PEMBUATAN REAGEN ALTERNATIF COD-REAKTOR UNTUK EFISIEN MANAJEMEN LABORATORIUM
PEMBUATAN REAGEN ALTERNATIF COD-REAKTOR UNTUK EFISIEN MANAJEMEN LABORATORIUM
Wiwin Rewini Kunusa 1) , Rina Gani 1) Yusnar Lebie 1) Roman Hippy 1) 1
1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo Email: rewinikunusa2014@Gmail.Com
Abstract
COD-reactor is a tool to indirectly measure organic compounds in water. COD-reactors in the entire laboratory reagents UNG has been run in a long time (1 year), so that the instrument is not used anymore, as a result of resea rch and lab work is hampered, especially for students of chemistry, biology, pharmacy, agriculture, and public health. Reagents were to be purchased at a cost that is quite expensive and time ordering is very long because it must memesaan of companies in Singapore or Germany. Therefore, it is necessary to find an alternative reagents and made himself the use (concordance measurements) can match the reagent production company. The results of measurements of alternative reagents that have been made and tested (optimized) several times and the results matched with the results pengkuruan using pure reagents. The measurement results using alternative reagents 14,13 ppm and 5,20 ppm (1:2) while the standard reagent. The discovery of these reagents will be able to overcome the problems faced in laboratroiumwhouseCOD-reactor.
Keywords: COD Reactor.
1. PENDAHULUAN alat COD-Reaktor tetapi terkendala pada pengadaan reagen COD.
Laboratorium Kimia UNG memiliki alat COD-Reaktor untuk analisis COD. Banyaknya sampel yang dianalisis baik dari
2. KAJIAN LITERATUR
dalam maupun pengguna luar laboratorium, maka ketersediaan stok reagen COD-Reaktor
Chemical Oxygen Demand (COD) atau semakin
Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah pelaksanaan praktikum kimia instrument yang
jumlah oksigen (mg O 2 ) yang dibutuhkan sudah
untuk mengoksidasi zat-zat organis yang dilaksanakan awal semester harus menambah
ada dalam 1L sampel air, di mana waktu lagi. Kalaupun ada, biayanya sangat pengoksidasi K 2 Cr 2 O 7 digunakan sebagai mahal dan pemesanannya harus diSingapura sumber oksigen atau Jerman. Secara operasional biayanya (oxidizing agent). Angka
masih bisa diusahakan akan tetapi menunggu COD merupakan ukuran bagi pencemaran waktu pemesanannya yang lama, tentunya
air oleh zat-zat organis yang secara alamiah menghambat efisiensi waktu penjadwalan
dapat dioksidasikan melalui proses praktikum mata kuliah lainnya terganggu.
mengakibatkan Disamping itu mahasiswa penelitian tugas akhir
mikrobiologis,dan
berkurangnya oksigen terlalrut dalam air. pun tidak dapat melanjutkan penelitiannya
Perak sulfat Ag 2 SO 4 ditambahkan sebagi sehingga
untuk mempercepat penyelesaian studi. Kemudian biaya analisis
katalisatot
reaksi.sedang merkuri sulfat ditambahkan COD untuk pengguna laboratorium dari luar
untuk menghilangkan gangguan klorida pun mahal mengingat stok reagen yang yang pada umumnya ada di dalam air terbatas. Dengan adanya reagen alternatif buangan. Penambahan asam sulfamat COD-Reaktor
pengembangan kinerja peralatan dan bahan dalam sampel dilakukan bila konsentrasi kimia dilaboratorium terutama pengoperasian
NO2 —N sangat tinggi yaitu > ± 2 mg/l. 10 kembali alat COD-Reaktor tetap berjalan.
sulfamat/mg NO2 —N Selain itu dapat membantu mahasiswa dalam
mg
asam
ditambahkan baik dalam sampel/blanko. menyelesaikan penelitian dengan tidak harus
Prinsip Analisa: Sebagian besar zat membeli lagi reagen tersebut mengingat
organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh harganya mahal dan waktu pemesanan lama.
larutan K 2 Cr 2 O 7 dalam keadaan asam yang Membantu laboratorium lainnya yang memiliki
mendidih
Keuntungan tes COD dibandingkan dengan tes BOD5. Analisa COD hanya memakan
3. METODE PENELITIAN
waktu kurang lebih 3 jam,sedangkan
analisa BOD5 memerlukan 5 hari. Untuk Pembuatan reagen asam sulfat: H 2 SO 4 pekat menganalisa COD antara 50 sampel 800
yang telah ditambah ± 10 g Ag 2 SO 4 per L mg/L,tidak
asam.pelarutan garam Ag 2 SO 4 ini membuthkan sampel sedang pada umumnya analisa
dibutuhkan
pengenceran
waktu sampai 2 hari. Selanjutnya untuk BOD selalu membutuhkan pengenceran.
menganalisa COD dalam contoh mula-mula Ketelitian dan ketepatan (reproducibility)
menimbang mercury sulfat HgSO 4 (gr) tes COD adalah 2 sampel 2 kali lebih tinggi
ditambahkan 0,5mL K 2 Cr 2 O 7 0,25N (mL) kemudian 1,5 mL Reagen asam sulfat (H 2 SO 4 dari tes BOD. Gangguan dari zat yang + Ag 2 SO 4 . Warna larutan memberikan warna
ebrsifat racun terhadap mikro-organism orange kehijauan. Kalium dikromat ini harus
pada tes BOD,tidak menjadi soal pada tes diketahui dengan pasti dan harus berlebihan COD
sehingga setelah reaksi selesai masih ada kalium dikromat sisa yang dapat ditetapkan.
