DAN BERINGIN ( Ficus nervosa Heyne) PADA HUTAN NANTU-BOLIYOHUTO

DAN BERINGIN ( Ficus nervosa Heyne) PADA HUTAN NANTU-BOLIYOHUTO

Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo

Marini Susanti Hamidun

marinish70@gmail.com

Abstrak

Hutan menyerap CO2dari udara melalui proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai biomassa

hutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi carbon tersimpan atas permukaan tana, yaitu batang pada pohon Nantu (Palaqium obovatum Engl) dan pohon beringin (Ficus nervosa Heyne) pada kawasan Hutan Nantu-Boliyohuto. Perhitungan pendugaan carbon dilakukan menggunakan persamaan alometrik, yang dihitung berdasarkan diameter pohon 1,3 m di atas permukaan tanah atau banir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon nantu (Palaqium obovatum Engl) memiliki kemampuan menyimpan carbon sebanyak 76 ton/Ha, sedangkan pohon beringin(Ficus nervosa Heyne) mampu menyimpan carbon sebesar 119 ton/ha.

Kata kunci : pendugaan carbon, Palaqium obovatum EngL, Ficus nervosa Heyne, Hutan Nantu-

Boliyohuto

1. PENDAHULUAN

(N2O). Carbondioksida (CO2) memiliki Hutan mempunyai peranan sebagai

kontribusi lebih dari 55% terhadap kandungan penyerap karbon dan mulai menjadi sorotan

GRK, maka dari itu CO2 yang diemisikan dari dunia pada saat bumi dihadapkan pada aktivitas manusia (anthropogenic) mendapat

persoalan efek rumah kaca. Efek rumah kaca perhatian yang lebih besar. Dalam rangka merupakan peningkatan suhu udara yang pemanfaatan fungsi hutan sebagai penyerap

carbon melalui sebuah kerangka carbon trade perubahan iklim. Pemanasan global dan

mengakibatkan pemanasan

global, dan

perubahan Iklim sangat diperlukan upaya mengkuantifikasi terjadi akibat adanya berapa besar karbon yang dapat diserap dan peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca

disimpan (C-stock) oleh hutan. (GRK) di atmosfer yang terjadi akibat aktivitas Hutan tropis merupakan penyerap carbon manusia, terutama yang berhubungan dengan

terbesar dan memainkan peranan yang penting penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dalam siklus carbon global, dan dapat

dan batu bara); pengelolaan hutan yang tidak menyimpan carbon sekurang-kurangnya 10 kali tepat, seperti kebakaran hutan, illegal logging, lebih besar dibandingkan dengan tipe vegetasi

alih fungsi hutan, serta kegiatan lain yang lain, seperti padang rumput, tanaman semusin berhubungan dengan hutan, pertanian, dan dan tundra (Holdgate, 1995 dalam Litbang

peternakan.

Kehutanan, 2010)

Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas-gas di Di permukaan bumi, karbon disimpan pada atmosfer yang memiliki kemampuan menyerap

setiap organisme, misalnya pohon. CO2 pada radiasi gelombang panjang yang dipancarkan tanaman terkumpul sebagai karbon pada

kembali ke atmosfer oleh permukaan bumi. Sifat jaringan tubuh tanaman. Biomassa hutan dapat termal radiasi inilah menyebabkan pemanasan digunakan untuk menduga potensi serapan

atmosfer secara global (global warming). karbon yang tersimpan dalam vegetasi hutan GRK yang penting diperhitungkan dalam karena 50% biomassa tersusun oleh karbon.

pemanasan global adalah karbondioksida Kawasan Hutan Nantu-Boliyohuto memiliki (CO2), metana (CH4) dan nitrousoksida

keanekaragaman jenis tumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 204 jenis, yang

dan serasah. Sehingga, secara keseluruhan IPCC hutannya banyak didominasi oleh tegakan menetapkan 5 sumber karbon hutan yang perlu pohon-pohon yang tinggi dengan tajuk mahkota dihitung dalam upaya penurunan emisi akibat yang sangat rapat. Terdapat berbagai pohon perubahan tutupan lahan.

