Pengertian yang diberikan Hurgronje tersebut telah berjasa dalam meletakan dasar pembeda istilah adat dan hukum adat. Dasar pengertian
tersebut bahkan diterima luas dan diteruskan penggunaannya oleh para ahli hukum lainnya seperti Van Vollenhoven, Ter Haar, Soepomo hingga
Soekanto.
93
Persetujuan pembedaan adat dan hukum adat tersebut terlihat dari pernyataan Soekanto dalam bukunya Meninjau Hukum Adat
Indonesia, sebagai berikut:
94
Kompleks adat-adat inilah yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi dari itu
hukum, jadi mempunyai akibat hukum, kompleks ini disebut hukum adat.
Jika dikaji lebih lanjut, pada dasarnya pernyataan Soekanto tersebut memberikan demarkasi, batas tegas antara adat dan hukum adat, yang
sekaligus membedakannya dengan hukum positif. Penegasan bersifat paksaan, mempunyai sanksi dan akibat hukum adalah pembeda antara
adat dan hukum adat yang dikemukakan Soekanto dalam uraian tersebut.
c. Hukum Kebiasaan Customary Law
Sebagaimana sebelumnya dijelaskan bahwa adat mengandung makna sebagai perbuatan yang dilakukan berulang-ulang, maka adat
kemudian sering diidentikan dengan kebiasaan. Pengidentikan tersebut terus terbawa manakala Adat telah ditambahi kata Hukum di depannya,
sehingga banyak pihak mengidentikan hukum adat adatrecht sebagai
93
Dominikus Rato. Pengantar Hukum Adat. Yogyakarta. LaksBang Pressindo. 2009. Hlm
6. Lihat juga dalam Soepomo. Bab-bab Tentang Hukum Adat. Jakarta Pradnya Paramita.
1982.
94
Soekanto. Meninjau Hukum Adat Indonesia, Suatu Pengantar untuk Mempelajari
Hukum Adat. Jakarta. Rajawali. 1985. Hlm. 2.
hukum kebiasaan customary law. Sehingga secara umum hukum adat
sering dikatakan sebagai hukum nonstatutair yang sebagian besar adalah
hukum kebiasaan dan sebagian kecil adalah hukum Islam.
95
Penyamaan hukum adat dan hukum kebiasaan ini tidak dapat diterima semua pihak. Salah satu tokoh yang berkeberatan berkaitan hal ini adalah
Van Dijk:
“Tidaklah tepat menerjemahkan adatrecht menjadi hukum
kebiasaan untuk menggantikan hukum adat, oleh karena yang dimaksud dengan hukum kebiasaan adalah “kompleks peraturan-
peraturan hukum yang timbul karena kebiasaan”, artinya karena telah demikian lamanya orang biasa bertingkahlaku menurut suatu
cara tertentu sehingga timbulah suatu peraturan kelakuan yang diterima dan juga yang diinginkan masyarakat, sedang apabila
orang mencari sumber yang nyata dari mana peraturan itu berasal, hampir senantiasa akan ditemukan suatu alat perlengkapan
masyarakat tertentu dalam lingkungan besar atau kecil sebagai pangkalnya.”
I Gede AB Wiranata kemudian melihat bahwa keberatan Van Dijk terletak pada sumber hukum yang berbeda antara hukum kebiasaan dan hukum
adat. Hukum adat lebih bersumber pada adanya alat kekuasaan dalam bentuk suatu perlengkapan masyarakat sebagai pangkalnya, sedangkan
hukum kebiasaan itu tidak.
96
Hukum adat adalah hukum yang khas Indonesia atau Melayu Polinesia, sementara hukum kebiasaan berada di mana-mana di seluruh
95
I Gede AB Wiranata. Hukum Adat Indonesia, Perkembangannya dari Masa ke Masa.
Bandung. Citra Aditya Bakti. 2005. Hlm. 17.
