Menimbang Langkah ke Depan

V. Menimbang Langkah ke Depan

Kompleksitas dan variasi persoalan desentralisasi asimetris di atas menuntut suatu politik kebijakan dan desain intrumentasi yang prima. Kita tidak boleh mengulang kesalahan fatal pemekaran daerah yang setelah nyaris Kompleksitas dan variasi persoalan desentralisasi asimetris di atas menuntut suatu politik kebijakan dan desain intrumentasi yang prima. Kita tidak boleh mengulang kesalahan fatal pemekaran daerah yang setelah nyaris

e tuka status kekhususan sejumlah kawasan dalam rupa otorita, kawasan ekonomi khusus, propinsi kepulauan, dst.

da ‘iau aupu usula ya g le ih oderat u tuk pe

Hemat saya, langkah terpadu dan mendesak yang perlu dilakukan pemerintah pusat adalah menyusun desain besar desentralisasi asimetris dan penataan daerah, lalu mengefektifkan pengelolaan daerah-daerah khusus yang sudah ada. Substansi terpenting sebagai kandungan di dalamnya adalah membuat semua varian kekhususan/keistimewaan yang ada maupun yang akan terbentuk menjadi (kembali) terintegrasi sebagai bagian dari rejim desentralisasi. Selain itu, pilihan lain adalah upaya mengembangkan politik kebijakan yang terarah-terukur dalam karngka penataan daerah secara keseluruhan, serta pembentukan manajemen khusus bagi penguatan kapasitas teknokrasi (pusat maupun daerah) dalam pelaksanaan maupun pengawasan secara efektif.

Dalam hal kawasan khusus, mesti dilakukan pengaturan yang jelas mengenai pengalihan urusan pemerintahan tertentu yang bersifat khusus kepada lembaga yang secara khusus dibentuk untuk mengelola urusan tersebut di daerah. Pengaturan tersebut mencakup antara lain: tujuan pengalihan kewenangan khusus, jenis kewenangan bersifat khusus yang akan dialihkan kepada lembaga yang dibentuk untuk mengelola urusan khusus itu, wilayah yang akan terkena pengaturan khusus tersebut, dan jensi-jenis kawasan strategis yang lebih luas ketimbang hanya sekedar urusan ekonomi.

Sementara dalam hal materi urusan pemerintahan yang diserahkan kepada kawasan khusus tersebut mestinya tidak tumpang tindih dengan urusan yang telah diserahkan kepada pemerintahan daerah. Di sini tentu perlu pengaturan jelas hubungan antar lembaga pengelola kawasan khusus dengan Sementara dalam hal materi urusan pemerintahan yang diserahkan kepada kawasan khusus tersebut mestinya tidak tumpang tindih dengan urusan yang telah diserahkan kepada pemerintahan daerah. Di sini tentu perlu pengaturan jelas hubungan antar lembaga pengelola kawasan khusus dengan

B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma. Dalam penyelenggaran pemerintahan terdapat beberapa prinsip dasar yang

menjadi pedoman atau pegangan oleh aparat pemerintahan dalam menggerakan administrasi pemerintahan, asas tersebut adalah sebagai berikut :

I. Asas Umum Penyelenggaraan Negara :

1. Asas Kepastian Hukum, adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan ,dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Negara.

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara,adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara Negara.

3. Asas Kepentingan Umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif dan selektif.

4. Asas Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara

5. Asas Proposional, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara Negara.

6. Asas Akuntabilitas, adalah penanggung jawab penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan kedekatan dengan luas, besar dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu pemerintahan.

7. Asas Efisiansi, adalah penyelengaraan suatu urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.

8. Asas efektifitas adalah Penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh

II. Asas Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah :

1. Asas Desentralisasi, adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Asas Desentralisasi Proposional, adalah Pemerintah Daerah diberikan kewenangan yang sebesar-besarnya untuk mengurus, mengatur dan memajukan sendiri daerahnya (kecuali lima hal yang memang harus diatur oleh Pemerintah Pusat, antara lain politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama) dengn dibeda-bedakan

berdasarkan tingkat kemapanan daerah tersebut 87 .

3. Asas Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical di wilayah tertentu

III. Asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, adalah

1. Asas Otonomi, adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

87 . Hardjosoekarto Sudarsono, artikel tentang “ Hubungan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Kebijakan Desentralisasin dan Otonomi Daerah”, http://khibran.wordpress.com 87 . Hardjosoekarto Sudarsono, artikel tentang “ Hubungan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Kebijakan Desentralisasin dan Otonomi Daerah”, http://khibran.wordpress.com

2. Asas Pembantuan/Madebewind, adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu

Selanjutnya Dalam rangka pembentukan peraturan perundang-undangan , berdasarkan asas-asas, sebagai berikut 88 :

1. Asas Kejelasan Tujuan, adalah setiap pembentuk peraturan perundang- undangan harus memiliki tujuan yang jelas yang ingin dicapai

2. Asas Kelembagaan atau Organisasi Pembentuk yang tepat, adalah setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga atau kantor pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang, bila tidak demikian amka peraturan perundang-undangan dapat dibatalkan demi hukum.

3. Asas Kesesuaian antara jenis dan materi muatan, adalah pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan ketepatan atau kesesuaian antara materi muatan dan jenis peraturan perundang- undangannya.

4. Asas Dapat dilaksanakan, adalah setiap peraturan perndang-undangan harus memperhatikan efektifitasnya terhadap masyarakat baik secara filosofis, yuridis, dan sosiologis.

5. Asas Kedayagunaan dan Keberhasilgunaan, adalah Setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

6. Asas Kejelasan Rumusan, adalah Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, terminologi, dan memiliki bahasa hukum yang jelas tidak multitafsir sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi dalam pelaksanaannya.

88 .http://id.shvoong.com/law-and-politics/administrative-law/2200530-asas-asas dan dasar-dasar//#ixzz1X 9EbiunD

7. Asas Keterbukaan, adalah Pembentukan peraturan perndang-undangan dimulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan harus bersifat transparan dan terbuka kepada publik.