KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik adalah:

1. Pengertian pengelolaan keuangan desa adalah serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, yang dilaksanakan dalam masa 1 (satu) tahun anggaran. Tujuan pengelolaan keuangan desa tidak dapat dipisahkan dengan tujuan pengelolaan keuangan daerah yaitu Kabupaten/Kota. Hal ini telah ditegaskan pada bab sebelumnya bahwa perencanaan pembangunan desa yang tertuang dalam RPJM Desa disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah kabupaten/kota. Banyak sekali peraturan pelaksana terkait pengelolaan dana desa pasca disahkannya payung hukum khusus tentang desa. UU No. 6 tahun 2014, yang disahkan pada

15 Januari 2014 memiliki 2 (dua) Peraturan Pemerintah (PP) sebagai peraturan pelaksana, yakni PP No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa dan PP No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang disahkan pada 21 Juli 2014. PP ini kemudian dirubah kembali melalui PP No. 22 tahun 2015. Untuk pedoman teknis pelaksanaan kedua PP tersebut, Kementerian teknis terkait dalam hal ini adalah Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Desa PDTT, menyusun Peraturan Menteri yang menjadi acuan bagi pengelolaan dana di desa.

2. Suatu sistem pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari pengelolaan keuangan negara serta merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam pelaksanaannya tak lepas dari UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaaraan Negara, dan UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara, dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagai akibat dari penyerahan urusan pemerintahan. Presiden menyerahkan kekuasaan pengelolaan daerah kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang kemudian oleh tingkat daerah diserahkan lagi kepada desa untuk pembangunan desa lebih baik. Pengelolaan keuangan desa memiliki ruang lingkup pengelolaan yang tidak jauh berbeda dibandingkan pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah propinsi, kabupaten dan kota, yang minimal memenuhi ruang lingkup pengelolaan keuangan seperti perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban keuangan. Yang membedakan adalah pada frasa yang menunjuk pada pemerintah pusat dan daerah. Perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Badan Pemeriksa Keuangan selaku pemeriksa keuangan negara juga melakukaan pemeriksaan keuangan desa, ditambah dengan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan desa yang dapat dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP). Dari alur pertanggungjawaban memang tidak ada pertanggungjawaban langsung kepada pusat, sebagai konsekuensi dalam desentralisasi keuangan negara. Pengelolaan keuangan di daerah sebagai pelaksanaan sistem desentralisasi dalam kerangka Negara Kesatuan akan sangat bergantung pada beberapa aspek, di antaranya regulasi/ kelembagaan, tata laksana, pengawasan, dan SDM. Terkait aspek-aspek tersebut di tingkat pengelolaan keuangan desa masih mendapat catatan khusus yang perlu diperhatikan.

3. Pengelolaan keuangan desa berdasarkan regulasi yang telah ada juga mengalami beberapa potensi masalah, di antaranya oleh Tim Kajian KPK dilaporkan sebagai berikut:

a) potensi masalah dalam aspek regulasi dan kelembagaan,

b) potensi masalah dalam aspek tata laksana,

c) potensi masalah dalam aspek pengawasan, c) potensi masalah dalam aspek pengawasan,

B. Saran

1. Perlu dibentuk pedoman yang lebih teknis lagi terkait dengan format pengelolaan keuangan desa dari perencanaan sampai dengan laporan dan pertanguungjawaban agar pemerintah desa lebih mudah dalam menyusun rencana guna melaksanakan program-program desa dan mampu melaporkan pelaksanaan pembangunan desa dengan akuntabel, transparan dan partisipatif

2. Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Desa perlu melakukan koordinasi terkait dengan penyusunan kesepakatan bersama mengenai pengawasan, pemantauan dan evaluasi penggunaan dana desa untuk desa

3. Perlu adanya petunjuk umum dan pedoman teknis tentang mekanisme rekrutmen, codeof conduct, evaluasi kinerja bagi pendamping desa agar terdapat sanksi atau hukuman bagi pendamping pendamping yang lalai atau melanggar hukum

4. Perlu dibentuk Tim Pengendali Pelaksanaan UU Desa yang mampu melakukan koordinasi berkala antara Kementerian terkait. Tim pengendali

dikoordinasikan oleh Kemenkopolhukam

pelaksanaan

ini

dapat