Pengertian Desa

b. Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang

Pemerintah militer Jepang tidak banyak mengubah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Belanda sepanjang tidak merugikan startegi Perang Asia Timur Raya yang harus dimenangkan oleh Jepang. Selama 3,5 tahun Jepang menduduki Indonesia, IGO dan IGOB secara formal terus berlaku, hanya saja sebutan-sebutan untuk

kepala desa diseragamkan yaitu dengan sebutan Kuco. 54 Dengan demikian sekaligus mengubah sebut an desa menjadi “Ku”

Desa- desa di masa penjajahan Jepang dinilai sebagai bagian yang cukup vital bagi strategi memenangkan perang asia timur raya. Oleh karenanya desa dijadikan sebagai basis logistic perang yang berkewajiban untuk menyediakan logistik berupa pangan dan tenaga semasa perang. Pengertian Desa atau Ku selama pemerintahan Jepang adalah

Suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan peraturan perundang-undangan pemerintah Hindia Belanda serta pemerintah militer Jepang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu,

51 Unang Sunardjo, Op.Cit, hlm. 13 52 Peraturan mengenai pemerintahan desa yang letaknya di luar pulau jawa 53 Peraturan mengenai pemerintahan desa yang terletak di dalam pulau jawa 54 Unang, Op.cit, hlm. 15 51 Unang Sunardjo, Op.Cit, hlm. 13 52 Peraturan mengenai pemerintahan desa yang letaknya di luar pulau jawa 53 Peraturan mengenai pemerintahan desa yang terletak di dalam pulau jawa 54 Unang, Op.cit, hlm. 15

bagian dari sistem pertahanan militer. 55

c. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Pada tahun 1979 ditetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahandesa sebagai pengganti IGO dan IGOB. Secara substansial, UU ini sepenuhnya mencerminkan stelsel dan pendekatan IGO dan IGOB yang memisahkan pemerintahan desa dari pemerintahan daerah. Semestinya pemerintahan desa menjadi bagian integral pemerintahan daerah. Menurut Bagir Manan pemisahan ini dipengarruhi oleh konsepsi mengenai “mempertahankan keaslian desa dan hal tersebut

merupakan sutau pendekatan yang keliru. 56

Pengertian Desa dalamUndang-Undang ini tertulis dalam pasal 1 huruf a yang berbunyi Suatu wilayah yang ditempatioleh sejumlah penduduk sebagai

kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya Kesatuan masyarakat Hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Permasalahan yang ditimblukan dengan peraturan ini adalah adanya penyeragaman nama, bentuk, susunan,dan kedudukan pemerintahan desa.

Mengutip dari pendapat HAW Widjaya yang mengatakan bahwa: 57 Undang-Undang bertujuan untuk menyeragamkan nama,bentuk,

susunan,dan kedudukan Pemerintahan Desa. Undang-Undang ini mengatur tentang desa dari segi pemerintahannya,berbeda dengan pemerintahan Marga di samping mengatur pemerintahanjuuga mengatur adat istiadat.

55 Ibid 56 Bagir Manan, 2001, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, hlm 158 57 HAW Wijaya, 2003, Pemerintahan Desa/Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah: Suatu Telaah Administrasi Negara , Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 24

Sejatinya, dalam merumuskan suatu arah kebijakan hukum, pemerintahan desa memerlukan pengakuan dan penghormatan terhadap asal-usul yang bersifat istimewa pada eksistensi desa yakni dengan membebasan untuk menggunakan nama seperti dusun, marga, gampong,, nagari dan lain sebagainya yang bentuk dan susunan maupun mekanisme pemerintahan didasarkan pada adat istiadat masing-masing .

d. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

Salah satu politik hukum Undang-Undang Nomor 22Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah adalah kembali memasukkan pengaturan mengenai pemerintahan desa sebagai kesatuan yang integral dalam undang-undang pemerintahan daerah. Pasal1 butir o Undang-Undang Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah berbunyi :

Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang daiakui dalam

sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. 58

Undang-undang ini memberikan keleluasaan kepada pemerintah desa untuk menggunakan nama atau sebutan desa sesuai dengan hak asal- usulnya, tidak lagi dengan menyeragamkannama, bentuk, susunan, dan kedudukan desa seperti peraturan perundangan sebelumnya.

e. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Pada dasarnya undang-undang ini tidak banyak berbeda dengan undang-undang sebelumnya yakni UU Nomor 22 Tahun 1999 dalam perspektif pengaturan mengenai pemerintahan desa. Undang-Undang ini menginternalisasi pemerintahan desa sebagai bagian yang integral dari pemerintahand aerah dalam satu undang-undang.hal yang menarik dalam undang-undang ini adalah pensyaratan bagi pemangku jabatan sekretaris

58 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 60 58 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 60

Adapun pengertian desa menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah : Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut

desaadalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untukmengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. 59

f. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa melalui peruahan UUD NRI Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi

Negara mengakui dan menghormati keatuan-kesatuan masyarakat hukum adat berserta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesiayang diatur dalam undang-undang

Melalui konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan local self goverment diharapakan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah desa,ditata

sedemikian rupa menjadi desa dan desa adat. 60 Desa dan desa adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama. Sedangkan perbedanaanya

hanya terletak pada pelaksanaan hak asal-usul, terutama menyangkut pelestarian sosial desa adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat, sidang perdamaian adat pemeliharaan ketentraman dan ketertiban bagi masyarakat hukum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.

59 Pasal 1 angka 12 UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125

60 Ni’matul Huda, 2014,Perkembangan … Op.Cit, hlm. 394

Undang-undang ini menjelasakan secara lebih detail batasan pengertian desa. Dimaksud desa dalam undang-undang ini adalah: Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain

selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,kepentingan masayarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,hak asal-usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. 61

Berdasarkan pengertian desa di atas, dapat dipahami bahwa desa yang diatur dalamUndang-Undang ini adalah desa dan desa adat. Desa atau yang disebut dengan nama lain mempunyai karakteristik yang berlaku umum untuk seluruh Indonesia sedangkan desa adat atau yang disebut dengan nama lain mempunyai karakteristik yang berbeda dari desa pada umumnya terutama karena kuatnya pengaruh adat pada sistem pemerintahan lokal, pengelolaan sumber daya lokal,dan kehidupan sosial budaya desa.