berukuran raksasa dan tersebar di berbagai Biomassa atas permukaan adalah semua tempat. Ukuran pohon terbesar yang dijumpai biomassa dari begetasi hidup di atas tanah, mempunyai diameter 400 cm. Umumnya termasuk batang, tunggul, cabang, kulit, daun pohon-pohon yang berukuran besar juga serta buah. Baik dalam bentuk pohon, semak merupakan pohon yang mempunyai nilai INP maupun tumbuhan herbal. Biomassa bawah tinggi, yang artinya jenis pohon yang dominan tanah adalah semua biomasa dari akar yang di kawasan tersebut. Sebaran vegetasi tumbuhan masih hidup. Akar yang halus dengan diameter ini mendiami hampir seluruh tipe habitat kurang dari 2 mm seringkali dikeluarkan dari kawasan hutan hujan tropis kawasan ini penghitungan, karena sulit dibedakan dengan (Hamidun, 2012; Hamidun & Baderan, 2013). bahan organik mati tanah dan serasah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk Kayu mati adalah semua biomasa kayu mengetahui potensi carbon tersimpan atas mati, baik yang masih tegak, rebah maupun di

dalam tanah. Diameter lebih besar dari 10 cm. obovatum Engl) dan pohon beringin ( Ficus

permukaan tanah pada pohon Nantu ( Palaqium

Sedangkan serasah adalah semua biomasa mati nervosa Heyne) pada kawasan Hutan Nantu-

dengan ukuran > 2 mm dan diameter kurang dari Boliyohuto. sama dengan 10 cm, rebah dalam berbagai tingkat dekomposisi.

2. KAJIAN LITERATUR Bahan organic tanah adalah semua bahan organik tanah dalam kedalaman tertentu ( 30 cm Komunitas tumbuhan (pepohonan) dalam untuk tanah mineral). Termasuk akar dan hutan sangat berperan dalam mengurangi serasah halus dengan diameter kurang dari dampak perubahan iklim. Secara alami 2mm, karena sulit dibedakan.

karbondioksida (CO2) di udara (atmosfer) dapat Pendugaan carbon tersimpan telah banyak diserap oleh tumbuhan melalui proses

diteliti, seperti pada hutan alam (Onrizal, 2004; fotosintesis. Carbondioksida yang telah diserap Hariyadi, 2005; Adinugroho et al, 2006; Rahayu kemudian diubah menjadi bahan organik (pati) et al , 2006; Noor’an, 2007; Siregar, 2007; yang disimpan dalam batang, cabang, daun, Muzahid, 2008; Dharmawan dan Siregar, 2009;

akar, bunga dan buah. Semakin besar ukuran Samsoedin et al, 2009; Dharmawan, 2010). tumbuhan/ pohon, maka semakin tinggi Secara umum pada hutan lahan kering primer kemampuannya dalam menyerap gas karbon mampu menyimpan carbon dalam jumlah lebih dioksida dari atmosfer. Sri Muliyani (2014) besar dibandingkan dengan hutan lahan kering mencontohkan bahwa pohon yang memiliki sekunder karena pada hutan sekunder telah diameter batang 17, 4 cm mampu menyerap terjadi gangguan

terhadap tegakannya. CO 2 sebanyak 289 Kg (0,289 ton), tetapi untuk Kebakaran, ekstraksi kayu, pemanfaatan lahan pohon berdiameter 103 cm mampu menyerap untuk bercocok tanam dan kejadian atau CO 2 sebanyak 27289 kg (27,28 ton). Dalam 1 aktivitas lainnya di kawasan hutan yang

hektar hutan tropis di Indonesia dapat menyerap menyebabkan berkurangnya potensi biomassa karbon dioksida dari udara lebih dari 928 ton yang

langsung terhadap CO 2 bahkan ada yang mencapai 2 Mega ton. kemampuannya menyimpan carbon.

berindikasi

Sumber karbon

(Carbon

Pool)

Pola tersebut juga terjadi pada hutan rawa

dikelompokkan menjadi 3 kategori utama, yaitu primer dan hutan rawa sekunder. Selanjutnya

biomasa hidup, bahan organik mati dan karbon pada hutan lahan kering relatif memiliki

tanah IPCC (2006). Biomasa hidup dipilah kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah

menjadi 2 bagian yaitu Biomasa Atas lebih besar daripada hutan rawa dan mangrove

Permukaan (BAP) dan Biomasa Bawah karena kemampuannya dalam membangun

Permukaan (BBP). Sedangkan bahan organik tegakan yang tinggi dan berdiameter besar sebagai tempat menyimpan carbon (Litbang

Kehutanan, 2010).