96
I Gede AB Wiranata. Hukum Adat Indonesia, Perkembangnya dari Masa ke Masa.
Bandung. Citra Aditya Bakti. 2005. Hlm.9-10.
dunia. Hukum kebiasaan di Belanda dikenal sebagai gewoonterecht yaitu
kebiasaan yang mempunyai daya paksa atau yang bersifat hukum dan yang berhadapan dengan hukum undang-undang
wettenrecht.
97
Berkaitan dengan hal ini Bronislaw Malinowski, menyatakan bahwa
perbedaan antara kebiasaan dengan hukum didasarkan pada dua kriteria, yakni sumber sanksinya dan pelaksanaannya. Pada kebiasaan, sumber
sanksi dan pelaksanaannya adalah para warga masyarakat secara individuil atau kelompok. Pada hukum, maka sumber sanksi dan
pelaksanaannya adalah suatu kekuasaan terpusat atau badan-badan tertentu di dalam masyarakat.
98
Black’s Law Dictionary, lebih lanjut mengartikan customary law hukum
kebiasaan sebagai berikut:
99
• Law consisting of customs that are accepted as legal requirement or obligatory rules of conduct;
• Practise and beliefs that are so vital and intrinsic a part of a social and economic system that they are treated as if they were laws.
Mencermati uraian di atas, pada dasarnya customary law adalah hukum
yang bersumber dari kebiasaan yang kemudian diterima sebagai kebutuhan hukum atau kewajiban dalam bertingkah laku. Jadi senada
97
Dominikus Rato. Pengantar Hukum Adat. Yogyakarta. LaksBang Pressindo. 2009. Hlm
5.
98
Soekanto dan Soerjono Soekanto. Pokok-pokok Hukum Adat.Bandung. Alumni.
1978.Hlm 17
99
Bryan A Garner. Black’s Law Dictionary. ST.Paul Minn. 1999 seventh edition. P.391.
dengan Van Dijk, customary law memiliki penekanan yang lebih pada
kebiasaan yang berulang sehingga menjadi sebuah hukum, sementara pada hukum adat meskipun terdapat unsur kebiasaan namun berpangkal
pada suatu pranata masyarakat yang memiliki otoritas untuk menetapkannya sebagai sebuah hukum.
Meskipun kemudian hukum adat sering diterjemahkan menjadi customary law dan banyak penulis secara sederhana menyamakannya
namun perbedaan mendasar antara keduanya perlu diketahui. Sebagaimana
Roelof H Haveman yang menggunakan istilah customary
law untuk menerjemahkan hukum adat, namun lebih lanjut Haveman menjelaskan perbedaan keduanya. Dalam bukunya Ia menuliskan:
Adat law is customary law. More specifically: adat law is a type of customary
law.
100
Jadi meskipun Haveman menyatakan hukum adat adalah hukum kebiasaan
customary law, namun lebih lanjut Haveman menegaskan bahwa hukum adat adalah salah satu jenis hukum kebiasaan
customary law. Dalam penjelasan catatan kaki, lebih lanjut Haveman menjelaskan
bahwa kata adat berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan, meskipun demikian harus dipahami bahwa hukum adat hanyalah
sebagian kecil dari hukum kebiasaan, sebab menurutnya dalam hukum
100
Roelof H Haveman. The Legality of Adat Criminal Law in Modern Indonesia. Jakarta.
Tatanusa. 2002. Hlm.5.
adat terdapat juga elemen-elemen yang tidak didasarkan pada kebiasaan misalnya seperti peraturan desa
desa regulations.
101
Penjelasan Haveman tersebut selaras dengan pendapat Van Vollenhoven. Menurut Van Vollenhoven, hukum adat adalah hal lain dari
pada hukum kebiasaan gewoontenrecht karena termasuk sebagai
sumber-sumbernya adalah: peraturan-peraturan desa, peraturan- peraturan dari raja-raja bumi putra, dan peraturan-peraturan fiqh.
102
3. Hukum Pidana Adat