14. Potensi Masalah dalam Pengelolaan Keuangan Desa

Skema 4.14. Potensi Masalah dalam Pengelolaan Keuangan Desa

Sumber : Bahan hukum primer, 2015,diolah

Beberapa potensi permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Beberapa potensi permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Perencanaan dilakukan lewat Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan, yang disusun oleh Sekretaris Desa. RKPDesa tersebut kemudian disampaikan kepada Kepala Desa. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain untuk dievaluasi.

Guna mewujudkan pembangunan desa secara partisipatif, Pemerintah Daerah juga perlu membantu desa dalam menyediakan saluran keluhan/umpan balik oleh masyarakat atas RAPBDesa.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan di sini merupakan semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa, yang dilaksanakan melalui rekening kas desa.

Pada pelaksanaan tentu akan menemui berbagai hambatan tergantung desa bersangkutan. Contohnya dalam penggunaan teknologi, tentunya akan ada desa yang masih terbelakang dalam teknologi akuntansi, sebagian diperkirakan cepat beradaptasi, sebagian lagi sulit beradaptasi dengan teknologi akuntansi. Di satu sisi, desa diberi tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan sehingga untuk pencatatan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya seharusnya mengikuti standar akuntansi yang dikeluarkan pemerintah yang telah diatur dalam PP No.71/2010. 81 Namun di

sisi lain seperti yang diungkapkan Robert Endi Jaweng dalam diskusi “Prospek Implementasi UU No.6/2014″, terdapat masalah kapasitas

administrasi dan tata kelola aparat pemerintah desa yang masih minim serta sistem akuntabilitas dan pranata pengawasan yang masih lemah, termasuk belum kritisnya masyarakat atas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa. 82

81 Keuangan LSM, 2015, Pengelolaan Keuangan Desa dalam Kerangka UU Nomor 6 Tahun 2014 (online) , http://www.keuangandesa.com/2015/03/pengelolaan-keuangan-desa-dalam-kerangka-uu-

no-6-tahun-2014/, diakses 28 Agustus 2015. 82 Ibid.

c. Penatausahaan

Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa, dengan melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Bendahara Desa juga wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan buku kas umum, buku Kas Pembantu Pajak, dan buku Bank.

d. Pelaporan

Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa laporan semester pertama (realisasi APBD) dan laporan semester akhir tahun. Pemerintah melalui Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sudah menyiapkan standar akuntansi untuk pelaporan keuangan desa.

Guna memudahkan, laporan keuangan dana desa seharusnya menggunakan sistem akuntansi sederhana dan tidak rumit. Hal ini bertitik tolak kembali pada potensi masalah aspek SDM dan tata laksana. Hal ini senada dengan apa yang disebut oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi Budaya (FEB) Universitas Gajah Mada, Prof. Dr. Abdul Halim dalam seminar Tantangan Pengelolaan Dana Desa yang Akuntabel pada Juli lalu bahwa kapasitas SDM pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan desa masih sangat terbatas dan tidak merata sehingga akuntansi untuk desa perlu dibuat secara sederhana untuk memudahkan desa dalam impelementasinya agar

pengelolaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan. 83 Senada dengan itu Dr. Jan Hoesada, CPA dari Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP)

menyatakan dalam tulisannya tentang Desa, bahwa penyususnan PP tentang akuntansi dan pelaporan laporan keuangan desa harus dirangkai secara amat hati-hati. 84

e. Pertanggungjawaban

83 Patricia Vicka (Metro TV News.com), 2015, Pengelolaan Dana Desa Jangan Dipersulit (online) , http://jateng.metrotvnews.com/read/2015/07/31/152715/pengelolaan-dana-desa-jangan-

dipersulit, diakses 28 Agustus 2015. 84 Keuangan LSM, Loc. Cit.

Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dengan Peraturan Desa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Laporan dana desa yang disampaikan setiap semester dan ditujukan kepada Bupati/Walikota melalui camat, sama dengan mekanisme seperti yang tercantum dalam PP 43/2014. Deputi Bidang Pencegahan KPK dalam temuannya menyebut bahwa hal ini tentu menjadi tidak efektif dan efisien bagi desa dalam memenuhi kewajiban administratif karena dana desa yang sudah masuk ke dalam bagian APBDesa tentu sudah termasuk ke dalam laporan pertanggungjawaban APBDesa seperti yang tercantum dalam PP

43/2014. 85 Dengan jumlah 74.093 desa, maka upaya yang dilakukan juga bertahap. Pemerintah dan lembaga pengawas keuangan diharapkan secara bertahap menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal untuk mengelola dana desa tersebut. Sementara untuk peningkatan SDM juga harus didukung oleh sistem pengawasan yang baik serta diterapkannya mekanisme reward dan punishment sebagai sistem pengendalian agar tujuan dapat tercapai.