Hutan Nantu-Boliyohuto berada pada Untuk menghitung nilai biomassa di atas

ketinggian antara 200 – 2065 mdpl dengan luas

permukaan tanah yaitu dengan menggunakan 63.523 Ha, merupakan habitat dan daerah nilai diameter pohon. Diameter pohon dihitung

jelajah satwa liar, antara lain babirusa berdasarkan diameter pohon 1,3 m di atas ( Babyrousa babyrussa ), anoa

permukaan tanah atau banir (Sutaryo, 2009). depressicornis ), monyet hitam sulawesi

( Bubalus

Selain itu, untuk mendapatkan nilai biomassa di ( Macaca heckii ), tarsius ( Tarsius spectrum ),

atas permukaan tanah harus diketahui pula berat kuskus sulawesi ( Strigocuscus celebensis ), dan

jenis spesies Nantu ( Palaqium obovatum Engl) babi hutan sulawesi, serta 80 jenis burung dan pohon beringin ( Ficus nervosa Heyne).

(Dunggio, 2005; Hamidun 2012). Data diameter pohon dan berat jenis kayu Vegetasi hutannya banyak didominasi oleh tersebut

untuk melakukan tegakan pohon-pohon yang tinggi dengan tajuk perhitungan dengan menggunakan persamaan mahkota yang sangat rapat. Umumnya tegakan allometrik (Komiyama et al., 2008) untuk

digunakan

mendapatkan nilai biomassa di atas permukaan Flacourtiaceae, Guttiferae,

tersebut berasal dari suku Anacardiaceae,

Datiscaceae,

tanah (batang).

Annonnaceae, Ebenaceae, Myristicaceae,

D 2,46 Apocynaceae, Moraceae,

BK = 0.251 x

Ebenacea,

Sapotaceae, dan sebagian kecil dari suku Dimana,

Dipterocarpaceae. Terdapat berbagai pohon berukuran raksasa dan tersebar di berbagai BK : biomasaa carbon tempat. Ukuran pohon terbesar yang dijumpai  : berat jenis kayu (0,67 untuk spesies

mempunyai diameter 400 cm, yaitu pohon nantu dan 0,3 untuk beringin) beringin ( Ficus sp). Jenis pohon berukuran

D : diameter pohon (cm)setinggi 1,3 m raksasa lainnya yang banyak dijumpai adalah di atas banir

pohon nantu ( Palaqium obovatum Engl.) yang menjadikan kawasan ini juga dinamakan Hutan Total Biomassa = BK 1 + BK 2 + …. BK n

Nantu. Umumnya pohon-pohon yang berukuran besar juga merupakan pohon yang mempunyai Setelah diketahui nilai biomassa di atas nilai INP tinggi, yang artinya jenis pohon yang permukaan tanah (batang),

selanjutnya dominan di kawasan tersebut (Hamidun, 2012). dilakukan perhitungan nilai biomassa total Penelitian Hamidun dan Baderan (2013) setiap pohon dan nilai biomassa total dari semua menyatakan bahwa, vegetasi pohon pada pohon yang ada. Kemudian dilakukan kawasan Hutan Nantu-Boliyohuto didominasi perhitungan kandungan carbon dari biomassa

oleh jenis Nantu ( Palaqium obovatum Engl) dan dan serapan carbondioksida (ton/Ha) pohon beringin ( Ficus nervosa Heyne), masing-

masing mempunyai INP 26,15% dan 22,45%. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN Nama hutan Nantu-Boliyohuto berasal dari pohon nantu ( Palaqium obovatum EngL) yang

