Ruang Lingkup Materi Muatan.

B. Ruang Lingkup Materi Muatan.

I. Ketentuan umum : memuat pengertian istilah, dan frase.

1. Pemerintah nasional, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota adalah satu system penyelenggaraan pemerintahan Negara.

2. Pemerintahan Kecamatan adalah bagian dari wilayah kabupaten/ kota

3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Nagara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Dekonsentrasi adalah pelimpHn wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical di wilayah tertentu.

6. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

7. Otonomi formil adalah penyerahan urusan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak ada perbedaan sifat antara urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan urusan yang diatur oleh daerah-daerah otonom

8. Otonomi materil adalah adalah penyerahan wewenang dan tannggungjawab antara pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah ada pembagian tugas yang secara jelas diatur dalam undang undang pembentukan daerah.

9. Otonomi Riil adalah Penyerahan urusan atau tugas dan kewenangan kepada daerah didasarkan pada faktor yang nyata, sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan yang nyata dari daerah maupun Pemerintah pusat serta pertumbuhan masyarakat yang terjadi

10. Hubungan Wewenang Yakni hubungan mengenai kekuasaan menyelenggarakan urusan pemerintahan antara susunan pemerintahan dalam NKRI

11. Daerah Otonom adalah bagian integral pemerintah Negara, yang dibentuk atau diciptakan oleh pemerintah nasional

II. Materi yang akan diatur

Pengaturan yang akan dimuat dalam Rancangan Undang-Undang Tentang Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah, memuat:

1. Sistem Pemerintahan

Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dengan sistem pemerintahan berupa sistem presidensial. Pelaksanaan sistem pemerintahan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimanan diamanatkan dalam UUD 1945, dengan mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota, serta mengakui dan menghormati keberadaan masyarakat adat serta hak-hak tradisionalnya (pemerintahan komunitas) sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah.

Hubungan kewenangan pusat dan daerah dalam penyelengaraan pemerintah di laksanakan dengan Pemberian otonomi kepada daerah dan hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah bertujuan menghindari daerah otonom menjadi Negara dalam Negara.

3. Prinsip Hubungan Kewenangan

- Sistem pemerintahan Indonesia menganut asas Negara kesatuan yang didesentralisasikan (otonomi) dengan demikian maka ada

tugas-tugas tertentu yang diurus oleh pemerintah daerah sendiri. - Pemerintahan nasional, pemerintahan daerah provinsi, dan

pemerintahan daerah kabupaten/kota adalah satu sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara.

- Hubungan antara pemerintahan nasional dengan pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota bersifat

hirarkis dan subordinasi.

- Semua regulasi nasional berlaku di wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Regulasi yang dibentuk oleh daerah otonom merupakan derivasi dan elaborasi regulasi nasional sesuai dengan konteks lokalitas

- Pembentukan dan pelaksanaan regulasi nasional bersifat partisipatif. - Daerah otonom memiliki ruang untuk berperan signifikan melalui

ketersediaan akses dalam pembentukan regulasi dan ketersediaan diskresi dalam pelaksanaan regulasi.

- Isi otonomi daerah otonom provinsi dan daerah otonom kabupaten/kota ditentukan langsung oleh Pemerintah Pusat.

- Cara penentuan isi otonomi daerah menurut nilai otonomi riil. -

Pembangunan kapasitas daerah otonom oleh Pemerintah Pusat dilakukan dengan memperhatikan realitas geografis dan demografis daerah otonom, terutama untuk daerah kabupaten/kota:

- Dari aspek geografis, daerah kabupaten/kota dikelompokkan ke dalam kabupaten/kota daratan dan kabupaten/kota

kepulauan. - Dari aspek demografis, kabupaten/kota dikelompokkan ke

dalam kabupaten/kota utama, kabupaten/kota madya, dan kabupaten/kota pratama

- Wilayah kecamatan adalah bagian dari wilayah kabupaten/kota. Dalam kedudukan tersebut, kecamatan berperan sebagai

ad i istrasi lapa ga dari pe eri tah daerah ka upate /kota dengan o rga isasi er orak unintegrated prefectoral system.

De ga pera ke a ata terse ut, a at e jadi chief field administrator dala pe yele ggaraa pe eri taha ka upate / kota di wilayah kecamatan. Orga isasi ke a ata er e tuk one roof services .

- Desa merupakan institusi masyarakat yang diakui dan dihormati dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, khususnya penyelenggaraan pemerintahan kabupaten.

Desa tidak lagi dilimpahi kewenangan pemerintahan negara. Pemerintah kabupaten dapat melakukan kerjasama dengan desa,

dan dalam hal ini, desa berperan sama seperti badan hukum biasa. Pengaturan desa oleh daerah otonom kabupaten lebih berorientasi

pada pemberdayaan masyarakat, dengan aspek-aspek protecting, enabling, dan facilitating.