Dari lima point mekanisme dalam pengelolaan keuangan desa berdasarkan aturan hukum positif Indonesia di atas dapat diketahui bahwa sistem demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan tercermin dari metode penyusunan rencana kerja dan pendanaan dengan menggunakan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) hal ini juga sama dengan penyusunan rencana kerja pada tingkat nasional dan daerah yang masing-masing menggunakan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RKP K/L) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) provinsi, kabupaten dan kota.

Pasca lahirnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Januari 2015 lalu, tentunya banyak pihak seperti akademisi, peneliti, serta lembaga yang melakukan kajian pengelolaan keuangan desa tersebut. Berbagai masalah di atas, secara lebih jelas juga akan dipaparkan lewat hasil kajian oleh tim KPK sebagai salah satu bahan rujukan peneliti. Guna melakukan tindakan preventif,

85 Ibid.

Deputi Bidang Pencegahan KPK juga melakukan pemetaan dan analisis terhadap kelemahan sistem administrasi yang berisiko menimbulkan fraud dan korupsi dalam pengelolaan keuangan desa khususnya dalam pengelolaan dana desa dan alokasi dana desa. Pada Juni 2015 lalu, KPK mengundang Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDT) guna memaparkan hasil kajian timnya agar mampu menjadi mekanisme pemicu dalam upaya perbaikan dalam pengelolaan keuangan desa bersama semua pemangku kepentingan. 86 Mereka membagi potensi masalah ke dalam beberapa aspek, di antaranya: 87

a. potensi masalah dalam aspek regulasi dan kelembagaan,

b. potensi masalah dalam aspek tata laksana,

c. potensi masalah dalam aspek pengawasan,

d. potensi masalah dalam aspek sumber daya manusia, Keempat potensi masalah tersebut secara lebih rinci yang dapat

dijabarkan sebagai berikut: 88

a) Potensi Masalah dalam Regulasi dan Kelembagaan

1. Belum lengkapnya regulasi dan petunjuk teknis pelaksanaan yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan desa. Peraturan pelaksana yang meskipun sudah cukup lengkap tersebut, pada kemudian berimplikasi terhadap petunjuk teknis lainnya yang juga perlu segera ditetapkan, seperti Pertanggungjawaban dana bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

2. Potensi tumpang tindih kewenangan antara Kementerian Desa dan Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri (dalam urusan pembinaan dan pembangunan desa serta

86 Siwi Pramesti (SindoNews), 2015, KPK Temukan 14 Potensi Masalah Pengelolaan Dana Desa (online) ,

http://nasional.sindonews.com/read/1012030/13/kpk-temukan-14-potensi-masalah- pengelolaan-dana-desa-1434116438, diakses 26 Agustus 2015.

87 AntaraNews, 2015, KPK: Ada 14 Potensi Permasalahan Dana Desa (online), http://www.antaranews.com/berita/501199/kpk--ada-14-potensi-permasalahan-dana-desa,

diakes 26 Agustus 2015. 88 Deputi Bidang Pencegahan KPK, Loc. Cit.

monitoring dan evaluasi). Risiko yang dapat terjadi akibat tumpang tindih kewenangan ini, antara lain:

a. Lambatnya pengambilan keputusan di lapangan.

b. Risiko tumpang tindih anggaran program pembinaan di tingkat pusat.

c. Risiko minimnya efektifitas dan efisiensi kegiatan yang dilakukan K/L di tingkat pusat.

d. Risiko tumpang tindih substansi peraturan yang dikeluarkan masing-masing Kementerian.

e. Kebingungan di tingkat daerah ketika mengimplementasikan kebijakan, melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pusat.

