PPh Pasal 15
B. PPh Pasal 15
PPh Pasal 15 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan dan/atau penyetoran sendiri PPh atas penghasilan Wajib Pajak yang antara lain bergerak dalam usaha jasa pelayaran dan usaha jasa penerbangan.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
1. Jasa Pelayaran Dalam Negeri
2. Jasa Penerbangan Dalam Negeri
a. Objek PPh adalah penghasilan yang diterima Wajib Pajak
a. Objek PPh adalah penghasilan yang diterima berdasarkan perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan
perjanjian carter dari pengangkutan orang dan/atau orang dan/atau barang, termasuk penyewaan kapal, dari
barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau
lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan
pelabuhan di luar negeri.
b. Besarnya PPh yang dipotong adalah sebesar 1,8% dari lainnya di luar Indonesia.
sebaliknya serta pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan
peredaran bruto atas perjanjian carter dan tidak bersifat
b. Besarnya PPh yang dipotong adalah sebesar 1,2% dari
final.
peredaran bruto dan bersifat final.
PPh Pasal 15 atas Penghasilan
1,8% dari peredaran bruto
PPh Pasal 15 atas Penghasilan
bagi Wajib Pajak Perusahaan
dan tidak bersifat final Wajib Pajak Perusahaan
1,2% dari peredaran bruto dan
Penerbangan Dalam Negeri
bersifat final
Pelayaran Dalam Negeri
c. Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri
c. Yang dimaksud dengan peredaran bruto adalah semua adalah perusahaan penerbangan yang bertempat imbalan dari pengangkutan (orang dan/atau barang),
kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan termasuk penyewaan kapal, yang dimuat dari satu
berdasarkan perjanjian carter/sewa.
pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari
d. Peredaran bruto bagi Wajib Pajak perusahaan pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri
penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan atau dan/atau sebaliknya serta pelabuhan di luar Indonesia ke
nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
atau diperoleh Wajib Pajak berdasarkan perjanjian carter
d. Peraturan terkait: dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat ❶ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/
dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia 1996;
dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di ❷ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
luar negeri.
29/PJ.4/1996.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
2. Jasa Penerbangan Dalam Negeri
a. Objek PPh adalah penghasilan yang diterima berdasarkan perjanjian carter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
b. Besarnya PPh yang dipotong adalah sebesar 1,8% dari peredaran bruto atas perjanjian carter dan tidak bersifat
final.
PPh Pasal 15 atas Penghasilan
1,8% dari peredaran bruto
bagi Wajib Pajak Perusahaan dan tidak bersifat final
Penerbangan Dalam Negeri
c. Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian carter/sewa.
d. Peredaran bruto bagi Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak berdasarkan perjanjian carter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
e. Peraturan terkait: pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri tersebut dari ❶ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475/KMK.04/
pengangkutan orang dan/atau barang dari pelabuhan di 1996;
luar negeri ke pelabuhan di Indonesia.
❷ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
d. Peraturan terkait:
35/PJ.4/1996. ❶ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/
3. Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri ❷ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
a. Objek PPh adalah penghasilan dari pengangkutan orang
32/PJ.4/1996.
dan/atau barang yang diterima oleh Wajib Pajak
perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri
4. Tabel Pengenaan PPh Pasal 15
yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT)
PPh yang
Sifat
di Indonesia. Usaha Jasa
terutang
Pengenaan
b. Besarnya PPh yang terutang adalah sebesar 2,64% dari
❶ Pelayaran DN
1,2 % x Bruto
Final
peredaran bruto dan bersifat final.
Tidak Final PPh Pasal 15 atas Penghasilan
❷ Penerbangan DN (khusus carter)
1,8 % x Bruto
❸ BUT Pelayaran LN
Wajib Pajak Perusahaan
2,64% dari peredaran bruto dan 2,64 % x Bruto
Final
❹ BUT Penerbangan LN
Pelayaran dan/atau
bersifat final
Penerbangan Luar Negeri
c. Peredaran bruto Wajib Pajak perusahaan pelayaran
C. PPh Pasal 21
dan/atau penerbangan luar negeri adalah semua nilai PPh Pasal 21 merupakan cara pelunasan PPh dalam tahun pengganti atau imbalan berupa uang atau nilai uang dari
berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari
diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
Pemotongan PPh Pasal 21 antara lain dilakukan oleh pemberi Dengan demikian tidak termasuk penggantian atau
kerja, bendahara pemerintah, dana pensiun yang membayarkan imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan
uang pensiun, dan penyelenggara kegiatan.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri tersebut dari pengangkutan orang dan/atau barang dari pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan di Indonesia.
d. Peraturan terkait:
❶ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/
1996; ❷ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
32/PJ.4/1996.
4. Tabel Pengenaan PPh Pasal 15
Sifat Usaha Jasa
PPh yang
Pengenaan ❶ Pelayaran DN
terutang
Final ❷ Penerbangan DN (khusus carter)
1,2 % x Bruto
Tidak Final ❸ BUT Pelayaran LN
1,8 % x Bruto
Final ❹ BUT Penerbangan LN
2,64 % x Bruto