Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah.

2. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah.

Ditinjau dari sudut pandang hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat dari adanya hubungan dalam penyelenggaraan pemerintahan; Kebijakan desentralisasi dimaksudkan untuk

memberikan kewenangan kepada daerah guna mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahwa tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah adalah menjadi tanggungjawab Pemerintah Nasional (Pusat) karena externalitas (dampak) akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung-jawab Negara. Peran Pusat dalam kerangka Otonomi Daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan makro, melakukan supervise, monitoring, evaluasi, control dan pemberdayaan (capacity building) agar daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak pada tataran pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya Daerah berwenang membuat kebijakan Daerah. Kebijakan yang diambil Daerah dalam batas-batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundangan yang lebih tinggi yaitu Norma, Standard dan Prosedur yang ditentukan Pusat.

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

LAINNYA LEMBAGA NEGARA

TUGAS (DESENTRALISASI FUNGSIONAL) PEMBANTUAN DELEGASI

GUBERNUR &

BADAN PENGELOLA INSTANSI

PEMERINTAHAN

BUMN, OTORITA,DLL VERTIKAL

PEMERINTAHAN DESA

Daerah Otonom diberi wewenang untuk mengelola urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Seluas apapun Otonomi Daerah, tetap ada dalam batas dan ruang lingkup wewenang Pemerintah. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang dituangkan dalam Peraturan Perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun Daerah Otonom diberi wewenang untuk mengelola urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Seluas apapun Otonomi Daerah, tetap ada dalam batas dan ruang lingkup wewenang Pemerintah. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang dituangkan dalam Peraturan Perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun

a. Externalitas; unit pemerintahan yang terkena dampak langsung dari pelaksanaan suatu urusan pemerintahan, mempunyai kewenangan untuk mengatur urusan pemerintahan tersebut;

b. Akuntabilitas; unit pemerintahan yang berwenang mengurus suatu urusan pemerintahan adalah unit pemerintahan yang paling dekat dengan dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan urusan tersebut. Ini terkait dengan pertanggungjawaban (akuntabilitas) dari pengelolaan urusan pemerintahan tersebut kepada masyarakat yang menerima dampak langsung dari urusan tersebut. Urusan lokal akan menjadi kewajiaban

mempertanggungjawabkan dampaknya. Urusan yang berdampak regional akan menjadi tanggungjawab Propinsi dan Urusan yang berdampak nasional akan menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat;

kabupaten/kota

untuk

c. Efisiensi; pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai skala ekonomi tersebut, maka perlu dilakukan kerjasama

antar daerah untuk optimalisasi pembiayaan dari penyelenggaraan urusan tersebut. Dalam penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan tersebut terdapat adanya inter-koneksi dan inter-dependensi karena keterkaitan dari urusa pe eri taha terse ut se agai suatu “yste . Urusa ya g e jadi kewenangan Pusat tidak akan berjalan optimal apabila tidak terkait ( inter- koneksi) dengan Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Demikian juga sebaliknya. Untuk itu, maka diperlukan adanya koordinasi untuk menciptakan sinerji dalam melaksanakan kewenangan mengelola urusan-urusan tersebut. Namun demikian setiap tingkatan pemerintahan Demikian juga sebaliknya. Untuk itu, maka diperlukan adanya koordinasi untuk menciptakan sinerji dalam melaksanakan kewenangan mengelola urusan-urusan tersebut. Namun demikian setiap tingkatan pemerintahan

Hubungan Kewenangan antara daerah otonom Propinsi dengan daerah otonom Kabupaten/Kota tidaklah hierarkhis. Propinsi mempunyai kewenangan mengurus urusan-urusan pemerintahan yang bersifat antar Kabupaten/Kota (regional) yang berdampak regional. Sedangkan Kabupaten/Kota mempunyai kewenangan menangani urusan-urusan pemerintahan yang berskala lokal yang berdampak lokal.

Pemerintah Pusat bertanggungjawab secara nasional untuk menjamin agar otonomi daerah dapat berjalan secara optimal. Konsekuensinya Pemerintah bertanggungjawab untuk mengawasi, memonitor, mengevaluasi dan memberdayakan Daerah agar mampu menjalankan otonominya secara efektif, efisien, ekonomis dan akuntabel. Untuk supervise dan fasilitasi terhadap pelaksanaan otonomi di tingkat Propinsi dilakukan langsung oleh Pemerintah. Sedangkan untuk melakukan kegiatan supervise dan fasilitasi terhadap pelaksanaan otonomi di tingkat Kabupaten/Kota, mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas, tidak akan efektip dan efisien kalau dilakuakan langsung oleh Pemerintah. Untuk itu Pemerintah berdasarkan prinsip

deko se trasi e ugaska Gu er ur selaku akil Pe eri tah di

Daerah untuk melakukan kegiatan supervisi dan Fasilitasi tersebut.

Adalah sulit bagi Gubenur secara pribadi untuk melakukan tugas supervisi dan fasilitasi tersebut. Untuk itu seyogyanya diperlukan adanya perangkat dekonsentrasi untuk membantu pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya selaku wakil pusat di daerah. Untuk mencegah salah persepsi bahwa tujuannya bukan untuk menghidupkan kantor wilayah di masa lalu, maka perangkat tersebut lebih optimal berbentuk jabatan fungsional yang bertugas membantu Gubernur secara sektoral ataupun lintas Limas sector yang serumpun seperti ahli kesehatan, ahli pendidikan, ahli kehutanan, ahli keuangan dan sebagainya sesuai de ga magnitude pe

i aa da pe ga asa ya g diperluka oleh Gubernur sebagai wakil pusat di daerah. Perangkat Dekonsentrasi tersebut i aa da pe ga asa ya g diperluka oleh Gubernur sebagai wakil pusat di daerah. Perangkat Dekonsentrasi tersebut