Variabel Penelitian
2. Variabel Penelitian
3. METODE PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah
1. Jenis dan Desain Penelitian
1. Kemampuan Kognitif Jenis penelitian ini berupa penelitian
2. Kemapuan Afektif Mix Methods yang terdiri dari 3 jenis penelitian
3. Penggunaan model Problem Based yaitu: 1. Sequential Explanatory Design, 2. Solving Learning (PBSL) dalam
Sequential Exploratory Design, dan 3. pembelajaran Kimia Concurrent Triangulation Design. Pertama Sequential
3. Teknik Pengumpulan data
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dalam dua tahap dengan
dilakukan pada jenis penelitian Seqeuntial penekanan utama pada metode kuantitatif.
ini dilakukan Kedua Sequential Exploratory Design adalah
Explanatory
Design
pengumpulan data secara berurutan. Data pengumpulan data kualitatif dilakukan pertama
kuantitatif dan kualitatif akan saling menunjang kali dan dianalisis kemudian data kuantitatif
satu sama lain. Data pada penelitian ini berupa dikumpul dan dianilisis. jenis penelitian ini
skor peningkatan kemampuan kognitif siswa skor peningkatan kemampuan kognitif siswa
peroleh skor maksimal kelas eksperimen yaitu afektif siswa kelas eksperimen dan kelas
13 dan skor minimal yaitu 8. Sedangkan kelas kontrol sebagai data kualitatif. Data
kontrol skor maksimal yang diperoleh sebesar dikumpulkan dengan menggunakan instrumen
11 dan skor minimal yaitu 4. Hal ini dalam bentuk test dan observasi serta
menunjukan bahwa kelas eksperimen setelah dokumentasi. Instrumen test menggunakan
berupa model skor peningkatan kemampuan kognitif siswa
diberikan
perlakuan
pembelajaran PBSL skor tertinggi yang dari pretest ke posttest baik kelas ekperimen
diperoleh lebih besar dibandingkan dengan dan kelas kontrol dengan rentang skor
kelas kontrol. Setelah dilakukan analisis peningkatan dari 0 s/d 20. instrumen observasi
diperoleh rata-rata skor kelas eksperimen yakni menggunakan observasi
9,87, standar deviasi sebesar 1,47 serta varians melakukan pengamatan langsung kemampuan
terbuka yakni
sebesar 2,17. Sedangkan kelas kontrol afektif siswa selama mengikuti proses
memperoleh skor rata-rata sebesar 7,39, standar pembelajaran didalam kelas.
deviasi sebesar 1,98 dan varians sebesar 3,94. Berdasarkan uraian diatas, kelas
4. Teknik Analisis Data
eksperimen yang mendapat perlakuan berupa Teknik analisis data dalam penelitian
penerapan model pembelajaran PBSL, skor ini terdiri dari analisis data kuantitatif dan
kemampuan kognitif siswa meningkat. Hal ini analisis data kualitatif. Analisi data untuk
jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang perkembangan Aspek Kognitif sisiwa pada
tidak menerima perlakuan dalam pembelajaran materi
skor kemampuan kognitif sangat rendah. pembelajaran Problem Based Solving Learning
kimia menggunakan
model
Meningkatnya skor kemampuan kognitif siswa (PBSL) digunakan analisis satatistika yakni uji
kelas eksperimen ini, bisa dibuktikan dengan ”t” dua pihak (Sudijono. A, 2010). Analisis data
nilai rata-rata yang diperoleh setelah diberikan untuk data sikap siswa dianalisis secara
model pembelajaran PBSL sebesar 9,87. Deskriptif kualitatif dengan tahapan sebagai
Sedangkan kelas kontrol yang tidak menerima berikut: 1) Reduksi Data, 2). Display Data, 3).
perlakuan hanya sebesar 7,39. Oleh karena itu Menyimpulkan Data.
peneliti berasumsi bahwa model pembelajaran PBSL dapat berpengaruh terhadap kemampuan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
kognitif siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Telaga. Bersamaan dengan asumsi tersebut
1. Kemampuan Kognitif Siswa
peneliti masih memerlukan pembuktian Berdasarkan data yang diperoleh
terhadap asumsi tersebut. Untuk membuktikan dilapangan, data kemampuan kognitif siswa
asumsi diatas dapat dilakukan dengan berasal dari data skor kemampuan kognitif
menggunakan analisis varians dalam hal ini
mengg unakan uji “t” atau pengujian dua rata- Deskripsi data penelitian dilapangan masing-
kelas eksperimen (X 1 ) dan kelas kontrol (X 2 ).
rata. Sebelum pengujian dilakukan maka masing disajikan sebagai berikut:
alangkah baiknya dilakukan pengujian persyaratan analisis.
