Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh.
Yang menjadi dasar pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang No. 11 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Aceh diantaranya adalah :
1) bahwa perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Aceh merupakan satua pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa terkait dengan salah satu karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang tinggi;
2) daya juang tersebut bersumber dari pandangan hidup yang berlandaskan syari at Isla ya g elahirka udaya Isla ya g kuat, ya g e jadi odal
dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan; dan 3)
bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh telah menumbuhkan solidaritas seluruh potensi bangsa Indonesia untuk membangun kembali masyarakat dan wilayah Aceh serta menyelesaikan konflik cara damai,
menyeluruh, berkelanjutan dan martabat. 93
Berdasar pada hal-hal tersebut di atas, maka dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh memuat hal-hal khusus yaitu :
1. Pasal 2 mengatur tentang pembagian daerah
A eh, khusus ya yaitu ayat kecamatan dibagi atas mukim , da ayat Muki di agi atas keluraha
da ga po g .
2. Pasal 2 memuat keketentuan :
(1) Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus di Aceh dan/atau kabupaten/kota untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus
(2) Dalam membentuk kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah wajib mengikutsertakan Pemerintah Aceh dan/ atau pemerintahan kabupaten/kota
(3) Pemerintah Aceh bersama pemerintah kabupaten/kota dapat mengusulkan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mendapat persetujuan DPRA/DPRK
(4) Kawasan khusus untuk perdagangan bebas dan/atau pelabuhan bebas diatur dengan undang-undang (5) Kawasan khusus selain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan pembagian kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Aceh/
93 Konsideran menimbang UU No. 11 Tahun 2006 tentang Undang-Undang Pemerintahan Aceh, Huruf b, c dan e 93 Konsideran menimbang UU No. 11 Tahun 2006 tentang Undang-Undang Pemerintahan Aceh, Huruf b, c dan e
(6) Tata cara penetapan kawasan khusus sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Selain dari pada itu, dalam undang-undang inipun dalam bab III memuat ketentuan adanya kawasan Perkotaan, yang diatur dalam Pasal 6 :
(1) Kawasan perkotaan dapat berbentuk :
f. Kota sebagai daerah otonom;
g. Bagian kabupaten yang memiliki cirri perkotaan; dan
h. Bagian dari dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan.
(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikelola oleh pemerintah kota. (3) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikelola oleh pemerintah kabupaten. (4) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat
dikelola bersama oleh pemerintah kabupaten/kota terkait. (5) Pemerintah kabupaten/kota dapat membentuk badan pengelolaan
pembangunan di kawasan gampong yang direncanakan dan dibangun menjadi kawasan perkotaan.
(6) Pemerintah kabupaten/kota mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan kawasan perkotaan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur dengan qanun.
4. Selanjutnya mengenai kewenangan pemerintahan Aceh dan Kabupaten/ Kota diatur dalam Bab IV Pasal 7 ayat (1) Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam semua sektor publik kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah , sedangkan yang dimaksud dengan kewenangan pemerintah adalah meliputi urusan urusan pemerintahan yang bersifat nasional, politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan urusan
tertentu dalam bidang agama 94 . Untuk urusan tertentu dalam bidang agama dalam undang-undang ini tidak ada penjelasannya .
Hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan pemerintahan Aceh yang di buat oleh Pemerintah, seperti 95 :
- Rencana persetujuan internasional; -
Rencana pembentukan undang-undang oleh Dewan Perwakilan Rakyat dilakukan dengan konsultasi dan pertimbangan DPRA; serta
- Kebijakan administrative dilakukan dengan konsultasi dan pertimbangan Gubernur.
Sedangkan yang menjadi kewenangan pemerintahan Aceh, pemerintah Aceh dapat :
- Mengadakan kerjasama dengan lembaga atau badan di luar negeri kecuali yang menjadi kewenangan Pemerintah;
- Berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan seni, budaya, dan olah raga internasional; 96
Naskah kerjasama sebagaimana dimaksud diatas, mencantumkan frase Pemerintah Aceh sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, 97
94 . Pasal 7 ayat (2) UU No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh 95 . Pasal 8 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). Ibid 96 . Pasal 9 ayat (1), dan ayat (2)., Ibid 97 Pasal 9 ayat (3) 94 . Pasal 7 ayat (2) UU No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh 95 . Pasal 8 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). Ibid 96 . Pasal 9 ayat (1), dan ayat (2)., Ibid 97 Pasal 9 ayat (3)
Selain dari pada itu Pasal 10 menentukan bahwa pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kita dapat membentuk lembaga, badan dan/ atau komisi dengan persetujuan DPRA/DPRK kecuali yang menjadi kewenangan Pemerintah dan mengenai pembentukan sebagaimana dimaksud diatas diatur dengan qanun.
Mengenai urusan pemerintahan, dalam pasal 16 ayat (1) menentukan adanya urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan Aceh yang merupakan urusan dalam skala Aceh, selain dari pada itu ayat (2) nya mengatur urusan wajib lainnya yang merupakan pelaksanaan keistimewaan Aceh antara lain :
1. Penyelenggaraan kehidupan beragama dala e tuk pelaks aa syari at Islam bagi pemeluknya di Aceh dengan tetap menjaga kerukunan hidup antarumat beragama;
2. Penyelenggaraan kehidupan adat yang bersendikan agama Islam;
3. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas serta menambah materi muatan l o al sesuai de ga syari at Isla ;
4. Peran utama dalam penetapan kebijakan Aceh; dan
5. Penyelenggaraan dan pengelolaan ibadah haji sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan Aceh. 98
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud di atas, diatur pula adanya kewenangan yang diberikan kepada kabupaten/kota untuk menyelenggarakan
98 . Pasal 16 ayat (3) 98 . Pasal 16 ayat (3)
undangan. 99