4. Pemberian Wewenang Kepada Daerah

Implementasi otonomi daerah dilaksanakan dengan membagi kewenangan yaitu berdasarkan kepada fungsi. Artinya, untuk satu jenis kewenangan fungsi mengatur dan mengurus ditetapkan dan dibagi secara tegas untuk setiap tingkatan pemerintahan. Titik berat fungsi mengatur yang bersifat nasional dilakukan oleh pusat. Sedangkan daerah provinsi dan kabupaten/kota mengatur sesuai tingkat kewenangan yang dimilikinya. Selaras dengan kewenangan yang dimiliki, fungsi mengurus dilakukan oleh masing-masing tingkatan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

Kewenangan mengatur pada masing-masing tingkatan antara lain:

1. Kewenangan mengatur oleh pusat;

2. Kewenangan mengatur oleh provinsi;

3. Kewenangan mengatur oleh kabupaten/kota;

4. Kewenangan mengurus dalam rangka desentralisasi;

5. Kewenangan mengurus dalam rangka dekonsentrasi;

6. Kewenangan mengurus dalam rangka tugas pembantuan; dan

7. kewenangan mengurus dalam rangka sentralisasi.

5. Kelembagaan. Hubungan kewenangan membutuhkan pengaturan kelembagaan

untuk pelaksanaannya. Kelembagaan hubungan kewenangan tersebut berkaitan dengan sistem pemerintahan negara dan metode penyelenggaraan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. UUD 1945 memuat aturan pada Pasal 1 ayat (1) bahwa : Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Selanjutnya Pasal 18 ayat (1) mengatur bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kebupatan dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu untuk pelaksanaannya. Kelembagaan hubungan kewenangan tersebut berkaitan dengan sistem pemerintahan negara dan metode penyelenggaraan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. UUD 1945 memuat aturan pada Pasal 1 ayat (1) bahwa : Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Selanjutnya Pasal 18 ayat (1) mengatur bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kebupatan dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu

Dengan latar belakang diatas, maka kelembagaan wewenang Pusat- daerah terdiri atas Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Selain itu terdapat lembaga lain berupa Desa dan lembaga semi-pemerintah. Dalam hal wewenang Pemerintah Pusat melaksanakan semua wewenang pemerintahan menurut undang- undang. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan wewenang pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat menurut undang-undang. Bersamaan dengan itu, Desa dapat melaksanakan wewenang pemerintahan berdasarkan penugasan(atau kerjasama) oleh Pemerintah Kabupaten dengan suatu peraturan daerah, dan lembaga semi-pemerintah melaksanakan wewenang pemerintahan dalam urusan tertentu berdasarkan peraturan pemerintah.

Dalam hal sifatnya, hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah berbeda dari hubungan antara sesama pemerintahan daerah. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota bersifat bertingkat, sedangkan hubungan wewenang antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota bersifat setara.

6. Hak dan Kewajiban Dalam Pelaksanaan Kewenangan

Pelaksanaan Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah dalam menyenelanggarakan otonomi daerah menimbulkan hak dan kewajiban baik di Pusat maupun di Daerah. Hak dan Kewajiban tersebut adalah

- Pemerintah Pusat, mempunyai :

Hak : - membentuk, menggabungkan, dan menghapuskan Daerah

- koordinasi penyelenggaraan pemerintahan daerah - Kewajiban :

- memberikan sumberdaya yang dibutuhkan daerah berkenaan dengan pemberian urusan kepada daerah,

- memfasilitasi peningkatan kapasitas dan kinerja daerah. - Pemerintah Daerah :

- Hak :

- kewenangan untuk mengelola urusan pemerintahan dengan memperhatikan kepentingan daerah,

- kewenangan untuk mendorong terkembangnya nilai-nilai

lokalitas. - Kewajiban

- menjaga keutuhan NKRI dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah, dan - mengembangkan keserasian program pembangunan

berbasis kepentingan nasion Kewajiban :

7. Bentuk Hubungan Dalam Pelaksanaan Kewenangan

Bentuk hubungan dalam pelaksanaan kewenangan pusat dan daerah, yaitu :

- Pusat dan Daerah :

- Koordinasi

- Pembinaan - Pengawasan - Pelaporan dan pertanggungjawaban

- Antar Daerah :

- Kerjasama - Perselisihan - Perencanaan - Komunikasi dan informasi

8. Kewenangan Berdasarkan Territorial dan Fungsional

Hubungan wewenang menjadi landasan pengaturan hubungan pemerintahan bidang lain (fungsional dan territorial) dan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh kejelasan dan kepastian wewenang oleh setiap lembaga dan susunan pemerintahan

III. Ketentuan peralihan. Pemberlakuan undang-undang ini harus dibarengi dengan masa adaptasi

atau transisional waktu dalam penerapan pengaturannya. Hal dimaksudkan untuk tidak menimbulkan gejolak dalam pelaksanaan otonomi daerah, hal ini mengingat dalam pelaksanaan otonomi daerah telah terdapat berbagai perangkat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia.