dan ditugaskan untuk melestarikan adat. Jadi sejak dahulu nenek moyang mereka tinggal dan hidup di tempat yang mereka diami sekarang bukan
sebagai pelarian Kerajaan Pajajaran sebagaimana sering dituliskan.
176
2. Perbedaan Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Baduy Dalam memiliki berbagai ciri dan aturan yang berbeda dengan Baduy Luar. Namun secara prinsipil perbedaan mereka terletak pada ketat
longgarnya aturan adat yang harus mereka jalani. Masyarakat Baduy Dalam memiliki aturan adat yang lebih ketat dibandingkan masyarakat
Baduy Luar. Namun demikian, dalam konsep hukum adat Baduy, keduanya memiliki perannya masing-masing. Menurut Jaro Dainah,
masyarakat Baduy Dalam berkewajiban dalam hal bertapa. Tapa yang dimaksud bukan diartikan sebagai bersemedi, namun tapa dalam
pengertian meneguhkanmelestarikan adat Baduy, meneguhkan agama sunda wiwitan. Sementara masyarakat Baduy Luar bertugas sebagai
panamping, untuk menjaga masyarakat Baduy Dalam yang sedang bertapa, sehingga turut juga membantu meneguhkan adat.
Karena perbedaan prinsipil tersebut maka Baduy Dalam memiliki aturan yang lebih ketat dalam menjalankan hukum adat dan melestarikan
adat Baduy, sementara Baduy Luar memiliki aturan yang lebih longgar
176
Wawancara dengan Jaro Sami Jaro Cibeo tanggal 25 April 2010. Terdapat konsistensi cerita mengenai asal-usul Baduy berasal dari Nabi Adam dalam wawancara
dengan tokoh adat Baduy lainnya.
namun memiliki konsekwensi untuk turut membantu Baduy Dalam dalam hal melestarikan adat.
Konsekwensi dari perbedaan tersebut membuat masyarakat Baduy Dalam harus teguh dalam menjalankan aturan adat misalnya tidak boleh
menggunakan kendaraan kemanapun mereka pergi, tidak boleh menggunakan pakaian modern semisal kaos
t-shirt, tidak boleh merokok, tidak boleh menggunakan sabun, sampo dan sebagainya saat mandi,
tidak memperkenankan pihak luar atau dirinya untuk mengambil gambar foto di wilayah Baduy Dalam. Sementara pada masyarakat Baduy Luar
aturan adatnya lebih longgar sehingga larangan-larangan di atas tidak diberlakukan pada Baduy Luar.
Pada prinsipnya larangan-larangan pada masyarakat Baduy dilandaskan pada filosofi dasar Baduy,
lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung panjang tak boleh dipotong, pendek tak
boleh disambung. Menurut Jaro Dainah, konsep dasar ajaran di Baduy tersebut adalah keseimbangan alam, kelestarian alam, maka dengan
demikian Baduy mempunyai kewajiban untuk melestarikan alam dan tidak menentang hukum alam. Konsep dasar ini yang kemudian
diimplementasikan dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat Badut termasuk dalam berhukum. Dengan konsep ini kehidupan keseharian
masyarakat Baduy dalam berinteraksi dengan alam sedapat mungkin tidak merusak alam. Dalam pembuatan rumah misalnya, tanah yang menjadi
landasan tidak digali ataupun diratakan, sekiranya kontur tanah tersebut
tidak rata maka yang menyesuaikan adalah panjang pendeknya batu dan kayu yang menjadi pondasi dan tiang utama. Hal serupa juga berlaku
dalam menanam padi, masyarakat Baduy tidak mengolah tanah menjadi sawah, namun mereka menanam padi humagogo sehingga tanah tidak
perlu dibajakdiolah seperti sawah pada umumnya.
3. Struktur Adat Baduy.