SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
Assalamu alaikum Wr. Wb,
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya Direktorat Jenderal Pajak masih diberikan kekuatan untuk dapat melaksanakan tugas menghimpun penerimaan negara dengan penuh rasa tanggung jawab.
Seperti kita ketahui bersama bahwa Direktorat Jenderal Pajak diberikan amanat oleh negara untuk mengumpulkan penerimaan negara dari sektor pajak. Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu meningkat, pada tahun 2012 target yang diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak mencapai Rp853 triliun.
Dalam upaya mencapai target penerimaan negara dari sektor pajak, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan segenap upaya agar penerimaan tersebut dapat tercapai. Selain upaya yang telah kami lakukan antara lain dengan Program Sensus Pajak Nasional yang saat ini tengah berjalan, upaya lain yang terus kami lakukan adalah dengan melakukan edukasi kepada Wajib Pajak tentang tata cara pemenuhan hak dan kewajiban di bidang perpajakan. Salah satu media edukasi yang digunakan Direktorat Jenderal Pajak antara lain dengan penerbitan buku Oasis Pemotongan/Pemungutan PPh yang merupakan rangkuman permasalahan berkenaan dengan pemotongan/pemungutan PPh.
Kami menyambut baik penerbitan buku Oasis Pemotongan/Pemungutan PPh ini dengan harapan dapat memberikan informasi yang benar dan komprehensif bagi Pemotong/Pemungut PPh khususnya mengenai tata cara pemenuhan kewajiban pajak sehingga diharapkan akan berdampak pada meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak dan juga penerimaan pajak.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang besar dan tak lupa juga kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Wajib Pajak khususnya Pemotong/Pemungut PPh yang telah ikut berkontribusi bagi pembangunan bangsa ini melalui pembayaran pajak.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Jakarta, November 2011 Direktur Jenderal Pajak
A. Fuad Rahmany NIP 195411111981121001
Original document copy without notice from www.pajak.go.id then resize for fast web view and re-upload by http://isnan-wijarno.com
ii
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
Assalamu alaikum Wr. Wb,
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya Direktorat Jenderal Pajak masih diberikan kekuatan untuk dapat melaksanakan tugas menghimpun penerimaan negara dengan penuh rasa tanggung jawab.
Seperti kita ketahui bersama bahwa Direktorat Jenderal Pajak diberikan amanat oleh negara untuk mengumpulkan penerimaan negara dari sektor pajak. Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu meningkat, pada tahun 2012 target yang diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak mencapai Rp853 triliun.
Dalam upaya mencapai target penerimaan negara dari sektor pajak, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan segenap upaya agar penerimaan tersebut dapat tercapai. Selain upaya yang telah kami lakukan antara lain dengan Program Sensus Pajak Nasional yang saat ini tengah berjalan, upaya lain yang terus kami lakukan adalah dengan melakukan edukasi kepada Wajib Pajak tentang tata cara pemenuhan hak dan kewajiban di bidang perpajakan. Salah satu media edukasi yang digunakan Direktorat Jenderal Pajak antara lain dengan penerbitan buku Oasis Pemotongan/Pemungutan PPh yang merupakan rangkuman permasalahan berkenaan dengan pemotongan/pemungutan PPh.
Kami menyambut baik penerbitan buku Oasis Pemotongan/Pemungutan PPh ini dengan harapan dapat memberikan informasi yang benar dan komprehensif bagi Pemotong/Pemungut PPh khususnya mengenai tata cara pemenuhan kewajiban pajak sehingga diharapkan akan berdampak pada meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak dan juga penerimaan pajak.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang besar dan tak lupa juga kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Wajib Pajak khususnya Pemotong/Pemungut PPh yang telah ikut berkontribusi bagi pembangunan bangsa ini melalui pembayaran pajak.
Wassalamu alaikum Wr. Wb. Jakarta, November 2011 Direktur Jenderal Pajak
Original document copy without notice from www.pajak.go.id then resize for fast web view and re-upload by http://isnan-wijarno.com A. Fuad Rahmany NIP 195411111981121001
ii
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
KATA PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II
Sebagaimana kita maklumi bahwa ketentuan peraturan perpajakan selalu dinamis dan berkembang menyesuaikan dengan perubahan Undang-Undang. Perubahan ketentuan tersebut membuat sebagian Wajib Pajak, khususnya Pemotong/Pemungut PPh boleh jadi mengalami kendala dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini tentu akan berdampak pada penerimaan pajak yang didalamnya antara lain terdiri dari penerimaan pemotongan/pemungutan PPh yang jumlahnya berkisar 30% dari seluruh total penerimaan pajak.