Dalam inventarisasi

tumbuh tersebar mendominasi dari hutan primer setidaknya ada 4 carbon pool (kantung carbon)

karbon

hutan,

dataran rendah hingga pengunungan Boliyohuto yang diperhitungkan. Kantong carbon adalah Provinsi Gorontalo. Tabel 1. menunjukkan wadah dengan kapasitas untuk menyimpan sebaran jumlah individu dan diameter pohon carbon dan melepaskannya. Keempat kantong nantu ( Palaqium obovatum EngL), dan Tabel 2

carbon tersebut adalah biomassa atas menunjukkan sebaran jumlah individu dan permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan diameter pohon beringin ( Ficus nervosa

organik mati dan carbon organik tanah. Pada Heyne). Sedangkan pada Tabel 3. menunjukkan penelitian ini, perhitungan biomassa carbon hasil pendugaan carbon jenis nantu ( Palaqium mengfokuskan pada biomassa atas permukaan obovatum EngL) dan pohon beringin ( Ficus

tanah, dengan menghitung diameter batang dari nervosa Heyne).

masing-masing spesies yang ditemukan di Pohon nantu ( Palaqium obovatum EngL) lokasi penelitian. pada sampling penelitian ini tercatat sejumlah 150 individu, dengan diameter rata-rata 35cm –

101cm, dan mempunyai INP 26,15%, yang yang lebih besar disbanding jenis nantu. merupakan nilai INP tertinggi untuk vegetasi Semakin besar volume pohon (diameter dan pohon pada kawasan Hutan Nantu-Boliyohuto. tinggi),

semakin tinggi pula Sedangkan jenis beringin ( Ficus nervosa kemampuannya dalam menyerap gas CO2 dari Heyne) tercatat sejumlah 119 individu, dengan atmosfer. Biomassa setiap bagian pohon

maka

terbesar diperoleh pada pohon yang mempunyai INP 22,45% (sumber data: berdiameter batang paling besar (> 35 cm). Hamidun dan Baderan, 2013).

diameter rata-rata 42cm – 400cm dan

Hal ini disebabkan biomassa berkaitan erat Keberadaan pohon nantu sebagai penyusun

dengan proses fotosintesis, biomassa bertambah utama vegetasi mampu menyimpan carbon

karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara sebanyak 76 ton/Ha, sedangkan pohon beringin

dan mengubahnya menjadi senyawa organik mampu menyimpan carbon sebesar 119 ton/ha.

melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis Dilihat dari jumlah individu, jenis nantu

digunakan oleh tumbuhan untuk melakukan mempunyai frekuensi kehadiran lebih tinggi

pertumbuhan ke arah horisontal dan vertical. dibandingkan dengan jenis beringin, demikian

Biomassa pada setiap bagian pohon meningkat halnya dengan nilai INP. Akan tetapi dari aspek

secara proporsional dengan semakin besarnya serapan carbon, jenis beringin memiliki diameter pohon sehingga biomassa pada setiap

kemampuan menyimpan

lebih

banyak

bagian pohon mempunyai hubungan dengan dibanding dengan jenis nantu. diameter pohon.

Besarnya kandungan karbon yang dimiliki Secara umum bagian pohon yang berkayu, oleh jenis beringin disebabkan karena jenis jenis seperti batang, cabang, ranting, dan tunggak, ini memiliki rata-rata ukuran diameter mempunyai presentasi biomassa yang lebih

Tabel 1. Sebaran jumlah individu dan diameter pohon Nantu ( Palaqium obovatum EngL)

No D No

D No D (cm)

(cm) (cm)

Tabel 2. Sebaran jumlah individu dan diameter pohon Beringin ( Ficus nervosa Heyne)

No D No D D D No

D No D No No (cm)

(cm) (cm)

Tabel 3. Hasil Pendugaan Carbon Tersimpan Atas Permukaan Jenis Nantu ( Palaqium obovatum EngL) dan Beringin (( Ficus nervosa Heyne) pada Hutan Nantu-Boliyohuto

Jumlah Diamete INP

Total C Carbon Spesies

individu

(ton) (ton/Ha)

(cm)

Nantu ( Palaqium obovatum

821,22348 76,04 EngL)

35 - 101 26,15

Beringin (( Ficus nervosa besar dibandingkan pada bagian yang tidak 119

42 - 400 22,45 1295,50977 119,96 Heyne)

depan. Kawasan Hutan Nantu-Boliohuto berkayu (daun). Dari bagian berkayu ini, 73%

menjadi pengatur keseimbangan siklus karbon biomassa berada di batang. Batang mempunyai

global.

potensi biomassa terbesar disebabkan pada bagian batang merupakan bagian berkayu dan

5. KESIMPULAN

tempat penyimpanan cadangan hasil

Nantu-Boliyohuto dan Sidiyasa, 2009).

fotosintesis untuk pertumbuhan (Adinugroho Kawasan

Hutan

mempunyai luas 63.523 Ha, didominasi oleh Kawasan Hutan Nantu-Boliyohuto seluas

jenis Pohon Nantu ( Palaqium obovatum EngL) 63.523 Ha merupakan hutan primer yang

dan Beringin ( Ficus nervosa Heyne). didominasi oleh vegetasi pohon tinggi dan

Keberadaan pohon nantu ( Palaqium obovatum berdiameter besar. Berdasarkan hal tersebut,

EngL) sebagai penyusun utama vegetasi pohon kawasan ini mampu menyerap CO2 di atmosfer

pada kawasan ini memiliki kemampuan dalam jumlah yang besar, sehingga dapat

menyimpan carbon sebanyak 76 ton/Ha, dikatakan bahwa kawasan ini memiliki peranan

sedangkan pohon beringin ( Ficus nervosa yang besar dalam mencegah terjadinya

Heyne) mampu menyimpan carbon sebesar 119 perubahan iklim yang lebih parah di masa

ton/ha.

6. REFERENSI

Adinugroho, W.C., dan K. Sidiyasa. 2009. Noor’an, R. F. 2007. Potensi biomasa karbon di Model Pendugaan Biomassa Pohon Mahoni

Hutan Lindung Sungai Wain, Kalimantan (Swietenia macrophylla King) Di Atas

Timur. Laporan Hasil Penelitian. Balai Permukaan

Tanah.

Jurnal.

Besar Penelitian Dipterokarpa. Samarinda www.academia.edu Onrizal. 2004. Model penduga biomasa dan

Anonim. 2010. Cadangan Karbon Pada karbon tegakan hutan kerangas di Taman Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di

Nasional Danau Sentarum Kalimantan Indonesia. Badan Litbang Kehutanan, Pusat

Barat. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Litbang Hasil Hutan Bogor

Pertanian Bogor. Bogor Dharmawan, I. W. S., I. Samsoedin dan C. A.

Rahayu, S., B. Lusiana dan M. V. Noordwijk. Siregar. 2010. Dinamika potensi biomasa

2006. Pendugaan cadangan karbon di atas karbon pada lanskap hutan bekas tebangan.

permukaan tanah pada berbagai sistem Jurnal Penelitian Hutan. Pusat Penelitian

penggunaan lahan di Kabupaten Nunukan, Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Kalimantan Timur. ICRAF. Bogor. Manuskrip

Samsoedin, I., N.M. Heriyanto dan C.A.Siregar. Hamidun, M.S. 2012. Zonasi Taman Nasional

2009. Biomasa Karbon pada Daerah Aliran dengan Pendekatan Ekowisata. Disertasi.

Sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Institut Pertanian Bogor. Bogor

Utara. Info Hutan Volume VI (2): 111-124. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Hamidun, M.S. dan D.W.K. Baderan. 2013.

Struktur, Komposisi, Dan Pola Distribusi Alam. Bogor.

dan Konservasi

Vegetasi Pasa Kawasan Hutan Lindung dan Siregar, C.A. 2007. Potensi Serapan Karbon di Hutan Produksi Terbatas. Laporan Akhir

Taman Nasional Gede Pangrango, Cibodas, Hibah Fundamental Universitas Negeri

Jawa Barat. Info Hutan IV (3): 233-244. Gorontalo. Gorontalo

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor

Haryadi. 2005. Kajian Potensi Cadangan karbon pada Pertanaman Teh (Camelia sinensis (L)

Srimuliani, 2014. Hutan sebagai penyedia O. Kuntze) dan Berbagai Tipe Penggunaan

Lingkungan Lahan di Kawasan Taman Nasional Gunung

Jasa

http://srimuliyani.blogspot.com/2014/0 Halimun,

1/hutan-sebagai-penyedia-jasa- Kabupaten

Kecamatan

Nanggung,

lingkungan.html , diunduh 21 September Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Muzahid, H.A. 2008. Potensi simpanan karbon di hutan alam tropika Indonesia. skripsi.

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.