LINGKUNGAN SEKITAR FAKULTAS HUKUM

4.3 LINGKUNGAN SEKITAR FAKULTAS HUKUM

Jika melihat keberadaan gedung fakultas hukum, maka bangunannya yang berlantai dua, terpisah dari gedung fakultas yang lain, bahkan berdekatan dengan rumah penduduk. Di lingkungan sekitar fakultas hukum, masih banyak rumah penduduk asli Ciputat maupun bangunan baru yang telah dijadikan tempat usaha, seperti rumah makan atau ‘warteg’, foto copy, laundry, warnet, pulsa isi ulang, hingga penjahit dan pangkas rambut. Sedangkan rumah ibadah, berupa mesjid dan musholla, ada yang merupakan bangunan milik kampus dan ada pula yang merupakan bagian dari lingkungan penduduk sekitar, sehingga jika adzan berkumandang, sangat jelas terdengar dari ruangan perkuliahan.

Adapun penduduk yang berada sekitar gedung fakultas hukum saat ini tidak hanya penduduk asli setempat (Betawi - Ciputat), tetapi juga terdiri dari pendatang, yang umumnya berasal dari pulau Jawa (suku Sunda dan Jawa Tengah) dan beragama Islam. Bahkan beberapa dari pendatang membuka usaha yang berkaitan dengan kebutuhan mahasiswa, khususnya warung makan. Kang

Kiye, asal Solo misalnya, memulai usaha ‘warteg’ nya di sekitar kampus sejak tahun 1997 64 . Di antara ‘warteg’ yang lain, warung kang Kiye yang menyediakan berbagai masakan rumah sehari-

hari terlihat lebih ramai dikunjungi mahasiswa. Namun pada saat bulan ramadhan, seluruh warung makan dan minuman ditutup hingga menjelang waktu berbuka puasa. Hal ini menjadi ketentuan bersama (walaupun tidak tertulis) antara para penjual atau pedagang dengan pihak fakultas.

Namun di antara usaha yang ada di sekitar lingkungan fakultas hukum, tidak ada satupun yang menjual busana muslimah, khususnya jilbab. Kalaupun ada, hanya terdapat satu toko yang

64 Berdasarkan penuturan yang diceritakan langsung oleh nara sumber, pada saat wawancara sambil lalu, 30 April 2012.

Universitas Indonesia Universitas Indonesia

beragam warna dan modelnya 65 . Keadaan ini terlihat pula dengan beragam jenis jilbab yang digunakan di kalangan mahasiswi fakultas hukum, yang lebih banyak menggunakan jilbab

‘standar’ seperti pada umumnya, yaitu penggunaan jilbab sebagai penutup kepala dan leher, dan dapat dipadupadankan dengan pakaian yang dikenakan, seperti blus (dari bahan kaus) berlengan panjang dan celana jeans, atau celana berbahan kain biasa.

Keadaan ini menjadi berbeda jika melihat penggunaan jilbab di antara penduduk asli sekitar kampus, yang umumnya berjilbab dengan menggunakan pakaian panjang (gamis). Tetapi para pedagang perempuan yang membuka usaha di sekitar fakultas hukum, cenderung lebih banyak yang tidak menggunakan jilbab, kecuali isteri kang Kiye menggunakan jilbab seperti bergo (jilbab siap pakai) yang ada kalanya dipadukan dengan penggunaan pakaian semacam ‘daster’ berlengan pendek. Dengan keadaan ini menunjukkan bahwa suasana di lingkungan sekitar fakultas hukum dan universitas yang sekaligus menjadi area publik, bukan merupakan area yang sifatnya eksklusif, bukan merupakan perkampungan santri atau bersifat homogen, melainkan area akademik yang membaur dengan kehidupan masyarakat setempat yang juga diwarnai oleh keragaman akan praktek-praktek keagamaan dan tradisi budaya. Hal ini terlihat pada kehidupan masyarakat setempat yang dalam waktu tertentu mengadakan tahlilan (acara memperingati wafatnya seseorang), ataupun ritual lain yang tidak dikenal dalam pandangan Muhammadiyah. Hal ini umumnya dipengaruhi pula oleh tradisi yang dilakukan dalam masyarakat tersebut.

Dihadapkan pada kondisi tersebut dapat menunjukkan pula bahwa lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, khususnya fakultas hukum, merupakan lingkungan yang terbuka, tidak hanya didominasi oleh kaum Muhammadiyah, layaknya kampung Kauman, melainkan terdiri dari berbagai masyarakat yang berasal dari latar belakang budaya dan tradisi agama yang berbeda. Keadaan ini terlihat pula dari mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah dan memiliki tradisi keagamaan yang berbeda dengan Muhammadiyah, karena masyarakat setempat memiliki keragaman budaya maupun agama dan kebiasaannya masing-

65 Seperti yang dikemukakan oleh Lila (informan, bukan nama sebenarnya), dalam wawancara 4 Mei 2012

Universitas Indonesia Universitas Indonesia

diri dan didampingi seorang mentor 66 . Seluruh mahasiswa fakultas agama Islam tersebut menggunakan jilbab lebar (seperti mukena) berwarna hitam bahkan ada pula yang bercadar dan

terkesan memisahkan diri di antara mahasiswa lain yang berada di mesjid tersebut.