Tabel 4.1 Data Skor Maks, Skor Min, Jumlah,
analisis statistika Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians
Berdasarkan
diperoleh t hitung sebesar 1,79. nilai t tebel pada α = Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen
0,05; dk = n-1 (33-1 = 32) diperoleh sebesar dan Kelas Kontrol Siswa kelas XI IPA
1,697. Dengan demikian t hitung lebih besar dari SMA N. 1 Telaga
t tebel (t hitung = 1,79 > t tebel = 1,697). Berdasarkan kriteria pengujian dikatakan bahwa jika t hitung >
t tebel pada α = 0,05; n-1 tolak H 0 . Oleh karena itu
Kelas N X m X ma JM
hipotesis alternative atau H 1 dapat diterima,
sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran PBSL
men
3 6 7 ( Problem Based Solving Learning ) terhadap
(X 1 ) Kontrol
kemampuan kognitif siswa kelas XI IPA 1
3 4 9 SMA Negeri 1 Telaga. Kurva penerimaan dan penolakan bisa digambarkan sebagai berikut:
7 Kritis
Mulai Belum
Daerah Penerimaan
Tampak Tampak
H0 8 Bertanggung
Mulai Mulai
Berkembang Tampak -43,12 43,12
Jawab
Mulai Belum -1, 697 0000 1,697
9 Kerja Sama
Berkembang Tampak
Mulai Belum Gambar 4.1. Kurva Penerimaan dan
10 Peduli
Lingkungan Berkembang Tampak
Penolakan H 0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas bisa Model pembelajaran PBSL menjadi
dilihat bahwa ada 10 sikap siswa yang factor yang mempengaruhi peningkatan
saat pembelajaran kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran
diobservasi
pada
berlangsung didalam kelas. 1). Sikap rasa ingin didalam kelas. Selain itu penerapan model
tahu siswa menunjukan bahwa kelas pembelajaran PBSL membuat siswa lebih
eksperimen mulai berkembang sedangkan kelas terlihat aktif percaya diri dan lebih mandiri. Hal
kontrol sikap rasa ingin tahu siswa belum diatas sejalan dengan apa yang telah dikatakan
tampak. 2). Sikap disiplin, berdasarkan hasil oleh Sani (2013:11) dalam bukunya yang
observasi yang dilakukan pada masing-masing berjudul Inovasi Pembelajaran , mengatakan
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah setiap
mulai berkembang dan mulai tampak. 3). Sikap pengetahuan/pengalaman dalam dirinya, yang
jujur, untuk kelas eksperimen mulai ternyata dalam bentuk struktur kognitif.
berkembang dan kelas kontrol mulai tampak. Kemampuan belajar siswa banyak ditentukan
4). Obyektif, berdasarkan hasil observasi yang oleh kemauan, keaktifan dan kemandiriannya.
dilakukan
menunjukan bahwa kelas eksperimen mulai tampak dan kelas kontrol
2. Kemampuan Afektif Siswa
belum tampak. Hal yang sama juga yang Berdasarkan data yang diperoleh
ditunjukan oleh sikap 5). Terbuka, 6) Teliti, 7), dilapangan, kemampuan afektif siswa yang
Kritis dimana masing-masing untuk kelas diobservasi berupa 1). Rasa ingin tahu, 2).
eksperimen mulai tampak sedangkan kelas Disiplin, 3). Jujur, 4). Obyektif, 5). Terbuka, 6).
kontrol belum tampak. 8) Sikap bertanggung Teliti, 7). Kritis, 8). Bertanggung jawab, 9).
jawab, 9) Kerja sama, dan 10) Peduli Toleran. dan 10). Peduli lingkungan. Secara
lingkungan masing-masing untuk kelas keseluruhan hasil observasi disajikan pada tabel
eksperimen mulai berkembang sedangkan kelas berikut:
kontrol belum tampak. Berdasarkan hasil observasi dan analisis kelas eksperimen dan
Tabel 4.2 Hasil Observasi Kemampuan Afektif kelas kontrol menunjukkan bahwa kelas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
menerima perlakuan Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Telaga
eksperimen yang
penerapan model pembelajaran PBSL sikap
siswa lebih baik jika dibandingkan dengan No Kemampuan Eksperimen Kontrol
Kelas
kelas kontrol yang tidak menerima perlakuan Afektif
(X 1 )
(X 2 )
selama pembelajaran berlangsung.
