lahan.. Alternatif desa ini, karena sambutan masyarakat
lainnya ada masyarakat yang pergi ke terutama bapak kepala desa yang sangat
kampung lain untuk menjadi buruh bersahabat sehingga kami betah berada di
rumahan seperti buruh cuci, pembantu desa ini. Kondisi rumah penduduk di
rumah tangga dan sebagainya. Hal ini desa ini ada yang semi permanen dan ada
sejalan dengan teori penduduk dari juga yang masih beratapkan rumbia dan
Malthus (Suherman Roshidi 2009: hal berdinding bambu.Selain itu desa ini
89) yang menyatakan bahwa apabila belum dijangkau oleh listrik sehingga
sesuatu daerah dihuni oleh sejumlah sebagian
penduduk, maka segera timbullah menggunakan mesin Genset dan
masyarakat
masih
masalah-masalah kependudukan di sebagian lagi menggunakan PLTS
dalamnya. Hal tersebut disebabkan (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).
karena penduduk ingin mengambil SHasil
makanan dari daerah yang ditempatinya berdasarkan wawancara dari rumah ke
temuan
dilapangan
sedangkan daerah itu tergantung pada rumah.Jarak antara satu rumah dengan
sumber-sumber yang dikandungnya rumah yang lainnya kurang lebih 1
sehingga kebutuhan penduduk terpenuhi. km.belum lagi medannya yang menanjak
sama seperti keadaan yang ada di desa dan harus menyeberangi
Bihe dimana penduduknya sebagian Sehingga kami cukup kesulitan untuk
sungai.
besar berkebun dan bertani akan tetapi menjangkau lokasi yang satu ke lokasi
hasil dari berkebun dan bertani tersebut yang lainnya.Selama di perjalanan kami hasil dari berkebun dan bertani tersebut yang lainnya.Selama di perjalanan kami
biasanya masyarakat sehingga akhirnya masyarakat mencari
tanaman
memperoleh bibit jagung, kelapa, dan pekerjaan sampingan yang dapat
tanaman lainnya dari pemerintah.Akan menambah
tetapi terkait dengan pemberian bibit kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi.
pendapatan
sehingga
tanaman tersebut ada salah seorang Pendapat lain dari Bapak Mayus
masyarakat yang mengeluh karena Biki, tapi kami juga mewawancarai salah
ternyata bibit yang di berikan pemerintah seorang warga yang bernama Ibu Risna
tersebut ketika di panen hasilnya tidak Deluma.
sehingga masyarakat membantu suaminya berkebun di lahan
mengalami kerugian dan ada juga yang dekat rumah mereka.Tanaman yang
sampai gagal panen.Hal ini dikarenakan ditanam yaitu kelapa.Menurut ibu ini
bibit yang diberikan pemerintah tidak buah kelapa dapat di panen sekali dalam
berkualitas.
dua bulan.Hasil panen tersebut di jual ke Disamping untuk di pelihara dan pengepul. harga kelapa per buah kurang
selanjutnya di jual hewan peliharaan lebih Rp. 700 untuk ukuran kelapa yang
tersebut di gunakan masyarakat sebagai besar, sedangkan yang berukuran kecil di
alat transportasi contohnya seperti hargai Rp. 400 sampai Rp. 500, harga ini
sapi.Sebagian masyarakat ada yang cukup murah karena biasanya di kota
roda sebagai alat harga sebutir kelapa adalah Rp. 2500
menggunakan
transportasi mereka ke ladang.Roda dalam hal ini tentunya masyarakat
tersebut di tarik menggunakan sapi mengalami kerugian. Oleh karena itu ibu
peliharaan mereka sendiri. ini juga bekerja sampingan sebagai buruh
Komunitas polahi ternyata memiliki cuci demi mencukupi kebutuhan sehari-
prilaku yang berbeda hal ini dibuktikan hari.
dengan kehadiran salah seorang polahi Selain berkebun masyarakat juga
yang kami jumpai.Hasil wawancara memelihara hewan peliharaan seperti
dengan polahi yang dimediasi oleh sapi, ayam, bebek dan kambing yang
kepala desa hasilnya adalah ternyata berasal dari bantuan pemerintah.
mereka sangat menjaga kelestarian hutan Sistimnya bagi hasil, artinya di sini
yang mereka tempati.Berbeda dengan pemerintah memberikan bantuan berupa
masyarakat kita sekarang ini yang hewan peliharaan kepada masyarakat dan
pekerjaannya mengeksploitasi hutan. apabila hewan tersebut berkembang biak maka hasilnya harus di bagi dua dengan pemerintah. Begitu pula dengan bibit
Gambar 1.8 Tanya jawab dengan salah seorang komunitas “Polahi”
Komunitas polahi ini memiliki terbangun tatanan nilai dan norma sosial kearifan local yang tinggi terhadap
dalam komunitas ini, tetapi nilai kawasan hutan. Hasil temuan lain
lingkungan selalu didapatkan bahwa komunitas ini
pengembangan
terjaga. Komunitas ini telah ada sejak berpindah-pindah. Tayabu, salah seorang
belanda saat menjajah polahi menceritakan bahwa dia kurang
zaman
Gorontalo.Komunitas ini tersebar di mengetahui jumlah saudara kandungnya
kawasan hutan Nantu dan Taman yang diketahuinya hanya 3 orang.
Nasional Bogani Nani Wartabone. Kehidupan social yang dibangun oleh komunitas ini kurang memiliki pijakan
5.2. Saran
yang kuat untuk
1. Perlu adanya perhatian pada hidup.Prinsip yang dibangun yang
kelangsungan
komunitas ini untuk lebih penting
memberikan kehidupan dan hidup.Sebagian dari mereka tidak
interaksi social yang layak. mengenal agama, tidak boleh membaca
2. Memberikan pemahaman dan dan menulis.
pengetahuan yang bersentuhan Komunitas polahi hanya mengenal hutan
teknologi terutama sebagai “Oayuwa” (Bahasa Gorontalo)
dengan
terhadap anak-anak mereka. sebagai tempat hidup mereka.Fungsi dan
3. Perlunya pendekatan persuasive manfaat sumberdaya hutan tidak
guna memberikan pemahaman dipahami, tetapi nilai dari tatanan
akan pentingnya kehidupan ekosistem hutan meraka jaga.
sosial.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
6. DAFTAR PUSTAKA
5.1. Kesimpulan
Komunitas polahi merupakan asset atau
Feriyanto dan Samsi suku yang khas di Gorontalo.Komunitas
Madjowa,
Pomalingo, 2010. Kearifan Lokal ini memanfaatkan hutan sebagai tempat
Masyaraka Polahi Gorontalo. Jurnal melangsungkan kehidupan. Tidak
Polahi.
Kurniawan, Haris, 2007. Kemiskinan Di Dalam Dan Sekitar Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat Di Kabupaten Pesisir Selatan (Perilaku Dan Strategi Bertahan Hidup). Tesis