4. Hukum Pidana Formil Adat Baduy
Hukum Pidana Adat Baduy mengenal semacam asas ultimum remedium atau asas subsidiaritas. Hukum pidana formal adat Baduy
menerapkan asas ultimum remedium sehingga sistem peradilan pidana adat Baduy baru dipakai jika penyelesaian perkara tingkat keluarga para
pihak pelaku dan korban tidak berjalan. Tahap awal selalu diusahakan diselesaikan di pihak keluarga. Maka sebenarnya dalam perspektif yang
lebih luas, tahapan penyelesaian di tingkat keluarga merupakan bagian dari sistem peradilan pidana adat Baduy. Jika dalam tahap keluarga tidak
dapat selesai maka Jaro Tangtu dengan tokoh adat lainnya melakukan penyelidikan ke lapangan, kalau ringan cukup diselesaikan oleh Jaro
Tangtu, namun jika tidak selesai maka diserahkan pada sistem peradilan adat Baduy. Secara skematik prosedur penyelesaian tindak pidana dalam
hukum pidana adat Baduy dapat digambarkan sebagai berikut :
Skema 3: Alur penyelesaian perkara dalam Hukum Pidana Adat Baduy
Sumber: Wawancara Jaro Sami dan Ayah Mursyid
Keterangan: 1. Silih ngahampura = saling memaafkan
2. Dikaluarkeun = dikeluarkan dari Baduy Dalam ke Baduy Luar, atau dikeluarkan dari Baduy Luar ke luar Baduy bagi warga Baduy Luar
3. Ditegor = ditegur 4. Dipapatahan = dinasehati
5. Jaro Tangtu adalah jaro kepala kampung di Baduy Dalam. 6. Jaro 7Jaro Dangka adalah bagian dari struktur adat yang ditugasi
dalam menegakan hukum pidana adat Baduy yang berjumlah 7 orang dan berada di Baduy Luar.
7. Puun adalah tokoh adat tertinggi yang ada di masing-masing Baduy Dalam yang disakralkan dalam hal spiritual.
8. Ngabokoran upacara pembersihan batiniah atas tindak pidana yang
tidak terlalu berat yang dilakukan di Cihulu, SarokokodPanyaweyan, Cibengkung tergantung asal daerah
• Jaro Tangtu • Jaro 7Jaro
Dangka Penyelesaian
antara keluarga korban dan pelaku
• Silih ngahampura • Ganti rugi
Tindak Pidana
Selesai
Jaro Tangtu
Tidak Selesai
Proses pembuktian
Diasingkan’dirutankan’ 40 hari: 1. Warga Cibeo ke Cihulu
2. Warga Cikartawana
ke SarokokodPanyaweyan
3. Warga Cikeusik ke Cibengkung Tidak
Bersalah
Bersalah
• Puun • Jaro Tangtu
• Jaro 7Jaro
Dangka • Silih
ngahampura • Ganti rugi
• Ditegor • Dipapatahan
• Dikaluarkeun • Ngabokoran
• Serah pati Dalam kondisi tertentu dilakukan sumpah adat
pelaku. Perlengkapan bokor disediakan pihak pelaku yang meliputi
: serehsirih, gambir, apu, menyan, boehkain kafan, keris. Sereh
kemudian didahardimakan oleh perangkat adat: puun, girang
serat, baresan salapan, jaro tangtu. Yang menobatkan si pelaku adalah jaro tangtu dan puun, puun kemudian meneruskan
penobatan pada leluhur. 9.
Serah pati upacara pembersihan batiniah yang serupa dengan bokor tetapi dilakukan atas tindak pidana berat mengakibatkan
kematian.
Skema di atas dibedakan pula berdasarkan berat dan ringannya perbuatan. Terhadap perbuatan yang berat semisal pembunuhan maka
penyelesaian di tingkat keluarga dapat dilangkahi langsung menuju penyelesaian oleh
Jaro Tangtu dan Jaro 7Jaro Dangka. ‘Dirutankan’ dalam skema tersebut mengandung pengertian yang
berbeda dengan rumah tahanan sebagaimana dikenal dalam hukum acara pidana. meskipun demikian keduanya memiliki kesamaan yakni
menunggu persidangan hingga penghukuman yang harus diterima pelaku. ‘Rutan’ adalah istilah Baduy yang mucul belakangan sebagai tempat
dimana si pelaku harus dikeluarkan selama empat puluh hari sambil menunggu persidangan. Istilah rutan tersebut jelas diintrodusir dari rutan
rumah tahanan dalam terminologi hukum acara pidana. Dalam masa menunggu sidang tersebut si pelaku oleh Jaro DangkaJaro 7 ditempatkan
di kampung yang disesuaikan dengan jalur ‘rumah tahanannya’ sebagaimana tertera dalam skema.
Menurut Jaro Sami, dalam masa penahanan selama 40 hari tersebut, si pelaku yang berada dalam masa pengawasan Jaro Dangka
ditempatkan dalam sebuah rumah yang ditentukan oleh Jaro Dangka. Pelaku kemudian melakukan semacam kerja sosial mencari kayu bakar,
atau mengambil air tanpa diupah. Jika kemudian si pelaku lari maka Jaro DangkaJaro 7 yang bertanggungjawab mencari. Masa karantina selama
40 hari tersebut mengandung pembinaan mental si pelaku.
5. Hukum Pidana Materil Adat Baduy