1 Rasa Ingin
Secara keseluruhan siswa kelas XI IPA Tahu
Mulai
Belum
Berkembang Tampak SMA Negeri 1 (kelas eksperimen) dan kelas XI
2 Disiplin
IPA 3 SMA Negeri 1 Telaga (kelas kontrol) Berkembang Tampak
Mulai
Mulai
yang merupakan subjek dalam penelitian ini
3 Jujur
positif terhadap Berkembang Tampak
pembelajaran kimia. hal ini dapat dilihat pada
analisis data observasi kemampuan afektif
Tampak
Tampak
berupa sikap yang menunjukkan bahwa pada umunya siswa memiliki minat positif terhadap
pembelajaran kimia yang berlangsung didalam kelas. Khususnya kelas eksperimen yang
penerapan model
Tampak
Tampak
pembelajaran PBSL dimana siswa merasa
XI IPA 1 SMA Negeri 1 Telaga dapat yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran
senang hati menerima metode pembelajaran
meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Data PBSL sangat berpotensi untuk melatih peserta
kuantitatif dapat memperkuat data kualitatif, siswa berpikir kreatif dalam mengahadapi
dimana berdasarkan hasil observasi yang telaha masalah baik itu masalah pribadi maupun
dilakukan selama empat kali pertemuan masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri
menunjukkan bahwa atau
pembelajaran
kemampuan afektif siswa kelas eksperimen pembelajaran PBSL merupakan model
secara bersama-sama.
Model
kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Telaga dari pembelajaran yang memberikan rangsangan
pertemuan pembelajaran kepada siswa agar lebih aktif dalam proses
keseluruhan
berkembang dan pembelajaran didalam kelas. Oleh karena itu
menunjukkan
mulai
membudaya. Sedangkan jika dibandingkan guru diharapkan dapat merancang model
dengan kelas kontrol, berdasarkan hasil pembelajaran PBSL dengan baik dan dituntut
dari keseluruhan pertemuan untuk menilai sikap siswa pada saat
observasi
pembelajaran berlangsung sikap siswa kelas XI pelaksanaan pembelajaran. Sikap siswa yang
IPA 3 SMA Negeri 1 Telaga belum tampak dilihat atau diobservasi berupa rasa ingin tahu,
meskipun ada beberapa siswa yang mulai disiplin, jujur, obyektif, terbuka, teliti, kritis,
tampak. Sikap siswa kelas eksperimen dan bertanggung jawab, kerja sama, dan yang
kelas kontrol menunjukan ketika diterapkan terkahir adalah peduli lingkungan.
model pembelajaran PBSL meningkat. Berdasarkan penjelasan yang telah
Terdapat data kuantitatif memperkuat data diuraikan, dimana model pembelajaran PBSL
kualitatif.
dapat mengaktifkan siswa, siswa merasa Hal ini sejalan dengan yang dikatakan termotivasi untuk berfikir lebih teliti,
oleh Sugiyono (2013 : 449) Analisi data mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi,
kuantitatif dan data kulaitatif dilakukan dengan disiplin, dan bertanggung jawab, dan peduli
cara membandingkan antara data kantitatif hasil dengan lingkungan sekitar. serta mempunyai
penelitian kuantitatif pada tahap pertama dan sikap kritis dalam mencari hubungan,
data kualitatif hasil penelitian kualitatif pada memecahkan masalah
tahap kedua. Melalui analisis kedua data ini membuat generalisasi (kesimpulan). Penerapan
yang kemudian
maka akan diperoleh informasi, apakah kedua model pembelajaran yang digunakan didalam
melengkapi, memperluas, kelas, siswa termotivasi untuk aktif dalam
data
saling
memperdalam serta bertentangan. Analisis data diskusi dan lebih aktif lagi dalam memberikan
yang kuantitatif dan data kualitatif berupa ide atau pendapat dalam proses menemukan
analisis data kemampuan kognitif siswa konsep-konsep kimia yang dipelajari. Berbeda
sebelum dan sesudah diterapkan model dengan kelas yang tidak menerima model
pembelajaran PBSL dan data kemampuan pembelajaran PBSL, siswa tidak merasa
menerapkan model termotivasi dalam berfikir, memberikan ide,
afektif
selama
pembelajaran PBSL berlangsung. bahkan siswa terlihat tidak mempunyai sikap kritis dalam diskusi yang dilaksanakan didalam kelas sehingga proses pembelajaran didalam
5. KESIMPULAN
hanya menoton pada guru yang memberikan Berdasarkan hasil
analisis dan materi pembelajaran. pembahasan baik kuantitatif dan kuliatatif yang Berdasarkan
penjelasan
yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dikemukakan diatas maka peneliti bisa menarik dapat disimpulkan bahwa: 1). Terdapat kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan pengaruh model pembelajaran PBSL ( Problem model pembelajaran PBSL, dapat membuat
kemampuan afektif siswa kelas XI IPA 1 SMA Based Solving Learning ) terhadap kemampuan
kognitif siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Negeri 1 Telaga lebih baik. Telaga. 2). Pembelajaran menggunakan model
pembelajaran
PBSL,
dapat membuat