Pemotongan/pemungutan PPh merupakan cara pelunasan PPh melalui pihak lain
PPh. Objek pemotongan/pemungutan PPh terdiri atas berbagai macam jenis penghasilan, antara lain penghasilan dari pengalihan tanah dan/atau bangunan, sewa, jasa, konstruksi, dividen, dan bunga. Bagi Wajib Pajak yang dipotong/dipungut, PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain tersebut, dalam hal PPh tersebut tidak bersifat final, merupakan pembayaran di muka yang dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang dalam tahun berjalan. Jika PPh tersebut bersifat final maka penghasilannya tidak digunggungkan dengan penghasilan lain dalam menghitung PPh terutang dalam tahun berjalan dan PPh yang telah dipotong/dipungut tersebut tidak dapat dikreditkan.
yang bertindak
sebagai
pemotong/pemungut
Dalam pelaksanaannya memang tidak dapat dipungkiri telah terjadi berbagai permasalahan yang sifatnya kompleks terutama mengenai perbedaan penafsiran antara Wajib Pajak dan Fiskus, misalnya mengenai cakupan objek PPh, besaran tarif, maupun tata cara pemotongan/pemungutannya. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya peraturan yang mengatur tentang pemotongan/pemungutan PPh sehingga Wajib Pajak baik pihak yang dipotong/dipungut maupun Pemotong/Pemungut PPh mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Permasalahan yang sering muncul di lapangan misalnya apakah pengenaan pemotongan/pemungutan PPh menggunakan pendekatan substansi ataukah formal. Perbedaan cara pandang ini tentu saja akan berdampak pada hal lain misalnya besaran tarif, sifat, maupun mekanisme pengenaannya.
iii
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
KATA PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II
Sebagaimana kita maklumi bahwa ketentuan peraturan perpajakan selalu dinamis dan berkembang menyesuaikan dengan perubahan Undang-Undang. Perubahan ketentuan tersebut membuat sebagian Wajib Pajak, khususnya Pemotong/Pemungut PPh boleh jadi mengalami kendala dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini tentu akan berdampak pada penerimaan pajak yang didalamnya antara lain terdiri dari penerimaan pemotongan/pemungutan PPh yang jumlahnya berkisar 30% dari seluruh total penerimaan pajak.
Pemotongan/pemungutan PPh merupakan cara pelunasan PPh melalui pihak lain
PPh. Objek pemotongan/pemungutan PPh terdiri atas berbagai macam jenis penghasilan, antara lain penghasilan dari pengalihan tanah dan/atau bangunan, sewa, jasa, konstruksi, dividen, dan bunga. Bagi Wajib Pajak yang dipotong/dipungut, PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain tersebut, dalam hal PPh tersebut tidak bersifat final, merupakan pembayaran di muka yang dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang dalam tahun berjalan. Jika PPh tersebut bersifat final maka penghasilannya tidak digunggungkan dengan penghasilan lain dalam menghitung PPh terutang dalam tahun berjalan dan PPh yang telah dipotong/dipungut tersebut tidak dapat dikreditkan.
yang bertindak
sebagai
pemotong/pemungut
Dalam pelaksanaannya memang tidak dapat dipungkiri telah terjadi berbagai permasalahan yang sifatnya kompleks terutama mengenai perbedaan penafsiran antara Wajib Pajak dan Fiskus, misalnya mengenai cakupan objek PPh, besaran tarif, maupun tata cara pemotongan/pemungutannya. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya peraturan yang mengatur tentang pemotongan/pemungutan PPh sehingga Wajib Pajak baik pihak yang dipotong/dipungut maupun Pemotong/Pemungut PPh mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Permasalahan yang sering muncul di lapangan misalnya apakah pengenaan pemotongan/pemungutan PPh menggunakan pendekatan substansi ataukah formal. Perbedaan cara pandang ini tentu saja akan berdampak pada hal lain misalnya besaran tarif, sifat, maupun mekanisme pengenaannya.
iii
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
Sebagai pihak yang diberikan tanggung jawab untuk melakukan
DAFTAR ISI
pemotongan/pemungutan, penyetoran, sampai dengan pelaporan PPh, Pemotong/Pemungut PPh perlu diberikan edukasi agar dapat melakukan kewajiban pajaknya dengan baik yakni tepat objek, tepat jumlah, dan tepat waktu. Tepat objek
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK ii
artinya setiap objek pemotongan/pemungutan PPh dikenai pemotongan/
KATA PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II iii
pemungutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tepat jumlah artinya PPh yang dipotong/dipungut sesuai dengan tarif yang berlaku. Sedangkan tepat waktu artinya
DAFTAR ISI
PPh yang dipotong/dipungut disetorkan ke kas negara dan dilaporkan ke KPP/KP2KP
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
BAB I
Berdasarkan hal-hal tersebut, kami memandang perlu untuk membuat suatu
PENJELASAN UMUM
rangkuman permasalahan secara tertulis yang bertujuan untuk memberikan
A. PPh Pasal 4 ayat (2)
kemudahan bagi Pemotong/Pemungut PPh dalam memahami tata cara kewajiban
1. Bunga Deposito dan Tabungan Lainnya
pemotongan/pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPh yang terutang. Selain
2. Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara
itu diharapkan permasalahan yang diangkat juga dapat memberikan gambaran tentang pemotongan/pemungutan PPh dan meminimalisasi perbedaan penafsiran.
3. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada
Anggota Koperasi Orang Pribadi
Rangkuman permasalahan tersebut disusun dalam bentuk buku yang kami
beri judul Oasis Pemotongan/Pemungutan PPh yang memuat antara lain mengenai
4. Hadiah Undian
penjelasan umum tentang Pajak Penghasilan, serta tanya jawab PPh Pasal 4 ayat (2),
5. Transaksi Saham
PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 26.
6. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Harapan kami dengan diterbitkannya buku ini Pemotong/Pemungut PPh
7. Jasa Konstruksi
dapat melaksanakan seluruh kewajiban perpajakannya dengan benar sehingga
8. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
dengan demikian Pemotong/Pemungut PPh akan turut membantu Direktorat
9. Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang
Jenderal Pajak dalam mengamankan penerimaan negara. Selain berguna bagi Wajib
Pribadi Dalam Negeri
Pajak, buku ini juga diharapkan dapat membantu Fiskus dalam memberikan
pelayanan kepada Wajib Pajak, termasuk konseling dan pelaksanaan pemeriksaan
B. PPh Pasal 15
untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak.
1. Jasa Pelayaran Dalam Negeri
Penghargaan saya sampaikan kepada segenap pegawai Direktorat Peraturan
2. Jasa Penerbangan Dalam Negeri
Perpajakan II yang terlibat dalam penyusunan buku ini, semoga panduan yang
3. Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
disajikan dalam buku ini dapat memberikan manfaat.
4. Tabel Pengenaan PPh Pasal 15
Jakarta, November 2011 C. PPh Pasal 21
Direktur Peraturan Perpajakan II,
1. PPh Pasal 21 Bagi Pegawai
2. PPh Pasal 21 Bagi Penerima Uang Pensiun yang Dibayarkan
A. Sjarifuddin Alsah
NIP 060044664
iv
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK ii KATA PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II iii DAFTAR ISI
BAB I PENJELASAN UMUM
A. PPh Pasal 4 ayat (2)
1. Bunga Deposito dan Tabungan Lainnya
2. Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara
3. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada
Anggota Koperasi Orang Pribadi 4. Hadiah Undian
5. Transaksi Saham
6. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
7. Jasa Konstruksi
8. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
9. Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri B. PPh Pasal 15
1. Jasa Pelayaran Dalam Negeri
2. Jasa Penerbangan Dalam Negeri
3. Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
4. Tabel Pengenaan PPh Pasal 15
C. PPh Pasal 21
1. PPh Pasal 21 Bagi Pegawai
2. PPh Pasal 21 Bagi Penerima Uang Pensiun yang Dibayarkan
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
Berkala T8. Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang 62
3. PPh Pasal 21 Bagi Peserta Kegiatan
27 Ditunjuk sebagai Pemotong PPh
4. PPh Pasal 21 Bagi Bukan Pegawai
27 T9. Service Charge yang Dibayarkan kepada Pemilik Gedung 63
5. PPh Pasal 21 Bagi Penerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Melalui Pengelola Gedung yang Bukan Merupakan Pemilik Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang
66 Dibayarkan Sekaligus
30 T10. Sewa Rumah Kos
68 D. PPh Pasal 22
C. Bunga Simpanan Koperasi dan Dividen
68 E. PPh Pasal 23
34 T11. Bunga Simpanan Koperasi
37 T12. Dividen yang Dibagikan oleh Perusahaan yang Belum Go 72
F. PPh Pasal 26
43 Public kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
G. Kewajiban Penyetoran dan Pelaporan
45 T13. Dividen yang Dibagikan oleh Perusahaan yang Go Public 73
kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
BAB II D. Bunga Deposito, Tabungan, dan Sertifikat Bank Indonesia 75 PPh PASAL 4 AYAT (2)
75 A. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
49 T14. Bunga Tabungan
49 T15. Penghasilan yang Diterima oleh Bukan Subjek Pajak 76 T1. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang
T16. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
79 T2. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada
Dilakukan Antara Dua Wajib Pajak Orang Pribadi
E. Hadiah Undian
T17. Hadiah Undian Berupa Uang Tunai
80 T3. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada
Pemerintah guna Pelaksanaan Pembangunan
T18. Hadiah Undian Berupa Rumah
82 Pemerintah guna Pelaksanaan Pembangunan untuk
F. Bunga Obligasi
82 Kepentingan Umum yang Memerlukan Persyaratan Khusus
52 T19. Bunga Obligasi yang Diperoleh Wajib Pajak Badan
T20. Bunga Obligasi yang Diperoleh Perusahaan Reksadana 84 T4. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Karena
G. Usaha Jasa Konstruksi
86 T5. Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB)
Warisan
T21. Jasa Konstruksi yang Dilakukan oleh Badan Usaha
56 T22. Penyetoran Kekurangan Pembayaran PPh yang Bersifat Final 89
B. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
59 atas Usaha Jasa Konstruksi
