Pasar (Market)

II.2.3 Pasar (Market)

Dalam pandangan teori ekonomi klasik ( Faham Adam Smith ), Pasar itu dengan sistemya mampu berjalan sendiri degan mengikuti logika hukumnya, atau pasar itu sebagai suatu mekanisme otomatis yang selalu mengarah pada neraca keseimbangan, sehingga terwujud sumberdaya dengan cara yang paling efektif dan efesien. Smith Melalui ajarannya yaitu, Laissez faire (biarkan saja), Menurutnya ekonomi pasar akan berkembang dengan bebas jika negara tidak menghalanginya dengan memberi batasan-batasan.

Disini Smith menegaskan peranan pemerintah sebaiknya ditekan seminimal mungkin dalam mekanisme ekonomi pasar. Inilah argumentasi kapitalisme liberal klasik dalam menentang campur tangan negara. Argumen lain yang mereka ajukan untuk konsep pasar yang mengatur dirinya sendiri mengatakan bahwa sistem pasar adalah sebuah realita yang akan tercipta dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia, dimana pasar memiliki hubungan Disini Smith menegaskan peranan pemerintah sebaiknya ditekan seminimal mungkin dalam mekanisme ekonomi pasar. Inilah argumentasi kapitalisme liberal klasik dalam menentang campur tangan negara. Argumen lain yang mereka ajukan untuk konsep pasar yang mengatur dirinya sendiri mengatakan bahwa sistem pasar adalah sebuah realita yang akan tercipta dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia, dimana pasar memiliki hubungan

Negara dalam konteks ini hanya bertugas menyediakan kerangka hukum untuk kontrak, pertahanan serta ketertiban dan keamanan. Ia hanya menjadi "stempel" bagi mekanisme pasar yang berjalan. Karena, dalam keyakinan ekonomi klasik, intervensi negara yang besar terhadap pasar akan memperburuk

lajunya pasar. 44 Menurut Adam Smith hubungan negara dengan pasar itu yang pertama, melakukan penjagaan atau pertahanan dalam hal pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan masyarakat kepada masyarakat lainnya, kedua, proteksi atau penjagaan itu dimaksudkan untuk melindungi dari tekanan atau ancaman individu masyarakat atas masyarakat lain, negara menjaga kondisi pasar agar tetap dalam suasana adil, ketiga, menjaga barang-barang milik publik agar

terhindar dari kerusakan yang dilakukan masyarakat. 45

Dalam pandangan Smith, persoalan ekonomi dan politik sangat terpisah, dan ekonomi mempunyai status yang lebih superior karena ia dianggap paling baik jika berjalan tanpa intervensi pemerintah dalam sistem hukum alam yang harmonis. Pasar dianggap sebagai mekanisme otomatis (self regulating) yang selalu mengarah pada keseimbangan antara permintaan dan penawaran, sehingga ia menjamin terwujudnya alokasi sumberdaya dengan cara yang paling efisien. Setiap pembatasan terhadap persaingan bebas dianggap mencampuri efisiensi alamiah dalam ekonomi pasar. “Invisible hand” di dalam pasar, yang terdiri dari

44 Mansour Fakih, 2003, Bebas dari Neoloberalisme, Yogyakarta: INSIST, hal 6 45 James A. Caporaso, 1992, Theories of Political Economy, New York: Cambridge University

Press, hal 44

pembeli dan penjual berskala kecil, meerjemahkan pencarian kepentingan diri masing-masing individu menjadi keuntungan publik yang optimal. Dengan menyerang doktrin merkantilisme ekonomi-kontrol absolut terhadap perekonomian oleh negara yang sangat kuat dengan tujuan menimbun cadangan emas yang banyak pada abad tujuh belas, Smith secara tegas menyokong ‘pembebasan’ pasar dari peraturan negara yang intursif. Pemahaman klasik yang dimilikinya tentang liberalisme mempertahankan kebebasan sebagai hak individu untuk “tidak diganggu” oleh tuntutan sosial, sehingga seorang individu dapat bertindak di pasar sebagai homo economicus yang tidak dibebani oleh aturan sosial. Pandangan awal mengenai kebebasan ekonomi ini tetap menjadi tulang