Gambar 1. Peralatan COD-Reaktor
Selanjutnya campuran contoh tersebut dipanaskan lebih dari 150 O
C selama selama 2 jam. Setelah itu didinginkan pada suhu kamar dan dibaca menggunakan spektrofotometer COD-Reaktor.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
implementasi pembuatan reagen COD untuk COD-Reaktor dengan melakukan optimasi penggunaan zat kimia dan menggunakan sampel laundry, suhu pemanasan
Proses
150 0 C selama 120 menit. Dilakukan optimasi penggunaan zat-zat kimia dengan variasi
volume dan konsentrasi sehingga dapat memberikan hasil analisis yang sama dengan reagen prodak pabrik berdasarkan Tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Pengukuran reagen COD alternatif yang dibandingkan dengan reagen produksi pabrik
Catatan : Optimasi II menggunakan Ag 2 SO4 yang disintesis sendiri dengan cara penambahan Ag 2 NO 3
+ H 2 SO 4 pekat Reagen * (Reagen Buatan sendiri)
Berdasarkan Tabel di atas, dilakukan beberapa
variasi penggunaan kali optimasi yang memberikan hasil analisis
nitrirt.
Dilakukan
HgSO 4 (gr) yakni 0,04 dan 0,1 0,2 dan 0,4 gr. yang berbeda-beda yakni pada Optimasi I Warna larutan yang dihasilkan adalah berwarna hanya
orange kehijauan agak mirip dengan warna
reagen standar yang agak pekat. Hasil Ag 2 SO 4 ) sebagai katalis dan asam sulfamat.
menggunakan reagen asam sulfat (H 2 SO 4 +
pengukuran memberikan nilai pembacaan Warna larutan yang dihasilkan adalah berwarna
tertinggi pada penggunaan 0,4 gr HgSO 4 yakni orange berbeda dengan warna reagen standar.
14,13 ppm dan untuk reagen standar Hasil pengukuran memberikan nilai 3,71 ppm
pengukuran 5,20 untuk reagen alternatif dan untuk reagen
memberikan
hasil
(pengenceran 1:2} ppm. Pengembangan standar memberikan hasil pengukuran 10,13
selanjutnya inovasi ini masih m emerlukan ppm. Optimasi II menggunakan reagen asam
waktu untuk optimasi penggunaan zat-zat
kimia dengan variasi volume dan tanpa asam sulfamat untuk menghindari
sulfat (H 2 SO 4 + Ag 2 SO 4 ) sebagai katalis dan
konsentrasi sehingga dapat memberikan gangguan nitrat, nitrirt tetapi dilakukan variasi
hasil analisis yang sama dengan reagen penggunaan HgSO 4 (gr) yakni 0,02 dan 0,1 gr.
Warna larutan yang dihasilkan adalah berwarna prodak pabrik untuk analisis kadar COD
orange kehijauan agak mirip dengan warna dengan menggunakan COD-Reaktor.
reagen standar. Hasil pengukuran memberikan Ketelitian Penyimpangan baku antara nilai 5,37 ppm dan 6,17 ppm untuk reagen
laboratorium adalah 13 mg o2/ℓ alternatif dan untuk reagen standar memberikan
penyimpangan maksimum dari hasil analisa hasil pengukuran 10,11 ppm. Optimasi III
dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih
menggunakan reagen asam sulfat (H 2 SO 4 +
diperkenankan.
Ag 2 SO 4 ) sebagai katalis dan tanpa asam sulfamat untuk menghindari gangguan nitrat,
3. R.S. Ramalho, introduction to Gambar 1. Optimasi pembuatan reagen
wastewater Treatment Processes, alternatif COD- Reaktor.
Academic Press, New York, 1977. Optimasi I
Optimasi II
Optimasi II
5.KESIMPULAN
Memerlukan waktu untuk optimasi penggunaan zat-zat kimia dengan variasi volume dan konsentrasi sehingga dapat memberikan hasil analisis yang sama dengan reagen prodak
pabrik. Menggunakan suhu pemanasan 150 0 C
selama 120 menit. Hasil pengukuran memberikan nilai pembacaan tertinggi pada
penggunaan 0,4 gr HgSO 4 yakni 14,13 ppm
dan untuk reagen standar memberikan hasil pengukuran 5,20 (pengenceran 1:2} ppm
6. REFERENSI
1. Standard Methods
For
The
Examination of Water and Wastewater , APHA, AW-WA ,WPCF , 15 th ed , Washington, 1980
2. Pedoman pengamatan kualitas air, Dir. Penyelidikan
Masalah
Air,
Departemen PU, Jakarta, 1981.