T6. Penentuan Jumlah Bruto Nilai Persewaan Tanah dan/atau 59 T23. Usaha Jasa Konstruksi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi 92 Bangunan
94 T7. Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang
T24. Pelaksanaan Konstruksi Menara Telekomunikasi
T25. Jasa Instalasi Listrik oleh Pengusaha Konstruksi yang 98
Tidak Ditunjuk sebagai Pemotong PPh
vi vii
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
T8. Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang 62 Ditunjuk sebagai Pemotong PPh
T9. Service Charge yang Dibayarkan kepada Pemilik Gedung 63 Melalui Pengelola Gedung yang Bukan Merupakan Pemilik
T10. Sewa Rumah Kos 66 C. Bunga Simpanan Koperasi dan Dividen
68 T11. Bunga Simpanan Koperasi
68 T12. Dividen yang Dibagikan oleh Perusahaan yang Belum Go
72 Public kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
T13. Dividen yang Dibagikan oleh Perusahaan yang Go Public 73 kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
D. Bunga Deposito, Tabungan, dan Sertifikat Bank Indonesia 75 T14. Bunga Tabungan
75 T15. Penghasilan yang Diterima oleh Bukan Subjek Pajak
76 T16. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
77 E. Hadiah Undian
79 T17. Hadiah Undian Berupa Uang Tunai
79 T18. Hadiah Undian Berupa Rumah
80 F. Bunga Obligasi
82 T19. Bunga Obligasi yang Diperoleh Wajib Pajak Badan
82 T20. Bunga Obligasi yang Diperoleh Perusahaan Reksadana
84 G. Usaha Jasa Konstruksi
86 T21. Jasa Konstruksi yang Dilakukan oleh Badan Usaha
86 T22. Penyetoran Kekurangan Pembayaran PPh yang Bersifat Final
89 atas Usaha Jasa Konstruksi
T23. Usaha Jasa Konstruksi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi 92 T24. Pelaksanaan Konstruksi Menara Telekomunikasi
94 T25. Jasa Instalasi Listrik oleh Pengusaha Konstruksi yang
vii
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
127 T26. Jasa Perbaikan Jaringan Listrik
Bersertifikasi
T37. Hadiah Kejuaraan Olahraga
129 PPh PASAL 15
PPh PASAL 22
129 A. Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
A. Pedagang Pengumpul
T38. Pembelian dari Pedagang Pengumpul dan Bukan Pedagang 129 T27. Penghasilan atas Jasa Pelayaran dan Sewa Kapal Floating
131 T28. Penghasilan atas Sewa Kapal yang Dilakukan oleh Perusahaan
Storage Offloading (FSO) B. Impor
T39. Impor Peralatan Simulasi Penerbangan
Pelayaran kepada Perusahaan Pelayaran Lain
T40. Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 22 Impor
133 B. Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Luar Negeri
T29. Pembayaran Dana Public Service Obligation (PSO) 109
T41. Barang Bawaan Penumpang
134 T30. Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Luar Negeri yang
C. Penjualan BBM, Gas, dan Pelumas
T42. Penjualan BBM dan Gas
136 C. Jasa Penerbangan oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
Memiliki BUT di Indonesia
D. Penjualan Hasil Produksi oleh Industri Tertentu
136 T31. Carter Pesawat dari Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
T43. Penjualan Baja
E. Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah
139 BAB IV PPh PASAL 21/26
T44. Penjualan Apartemen Sangat Mewah
BAB VI
141 T32. Pegawai Ekspatriat yang Berada di Indonesia Kurang dari
A. Pegawai Ekspatriat yang Berstatus Wajib Pajak Luar Negeri
PPh PASAL 23/26
A. Jenis Jasa Lain
141 B. Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Time Test T45. Jasa Kepelabuhanan
T46. Jasa Perantara/Keagenan
144 T33. Uang Pesangon yang Dibayarkan Secara Sekaligus
Jaminan Hari Tua
T47. Jasa Perhotelan
T48. Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dengan Status Tenaga Kerja 145 T34. Uang Pesangon yang Dibayarkan Secara Bertahap
sebagai Karyawan Pengguna Jasa
T35. Uang Pesangon yang Dialihkan kepada Pihak Ketiga
T49. Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dengan Status Tenaga Kerja 147 C. Hadiah dan Penghargaan
sebagai Karyawan Perusahaan Penyedia Jasa
T36. Hadiah Kuis
T50. Jasa Angkutan
viii ix
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
T37. Hadiah Kejuaraan Olahraga 127
BAB V PPh PASAL 22
129 A. Pedagang Pengumpul
129 T38. Pembelian dari Pedagang Pengumpul dan Bukan Pedagang
129 Pengumpul
B. Impor 131 T39. Impor Peralatan Simulasi Penerbangan
131 T40. Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 22 Impor
132 T41. Barang Bawaan Penumpang
133 C. Penjualan BBM, Gas, dan Pelumas
134 T42. Penjualan BBM dan Gas
134 D. Penjualan Hasil Produksi oleh Industri Tertentu
136 T43. Penjualan Baja
136 E. Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah
139 T44. Penjualan Apartemen Sangat Mewah
BAB VI PPh PASAL 23/26
141 A. Jenis Jasa Lain
141 T45. Jasa Kepelabuhanan
141 T46. Jasa Perantara/Keagenan
142 T47. Jasa Perhotelan
144 T48. Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dengan Status Tenaga Kerja
145 sebagai Karyawan Pengguna Jasa