punggung doktrin neoliberal kontemporer. 46

Smith melengkapi gagasan pasar laissez-faire-nya dengan pembelaannya terhadap perdagangan bebas dan prinsip-prinsip laissez-passer, terutama penghapusan pajak impor dan rintangan lainnya dalam perdagangan dan aliran modal antar negara. Namun “teori keuntungan komparatif” David Ricardo-lah yang menjadi kitab suci perdagangan modern. Ricardo berpendapat bahwa perdagangan bebas melahirkan situasi yang sama menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat, sebab perdagangan bebas memungkinkan setiap negara untuk mengkhususkan diri pada produksi komoditas yang memberinya keuntungan komparatif. Misalnya, jika Italia dapat memproduksi anggur lebih murah dari pada Inggris, dan Inggris dapat memproduksi pakaian lebih murah dari pada

46 Manfred B. Steger, 2002, Globalisme Bangkitnya Ideologi Pasar, Yogyakarta: Lafadl Pustaka, hal 14

Italia, maka kedua negara tersebut akan diuntungkan oleh spesialisasi perdagangan. Ricardo bahkan menyatakan bahwa keuntungan dari spesialisasi perdagangan tetap akan meningkat, kendatipun suatu negara memiliki keuntungan absolut dalam memproduksi semua produk yang diperdagangkan. Secara politis, teori Ricardo melahirkan argumen yang sangat kuat menentang intervensi dalam

perdagangan. 47

Itulah sebabnya ideologi ekonomi pasar-bebas yang berdasarkan stelsel laissez faire menolak subsidi dan proteksi. Subsidi dan proteksi dalam kebebasan berkompetisi diposisikan sebagai pemborosan atau inefficiency, yang tentu ditentang sehebat-hebatnya oleh kaum strukturalis. Ideologi pasar bebas menempatkan subsidi dan proteksi sebagai filantropi, bukan sebagai hak sosial

dan hak demokrasi ekonomi masyarakat. 48

Yang disebut pasar ialah sistem mekanisme yang mengatur mengenai pola hubungan kapital, namun aktor dalam pasar itu sendiri ialah direpresentasikan dalam bentuk perusahaan-perusahaan yang mempunyai tujuan profit oriented dengan melakukan proses produksi dan mengakumilasikan kapitalnya. Berkaitan dengan ini perusahaan-perusahaan yang menginvestasikan kapitalnya di provinsi Jawa Timur cukup banyak dan semuanya bergerak di berbagai macam sektor yang semuanya hampir ada di seluruh wilayah daerah Jawa Timur meskipun terjadi ketimpangan mengenai jumlah perusahaan tersebut. Surabaya, Sidoarjo dan

47 Manfred B. Steger, 2002, Globalisme Bangkitnya Ideologi Pasar, Yogyakarta: Lafadl Pustaka, hal

48 Sri Edi Swasono, Menegakkan Ideologi Pancasila; Daulat-Rakyat Versus Daulat-Pasar : The Real War : Perang Globalnya Nixon Sedang Terjadi, Yogyakarta: PUSTEP UGM, 2005, hal 5-6

Gresik merupakan wilayah yang jumlah perusahaan yang ada lebih banyak dari pada daerah Jawa Timur lainya. Sehingga dampaknya proses pembangunan yang ada di Jawa Timur itu sendiri masih cukup lambat dan tidak merata.

Dengan adanya Peraturan Daerah tersebut mengatur mengenai pelaksanaan implementasi program CSR perusahaan yang ada di Jawa Timur yang nantinya akan disinergiskan dengan program pembangunan daerah agar nantinya bisa terjadi percepatan dan pemerataan pembangunan dikarenakan jika hanya mengandalkan dengan dana dari APBD dan APBN belum maksimal sehingga perlu terintegritas dengan dunia usaha.