c. Perkosaan
Perkosaan dalam hukum pidana adat Baduy merupakan bagian dari zina. Tetapi perbedaan utama dari perkosaan adalah dilakukan dengan
paksaan, tidak didasari suka sama suka. Terhadap tindak pidana semacam ini, maka umumnya dinikahkan jika pihak korban menghendaki,
namun jika tidak, pada umumnya pelaku dikenai sanksi dikeluarkan dari Baduy Dalam.
d. Pencurian
Sebagaimana ditulis sebelumnya, hukum pidana adat Baduy memandang korban sebagai bagian integral dari sistem penyelesaian
perkara pidana. Maka dalam tindak pidana pencurian, pelaku pencurian diwajibkan mengganti kerugian pihak korban dan
silih ngahampura. Jika pelaku meninggal sebelum ganti rugi terjadi, maka ganti rugi diserahkan
pada sabah keluarga bapakibunya. Pelaku juga akan ditanya
kesanggupan untuk tidak mengulangi perbuatan, jika tidak sanggup maka ia akan dikeluarkan dari Baduy Dalam. Dalam tindak pidana pencurian
pelaku diwajibkan membiayai upacara
ngabokoran. e. Penipuan
Proses penegakan hukum pidana adat Baduy dalam hal penipuan bermula dari adanya pengaduan dari korban. Namun hal ini tidak diartikan
penipuan sebagai delik aduan klacht delicten. Adanya pengaduan
korban lebih merupakan perwujudan dari asas ultimum remedium
manakala si pelaku tidak mau bertanggungjawab atau tidak menemukan kesepakatan dalam hal ganti rugi sehingga penyelesaian pada tahap
keluarga tidak tercapai. Dalam tindak pidana penipuan, pada prinsipnya pertanggungjawaban
pidana lebih diarahkan pada ganti rugi. Biasanya pelaku diminta membuat perjanjian untuk mengganti rugi, jika pelaku tak punya uang maka harus
menjual hartanya misalnya menjual humapadi. Jika pelaku tak punya harta, maka pertanggungjawaban dibebankan pada keluarga si pelaku.
Pertanggungjawaban pidana pada tindak pidana penipuan dalam hukum pidana adat Baduy tidak hanya berorientasi pada kepentingan
pelaku offender oriented untuk diberi kesempatan memperbaiki diri dan
membebaskan perasaan bersalahnya tetapi juga diorientasikan pada kepentingan korban
victim oriented sehingga korban merupakan bagian integral dari proses penyelesaian perkara pidana.
f. Penganiayaan