T49. Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dengan Status Tenaga Kerja 147 sebagai Karyawan Perusahaan Penyedia Jasa
T50. Jasa Angkutan 149
ix
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemoton ngan/Pe emungut tan PPh
B. Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan dengan Penggunaan
Harta
T51. Sewa Kendaraan Umum
T52. Sewa Tower/Menara Komunikasi
C. Royalti
153 T53. Licence Number pada Produk Software 153
Pajak Pengha asilan (P PPh) me erupakan n pajak yang t terutang g atas D. Bunga
berba agai jen nis peng ghasilan, antara lain p penghasi lan dar i gaji, T54. Bunga Pinjaman
a, peng ghasilan berupa hadiah h, dan E. Dividen
peng hasilan dari lab ba usah
peng hasilan berupa bunga a. Wajib b Pajak dikena ai pajak k atas T55. Dividen
peng hasilan y yang dite erimanya a selama a 1 (satu) tahun p pajak. T56. Hadiah Perlombaan
F. Hadiah
1 (satu) tahun pajak h harus di ilunasi T57. Komisi Penjualan
PPh yang te erutang dalam
pemb bayarann nya oleh h Wajib b Pajak dan U ndang-U Undang Pajak T58. Listing Fee
Peng hasilan t telah me ngatur c cara pelu unasan P Ph yang terutang g oleh G. Pembayaran Dividen ke Luar Negeri dan Penjualan Harta
Wajib b Pajak, y yaitu den ngan car ra memb bayar sen ndiri dan n denga n cara T59. Pembayaran Dividen ke Luar Indonesia
pemo otongan/ /pemun gutan ya ang dilak kukan ol eh pihak k lain. Ap papun T60. Penjualan Saham yang Dimiliki Wajib Pajak Luar Negeri
cara pelunas sannya, baik m membay ar send diri mau upun m melalui T61. Pembayaran Jasa ke Luar Negeri
pemo otongan/ /pemun gutan o leh piha k lain, W Wajib Paj ak dihar apkan
dapat t mema ahami d dengan tepat c cara me enghitun ng PPh yang DAFTAR PERATURAN TERKAIT
teruta ang, bag gaimana pemba yaranny
a, dan m mekanism me pela poran
PPh y yang tela ah dibaya ar terseb but. PPh y yang dip potong dan/ata au dipun ngut me elalui pih hak lain lebih
diken nal denga an istilah h PPh Pot tput. Ses suai kete entuan da alam Un dang- Unda ng PPh, PPh Po tput terd diri atas PPh Pas al 4 ayat t (2), PPh h Pasal
15, PP Ph Pasal
21, PPh Pasal 22, , PPh Pas sal 23, da an PPh P asal 26.
OASIS Pemoton ngan/Pe emungut tan PPh
Pajak Pengha asilan (P PPh) me erupakan n pajak yang t terutang g atas berba agai jen nis peng ghasilan, antara lain p penghasi lan dar i gaji, peng hasilan dari lab ba usah
a, peng ghasilan berupa hadiah h, dan peng hasilan berupa bunga a. Wajib b Pajak dikena ai pajak k atas peng hasilan y yang dite erimanya a selama a 1 (satu) tahun p pajak.
PPh yang te erutang dalam
1 (satu) tahun pajak h harus di ilunasi pemb bayarann nya oleh h Wajib b Pajak dan U ndang-U Undang Pajak Peng hasilan t telah me ngatur c cara pelu unasan P Ph yang terutang g oleh Wajib b Pajak, y yaitu den ngan car ra memb bayar sen ndiri dan n denga n cara pemo otongan/ /pemun gutan ya ang dilak kukan ol eh pihak k lain. Ap papun cara pelunas sannya, baik m membay ar send diri mau upun m melalui pemo otongan/ /pemun gutan o leh piha k lain, W Wajib Paj ak dihar apkan dapat t mema ahami d dengan tepat c cara me enghitun ng PPh yang teruta ang, bag gaimana pemba yaranny
a, dan m mekanism me pela poran PPh y yang tela ah dibaya ar terseb but.
PPh y yang dip potong dan/ata au dipun ngut me elalui pih hak lain lebih diken nal denga an istilah h PPh Pot tput. Ses suai kete entuan da alam Un dang- Unda ng PPh, PPh Po tput terd diri atas PPh Pas al 4 ayat t (2), PPh h Pasal
15, PP Ph Pasal
21, PPh Pasal 22, , PPh Pas sal 23, da an PPh P asal 26.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
Objek PPh Potput terdiri atas berbagai macam penghasilan, antara
c. Yang tidak dipotong PPh yang bersifat final adalah: lain penghasilan dari pekerjaan, pemberian jasa, sewa bangunan,
1) bunga dari deposito/tabungan/SBI sepanjang jumlah dan dividen.
deposito/ tabungan/SBI tidak lebih dari Rp7.500.000,00
A. PPh Pasal 4 ayat (2)
dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
2) bunga diskonto yang diterima atau diperoleh bank PPh Pasal 4 ayat (2) merupakan salah satu cara pelunasan pajak
yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar dalam tahun berjalan melalui pemotongan atau pemungutan
negeri di Indonesia;
dan/atau penyetoran sendiri pajak yang bersifat final atas
3) bunga deposito/tabungan/diskonto SBI yang diterima penghasilan tertentu yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah Objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah diatur antara lain adalah:
disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya
1. Bunga Deposito dan Tabungan Lainnya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana
a. Objek PPh yang bersifat final adalah bunga deposito, dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 bunga tabungan lainnya, dan diskonto Sertifikat Bank
Tahun Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;
Indonesia (SBI).
4) bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah
b. Besarnya PPh yang bersifat final yang dipotong adalah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat 20% dari jumlah bruto, sebagaimana ditunjukkan dalam
sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah bagan di bawah ini:
sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun
sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
Objek Pajak
Subjek Pajak
Tarif
untuk dihuni sendiri.
WP Dalam Negeri
Bunga Deposito/Bunga
dan BUT
d. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh
Tabungan/Diskonto SBI
20% atau
Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa bunga
WP Luar Negeri
sesuai tarif P3B
deposito/bunga tabungan/diskonto SBI adalah: ❶ Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000;
❷ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
c. Yang tidak dipotong PPh yang bersifat final adalah:
1) bunga dari deposito/tabungan/SBI sepanjang jumlah deposito/ tabungan/SBI tidak lebih dari Rp7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
2) bunga diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
3) bunga deposito/tabungan/diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;
4) bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
d. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa bunga deposito/bunga tabungan/diskonto SBI adalah:
❶ Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000; ❷ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
2. Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara
1) Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau
a. Objek PPh yang bersifat final adalah Bunga Obligasi, pembentukannya telah disahkan oleh Menteri berupa imbalan yang diterima pemegang Obligasi dalam
Keuangan, dan
bentuk bunga dan/atau diskonto. Obligasi adalah surat
2) Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih
cabang bank luar negeri di Indonesia.
dari 12 (dua belas) bulan.
d. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal
4 ayat (2) atas penghasilan berupa Bunga Obligasi adalah: pengenaan pajak atas penghasilan berupa Bunga Obligasi
b. Skema tarif pemotongan PPh yang bersifat final dan dasar
❶ Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009; adalah sebagai berikut:
❷ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2011.
Bunga Obligasi
3. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada
(surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan )
Anggota Koperasi Orang Pribadi
a. Objek PPh yang bersifat final adalah bunga simpanan yang
Bunga dgn Kupon
Diskonto dgn Kupon
Diskonto
Diskonto dan/atau
dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi.
tanpa Bunga
Bunga WP Reksadana
selisih lebih harga
selisih lebih harga jual
jumlah bruto
jual atau nilai
selisih lebih harga
atau nilai nominal di
b. Besarnya tarif pemotongan PPh yang bersifat final adalah:
bunga sesuai
nominal di atas
jual atau nilai
atas harga perolehan
dengan masa
harga perolehan
nominal di atas
Obligasi
kepemilikan
Obligasi, tidak
harga perolehan
dan/atau
untuk bunga simpanan sampai dengan
Obligasi
termasuk bunga
Obligasi
jumlah bruto bunga
berjalan
sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi
☞ 0% (nol persen)
Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.
15 % Final Bagi WPDN dan BUT 20 % Final atau P3B bagi WPLN selain BUT
0 % Final utk 2009 s.d 2010 5 % Final utk 2011 s.d 2013
untuk bunga simpanan lebih dari
☞ 10% (sepuluh
15 % Final utk 2014 dst
Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu
persen) rupiah) per bulan.
c. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal
c. Tidak dilakukan Pemotongan PPh Bersifat Final atas Bunga
4 ayat (2) atas penghasilan berupa bunga simpanan yang Obligasi yang diterima oleh:
dibayarkan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi adalah:
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
1) Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan
2) Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
d. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal
4 ayat (2) atas penghasilan berupa Bunga Obligasi adalah:
❶ Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009; ❷ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2011.
3. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
a. Objek PPh yang bersifat final adalah bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi.
b. Besarnya tarif pemotongan PPh yang bersifat final adalah:
untuk bunga simpanan sampai dengan ☞ 0% (nol persen)
Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan. untuk bunga simpanan lebih dari
☞ 10% (sepuluh Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu persen)
rupiah) per bulan.
c. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal
4 ayat (2) atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi adalah:
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
❶ Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009;
1) transaksi penjualan saham pendiri dikenakan ❷ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.03/
tambahan PPh dengan tarif 0,5% (setengah persen) 2010.
dari nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa di akhir tahun 1996;
4. Hadiah Undian
2) dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa
a. Objek PPh yang bersifat final adalah hadiah undian, efek setelah 1 Januari 1997, maka nilai saham pendiri dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
ditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran
b. Tarif pemotongan PPh yang bersifat final adalah 25% dari
umum perdana;
jumlah bruto hadiah undian dan dipotong oleh
3) Penyetoran tambahan PPh atas saham pendiri penyelenggara undian.
dilakukan oleh emiten atas nama pemilik saham
pendiri:
PPh Pasal 4 ayat (2) atas
Penghasilan dari Hadiah
25 % dari jumlah bruto Hadiah Undian
a) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
Undian
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 (tanggal 29 Mei 1997), apabila saham
c. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 perusahaan telah diperdagangkan di bursa efek ayat (2) atas penghasilan berupa hadiah undian adalah
sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000.