b) Potensi Masalah dalam Tata Laksana

1. Kerangka waktu siklus pengelolaan anggaran desa sulit dipatuhi oleh desa

2. Belum adanya satuan harga baku barang/jasa yang dijadikan acuan bagi desa dalam menyusun APBDesa

3. APBDesa yang disusun tidak menggambarkan kebutuhan desa

4. Rencana penggunaan dan pertanggungjawaban APBDesa kurang transparan

5. Laporan pertanggungjawaban desa belum mengikuti standar dan rawan manipulasi

c) Potensi Masalah dalam Pengawasan

1. Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah oleh Inspektorat Daerah kurang efektif

2. Tidak optimalnya saluran pengaduan masyarakat untuk melaporkan kinerja perangkat desa yang mal-administrasi

3. Ruang lingkup evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh Camat belum jelas

d) Potensi Masalah dalam Sumber Daya Manusia

1. Potensi korupsi/fraud oleh tenaga pendamping akibat kelemahan aparat desa

Dari berbagai permasalahan di atas, juga dibutuhkan beberapa langkah yang harus ditempuh semua stakeholders agar pembangunan desa terwujud. Sebagai tambahan, rekomendasi Deputi Pencegahan KPK dalam laporan analisisnya sangat membantu memperkaya tulisan ini dan dapat menjadi rujukan, yakni sebagai berikut:

•Menyusun kesepakatan bersama terkait Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi

Penggunaan Dana untuk Desa (APBDesa). •Melakukan rivew penetapan proporsi alokasi Kemendesa PDTT

dasar dan mencantumkan besaran bobot untuk & Kemenkeu

tiap variabel sebagaimana pernah tercantum dalam PP No. 60 tahun 2014

•Revisi

Pemerintah terkait: penyusunan laporan pertanggungjawaban dan panduan evaluasi.

Peraturan

Kemendagri & •Menyusun sistem keuangan desa dan komponen

pelaporan pertanggungjawaban keuangan desa BPKP yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan desa

•Membentuk Tim Pengendali Pelaksanaan UU Kemenko PMK

Desa.

&Kemenpolhukam •Melakukan rakor berkala antara Kementerian

terkait

•Mengevaluasi dan merevisi norma dalam PP dan Permendagri terkait dengan pendapatan tetap perangkat desa sebagai acuan dasar setiap daerah,

pengawasan atas Kemendagri

pemerintahan desa dengan memasukkan aspek pengawasan partisipatif oleh masyarakat, audit sosial, mekanisme pengaduan dan peran Inspektorat Daerah serta memperjelas fungsi evaluasi dan pengawasan Camat kepada Desa

•Menyusun petunjuk umum dan pedoman teknis tentang mekanisme rekrutmen, code of conduct, Kemendesa

evaluasi kinerja dan sanksi bagi pendamping PDTT

yang lalai

•Revisi Permendesa terkait Pengelolaan Tenaga

Pendamping

• Provinsu/Kab/Kota

menyediakan dukungan pendanaan dan SDM untuk peningkatan kualitas pengelolaan keuangan desa

•Melakukan pembinaan dan pendampingan serrta Pemda

membangun sistemnya

•Menyusun Perbup/Perwali tentang perkiraan satuan harga barang dan jasa sebagai acuuan dan tentang Pengelolaan dan pengendalian tenaga pendamping

mencakup juga tata cara rekrutmen, kode etik, mekanisme evaluasi kinerjadan sanksi bagi pendamping yang lalai

Sumber : Bahan Hukum Sekunder, diolah, 2015

Selain beberapa hal di atas, pelaksanaan alokasi dana desa juga mengalami berbagai kendala. Seperti dilansir pada harian Kompas edisi Jumat, 28 Agustus 2015 memantau bahwa di sejumlah wilayah di seluruh Indonesia masih banyak terdapat daerah yang belum menerima dana pembangunan desa. Banyak perangkat pemerintah yang tidak berani menggunakannya karena takut berimplikasi hukum. lebih lanjut lagi Kompas menjelaskan bahwa:

Beberapa perangkat desa di Palangkaraya, Nusa Tenggara Timur, Ponyianak, Temanggung dan Jember yang ditemui Kompas merasa kesulitan menyusun rencana penggunaan anggaran. Mereka khawatir dipidanakan jika salah membuat perencanaan. Kerumitan menyusun rencana pembangunan untuk penggunaan dana desa itu terjadi akibat minimnya pendampingan.

