Rekomendasi Seminar Hukum Nasional dalam Konteks

memajukan kesejahteraan umum berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. 168 Bertitik tolak dari pandangan tersebut, maka pembaharuan hukum penal reform seyogyanya harus mengacu pada tujuan negara tersebut, melindungi segenap bangsa Indonesia social defence dan bertujuan memajukan kesejahteraan umum social welfare.

2. Rekomendasi Seminar Hukum Nasional dalam Konteks

Pembaharuan Hukum Pidana Untuk dapat mewujudkan pembaharuan hukum yang bertujuan pada perlindungan masyarakat Indonesia dan sekaligus menyejahterakan masyarakat, maka kajian mengenai hukum yang meliputi segenap bangsa Indonesia menjadi relevan dan signifikan untuk dilakukan. Hal tersebut juga telah menjadi rekomendasi global konferensi PBB dan para ahli hukum sebagaimana diuraikan dalam bab I dan uraian awal dalam bab ini. Selain itu, hal yang sama tercantum juga dalam beberapa hasil seminar hukum nasional berikut ini: 169 168 Barda Nawawi Arief. Kebijakan Legislastif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara. Semarang. Badan Penerbit Undip. 2000. Hlm 6-7. 169 Barda Nawawi Arief. Kumpulan Hasil Seminar Hukum Nasional ke sd VIII dan Konvensi Hukum Nasional. Semarang. Pustaka Magister. 2008. Hlm 33, 80-84. Lihat juga dalam Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru. Jakarta. Kencana Prenada Media. 2008. Hlm.76 • Seminar Hukum Nasional IV 1979. Dalam laporan sub B mengenai sistem hukum nasional ditegaskan bahwa: a. Sistem hukum nasional harus sesuai dengan kebutuhan dan kesadaran hukum rakyat Indonesia. e. Dalam rangka menciptakan ketertiban dan kepastian hukum untuk memperlancar pembangunan nasional, hukum nasional sejauh mungkin diusahakan dalam bentuk tertulis. Disamping itu hukum yang tidak tertulis tetap merupakan bagian dari hukum nasional. g. Untuk membulatkan sistem hukum nasional yang dicita-citakan diperlukan persiapan dan pembahasan yang lebih mendalam. • Seminar Hukum Nasional VI 1994 Dalam laporan poin A mengenai falsafah dan budaya hukum, pada sub 2 ditegaskan: f. Perlu untuk dikembangkan gagasan mengenai kualitas pemberian keadilan the dispension of justice yang lebih cocok dengan sistem hukum pancasila. l. Mengingat konsep tentang rechtsstaat lebih banyak dijiwai oleh pemikiran yang tumbuh dan berkembang di luar Indonesia maka dalam pelaksanaan diIndonesia perlu untuk mendapatkan dukungan dan budaya hukum Indonesia sehingga konsep tersebut benar-benar sesuai dengan watak dan corak Indonesia. Kemudian dalam poin B mengenai materi hukum, pada sub1 ditegaskan: b. Hukum tertulis dan hukum tertulis hendaknya bersifat “komplementer.” Sub 3 kemudian menjelaskan: b. Hukum kebiasaan merupakan sumber hukum yang penting dalam kehidupan nasional yang dimaksud hukum kebiasaan dalam hal ini meliputi hukum adat dan hukum kebiasaan gewoonte recht, customary law. pen d. Dalam era psjp II, masyarakat hukum di Indonesia harus diarahkan untuk menghormati hukum kebiasaan sebagai sumber hukum, disamping peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi tetap. e. Usaha-usaha untuk memantapkan hukum kebiasaan sebagai sumber hukum, hendaknya memperhatikan hal-hal tersebut di bawah ini: 1.... 2.... 3Dilakukan penelitian hukum adat yang diarahkan untuk menemukan asas dan norma hukum yang dapat ditransformasikan ke dalam hukum nasional garis bawah dari peneliti Berbagai hasil rekomendasi seminar hukum nasional tersebut pada dasarnya mengandung makna sebagai berikut: 1. Konsep negara hukum dan keadilan harus disesuaikan dengan sistem hukum pancasila yang berarti harus sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. 2. Pengakuan terhadap hukum kebiasaan termasuk hukum adat sebagai sumber hukum legalitas materil yang penting. 3. Hubungan hukum tertulis dan hukum tidak tertulis adalah saling melengkapi bukan sebagai pelengkap. 4. Diperlukannya penelitian hukum adat guna menemukan asas dan norma hukum yang dapat ditransformasikan ke dalam hukum nasional.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Hukum Pidana Substantif Adat Baduy 1. Asal Usul Baduy

Secara geografis lokasi masyarakat Baduy terletak pada 6°2727- 6°30 Lintang Utara LU dan 108°39-106°455 Bujur Timur BT. Masyarakat Baduy berada pada wilayah bagian barat Pulau Jawa, pada daerah yang merupakan bagian dari pegunungan Kendeng 900 mdpl. 170 Secara administratif masyarakat Baduy tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Penamaan Baduy berasal dari orang luar yang mengunjungi masyarakat kanekes yang ditengarai berasal dari kata badui yang diasosiasikan pada suku pedalaman di Arab. Penamaan Baduy untuk menunjuk kepada urang orang Kanekes tersebut kemudian tidak mengalami penentangan dan keberatan dari urang Kanekes. Masyarakat Baduy sendiri lebih terbiasa menyebut dirinya sesuai dengan nama kampungnya, misalnya urang Kanekes, urang Cibeo, urang Cikeusik dan sebagainya. Menurut Jaro Dainah, Kepala Desa Kanekes, Desa Kanekes terdiri dari 59 kampung yang terdiri dari tiga kampung Baduy Dalam, 55 170 R. Cecep Eka Permana. Tata Ruang Masyarakat Baduy. Jakarta. Wedatama Widya Sastra. 2006. Hlm. 17.