1997 ditetapkan;
b) selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah saham
5. Transaksi Saham tersebut diperdagangkan di bursa, apabila saham
a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari perusahaan baru diperdagangkan di bursa efek
penjualan saham di bursa. pada saat atau setelah Peraturan Pemerintah
b. Tarif pemungutan PPh yang bersifat final adalah 0,1% dari Nomor 14 Tahun 1997 ditetapkan (tanggal 29 Mei
jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham.
c. Khusus untuk transaksi penjualan saham pendiri berlaku
4) Wajib Pajak yang memilih untuk memenuhi kewajiban ketentuan sebagai berikut:
PPhnya tidak berdasarkan angka 3), atas penghasilan dari transaksi penjualan saham pendiri dikenakan PPh
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
1) transaksi penjualan saham pendiri dikenakan tambahan PPh dengan tarif 0,5% (setengah persen) dari nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa di akhir tahun 1996;
2) dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah 1 Januari 1997, maka nilai saham pendiri ditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran umum perdana;
3) Penyetoran tambahan PPh atas saham pendiri dilakukan oleh emiten atas nama pemilik saham pendiri:
a) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 (tanggal 29 Mei 1997), apabila saham perusahaan telah diperdagangkan di bursa efek sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 ditetapkan;
b) selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah saham tersebut diperdagangkan di bursa, apabila saham perusahaan baru diperdagangkan di bursa efek pada saat atau setelah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 ditetapkan (tanggal 29 Mei 1997);
4) Wajib Pajak yang memilih untuk memenuhi kewajiban PPhnya tidak berdasarkan angka 3), atas penghasilan dari transaksi penjualan saham pendiri dikenakan PPh
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
sesuai dengan tarif umum sebagaimana dimaksud
6. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
dalam Pasal 17 Undang-undang PPh. a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari Dengan demikian tarif pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di Bursa
penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, Efek adalah sebagai berikut: pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain
☞ 0,1 % x Nilai transaksi penjualan saham
yang disepakati.
PPh Pasal 4 ayat
☞ tambahan 0,5% x nilai saham perusahaan
b. Tarif PPh yang bersifat final atas pengalihan hak atas tanah
(2) atas
pada saat penutupan bursa di akhir tahun
dan/atau bangunan:
Transaksi
1996; atau
1) selain Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
Penjualan
☞ tambahan 0,5% x nilai saham pada saat
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar
Saham di Bursa
penawaran umum perdana dalam hal
Efek
saham perusahaan diperdagangkan di
5% dari jumlah bruto nilai pengalihan tersebut;
bursa efek setelah 1 Januari 1997
2) bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan:
d. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4
a) 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan ayat (2) atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di
untuk pengalihan Rumah Sederhana dan Rumah bursa adalah:
Susun Sederhana; dan
❶ Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994
b) 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
untuk pengalihan lainnya.
Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997;
1% dari jumlah bruto nilai pengalihan
❷ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/
Usaha Pokok Pengalihan
untuk pengalihan Rumah Sederhana dan
Hak atas Tanah dan/atau
Rumah Susun Sederhana; dan
Bangunan
5% dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan lainnya.
Bukan Usaha Pokok
5% dari jumlah bruto nilai pengalihan
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
6. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati.
b. Tarif PPh yang bersifat final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan:
1) selain Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan tersebut;
2) bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan:
a) 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana; dan
b) 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan lainnya.
1% dari jumlah bruto nilai pengalihan Usaha Pokok Pengalihan
untuk pengalihan Rumah Sederhana dan Hak atas Tanah dan/atau
Rumah Susun Sederhana; dan Bangunan
5% dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan lainnya.
Bukan Usaha Pokok 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
c. Pembebasan PPh yang bersifat final dapat diberikan atas
yang bersangkutan; atau
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada:
d) pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
1) Diberikan dengan penerbitan Surat Keterangan Bebas:
sehubungan dengan warisan.
2) Diberikan secara langsung tanpa penerbitan Surat bawah PTKP yang jumlah bruto pengalihan hak atas
a) orang pribadi yang mempunyai penghasilan di
Keterangan Bebas:
tanah dan/atau bangunannya kurang dari
a) orang pribadi atau badan yang menerima atau Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan
memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah
pembangunan untuk tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan
b) orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas
guna
pelaksanaan
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah
khusus;
dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
b) pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang kepada badan keagamaan atau badan pendidikan
dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidak atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
termasuk subjek pajak.
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
d. Nilai pengalihan hak adalah nilai yang tertinggi antara nilai sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya
berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak
c) badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah
Bumi dan Bangunan.
dan/atau bangunan sehubungan dengan hibah
e. Dalam hal pengalihan hak kepada instansi Pemerintah yang diberikan kepada badan keagamaan atau
maka nilai pengalihan hak adalah nilai berdasarkan badan pendidikan atau badan sosial atau
keputusan pejabat yang bersangkutan.