Pendampingan dalam proses pembangunan desa dengan membentuk tim pendamping juga tidakluput dari kendala. Seperti yang dialami oleh Kepala Desa Karangtunggal Kebupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, beliau mengaku bahwa dalam satu tahun ini, baru bertemu sekali dengan

pendamping desa. 89 Terkait dengan masalah pendampingan desa, perlu diperhatikan lebih seksama kualitas-kualitas sumber daya manusianya,

pengawasannya dan juga evaluasi yang mendalam agar pendamping desa yang terjaring benar-benar memenuhikualifikasi dan mampu mendorong desa dalam melakukan proses pembangunannya.

Permasalahan mengenai pengelolaan keuangan desa pasca diterbitkannya UU Desa juga disampaikan oleh sosiolog pedesaan IPB Bogor, Ivanovich Agutsa, bahwa kinerja anggaran pemerintah turun karena dipengaruhioleh penyerapan lebih dari 20 triliun dana desa dan 50 triliun alokasidana desa yang mana pemerintah desa enggan mencairkan dana segudan tersebut dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah: 90

a.) Terlambatnya laporan penggunaan dana desa yang seharusnya sudah masuk pada bulan Juni 2015. Terdapat ketidakjelasan formulir dan

89 Harian Kompas edisi Jumat 28 Agustus 2015, Dana Desa: Mendagri Geram Penyaluran Baru Mencapai 20 Persen

90 Ivanovich Agusta, Mencairkan Dana Desa, Harian Kompas Edisi Jumat 28 Agustus 2015, hlm.

pelampiran berdampak pada ketakutan pemerintah desa untuk menggunakan sampai dengan melaporkan penggunaan dana desa. Hal ini diperparah lagi dengan belum terwujudnya pendampingan desa. Padahal, kesalahan administratif laporan dapat berujungsakaan korupsi dan pemenjaraan bupati/walikota ataupun kepala desa

b.) Pemerintah desa masih memaknai Permendesa Nomor 5 Tahun 2015 lebih menekankan alokasi dana desa untuk infrastruktur. Padahal lembaga kemsyarakatan desa telah berpengalaman serta memmahami bahwaperencanaan, pelaksanaan, dan operasionalisasi fisik di atas 50 juta sulit dijalankan selama sisa empat bulan anggaran 2015

Agusta menambahkan bahwa yang paling aman dalam pemeriksaan pembangunan desa adalah formulir pelaporan dana yang dikeluarkan sendiri oleh Kementerian Keuangan. Sejauh ini, panduan teknis yang bersifat khusus tersebut mampu mempertegas pelaksanaan dan pelaporan kementerian teknis, 91 dalam hal ini adalah Kemendesa PDTT dan Kemendagri. Isi penting

panduan meliputi tata cara dan kebutuhan jenis dokumen perjanjian kerja sebagai dasar pencairan dana. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah rincian alokasi dana yang dibolehkan dan daftar kegiatan yang tidak boleh dilaksanakan. Penting memastikan jenis bukti pengeluaran dana dan dokumen

yang dinilai sah untuk pelaporan. 92 Hal inidiperlukan semata-mata untuk mencegah adanya mal-administrasi. Pemerintah harus memastikan panduan

pelaporan lengkap dengan lampirannya tersebar ke seluruh 74.045 desa selambatnya pada Agustus 2015 dan pelatihan seluruh perangkat desa tuntas pada September 2015.

Terlepas dari beberapa potensi masalah yang dimunculkan terhadap pengaturan mengenai pengelolaan keuangan desa, prinsip dan konsep dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa perlu diapresiasi karena dengan lahirnya Undang-Undang tentang Desa ini tidak saja memberikan legitimasi yang pasti tentang keberadaan desa tetapi juga merupakan perwujudan asas rekognisi dan penghormatan atas keberadaan desa di

91 Ibid. 92 Ibid.

Indonesia yang beragam dan tidak dapat disamakan seperti pengaturan- pengaturan yang telah sebelumnya. Hal yang masih perlu digarisbawahi adalah semangat positif yang hendak dihidupkan melalui Undang-Undang Desa perlu diimbangi dengan berbagai bnetuk aturan teknis dan pedoman yang lengkap dan terpadu serta kerjasama antar elemen pemerintah, masyarakat dan stakeholder untuk mewujudkan desa yang maju, kuat dan mandiri.