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
f. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut
ayat (2) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,
dan/atau bangunan adalah :
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
yang bersangkutan; atau
d) pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan warisan.
2) Diberikan secara langsung tanpa penerbitan Surat Keterangan Bebas:
a) orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah guna
pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus;
pelaksanaan
b) pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.
d. Nilai pengalihan hak adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan.
e. Dalam hal pengalihan hak kepada instansi Pemerintah maka nilai pengalihan hak adalah nilai berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan.
f. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah :
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
❶ Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994
perencanaan bangunan fisik lain.
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
d. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008;
pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di ❷ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/
bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/
hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk 2008;
fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi ❸ Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26/
terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam PJ/2010;
model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan ❹ Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/
procurement and PJ/2009;
pembangunan
( engineering,
construction) serta model penggabungan perencanaan dan ❺ Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/
pembangunan ( design and build).
PJ/2009.
e. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang
7. Jasa Konstruksi pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu
a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari usaha
sejak awal jasa konstruksi.
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan
b. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
diserahterimakan.
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
f. Skema tarif dan dasar pengenaan PPh yang bersifat final beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,
untuk Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut :
sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
c. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
perencanaan bangunan fisik lain.
d. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan
procurement and construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan ( design and build).
( engineering,
e. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan
sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
pekerjaan
pengawasan
f. Skema tarif dan dasar pengenaan PPh yang bersifat final untuk Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut :
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
JASA KONSTRUKSI
yang tidak dibayar tersebut tidak terutang PPh yang
Dikenai PPh yang bersifat final
bersifat final, dengan syarat Nilai Kontrak Jasa
Pelaksana
Konstruksi yang tidak dibayar tersebut dicatat sebagai
Perencana/ Pengawas
Konstruksi Konstruksi
piutang yang tidak dapat ditagih;
✏ Piutang yang tidak dapat ditagih merupakan
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih. usaha
✏ Dalam hal piutang yang nyata-nyata tidak dapat
kecil
Selain kecil
TARI F
ditagih dapat ditagih kembali, tetap dikenakan PPh yang bersifat final.
h. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah:
g. PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa ❶ Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 konstruksi:
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
1) dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran,
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009;
dalam hal Pengguna Jasa merupakan pemotong pajak; ❷ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/ 2008
atau sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
2) disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal Pengguna
Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009 .
Jasa bukan merupakan pemotong pajak;
3) dalam hal:
8. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari sewa berdasarkan Nilai Kontrak Jasa Konstruksi dengan PPh
a) terdapat selisih kekurangan PPh yang terutang
tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah berdasarkan pembayaran yang telah dipotong atau
susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, disetor sendiri, selisih kekurangan tersebut disetor
rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri. sendiri oleh Penyedia Jasa;
b. Tarif PPh yang bersifat final adalah 10% dari jumlah bruto
b) nilai Kontrak Jasa Konstruksi tidak dibayar sepenuhnya nilai persewaan, baik yang menyewakan Wajib Pajak Orang
oleh Pengguna Jasa, atas Nilai Kontrak Jasa Konstruksi
Pribadi maupun Wajib Pajak Badan.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
yang tidak dibayar tersebut tidak terutang PPh yang bersifat final, dengan syarat Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut dicatat sebagai piutang yang tidak dapat ditagih; ✏ Piutang yang tidak dapat ditagih merupakan
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih. ✏ Dalam hal piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat ditagih kembali, tetap dikenakan PPh yang bersifat final.
h. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah: ❶ Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009;
❷ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/ 2008
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009 .
8. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri.
b. Tarif PPh yang bersifat final adalah 10% dari jumlah bruto nilai persewaan, baik yang menyewakan Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
9. Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang
PPh Pasal 4 ayat (2) atas Penghasilan
10% dari jumlah bruto
Pribadi Dalam Negeri
dari Persewaan Tanah dan/atau
nilai persewaan
Bangunan
a. Objek PPh yang bersifat final adalah dividen, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis,
c. Jumlah bruto nilai persewaan adalah jumlah yang
dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
dibayarkan/terutang oleh penyewa termasuk biaya
b. Tarif PPh yang bersifat final adalah 10% dari jumlah bruto perawatan, pemeliharaan, keamanan, fasilitas lainnya, dan
dividen yang diterima.
service charge ( baik perjanjiannya dibuat secara terpisah
PPh atas Dividen yang Diterima
maupun disatukan ).
10% dari jumlah bruto dividen
atau Diperoleh Wajib Pajak
d. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat yang diterima
Orang Pribadi Dalam Negeri
(2) atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan adalah:
c. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh atas ❶ Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 seba-
dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang gaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pribadi Dalam Negeri adalah:
Nomor 5 Tahun 2002; ❶ Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009; ❷ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996
❷ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/ sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002; ❸ Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./
B. PPh Pasal 15
2002; PPh Pasal 15 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak ❹ Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./
dalam tahun berjalan melalui pemotongan dan/atau penyetoran 1996.
sendiri PPh atas penghasilan Wajib Pajak yang antara lain bergerak dalam usaha jasa pelayaran dan usaha jasa
penerbangan.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh
9. Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri