Kajian Mengenai Desa Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

C. Kajian Mengenai Desa Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

1. Unsur Desa

Desa dan desa adat sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 62

a.) Wilayah desa Yaitu satu satuan wilayah yang tertentu batas-batasnya secara fisik terdiri atas unsur daratan, angkasa, dan bagi desa pantai, desa pulau atau desa kepualuan suatu perairan sebagai lokasi pemukiman dan sumber nafkah yang memenuhi persyaratan tertentu

b.) Penduduk atau masyarakat desa

61 Pasal 1 angka 1 UU Nomor6 tahun 2014 tentang Desa, lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 7

62 Taliziduhu Ndraha, Op.Cit, hlm.20-25

Yaitu setiap orang yang terdaftar sebagai penduduk atau bertempat kedudukan di dalam wilayah desa yang bersangkutan, tidak mempersoalkan dimana ia mencari nafkahnya

c.) Pemerintah desa Yakni satuan organisasi terendah pemerintahan republik Indonesia yang berdasarkan asas dekonsentrasi ditempatkan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada pemerintah wilayah kecamatan yang bersangkutan

2. Otonomi Desa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Secara konstitusional , bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan. Bunyi Pasal 1 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menayatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kesataun yang berbentuk republik menegaskan bahwa para pedniri negara telah dengan sengaja memilih bentuk negara kesatuan bagi Indonesia, bukan bentuk negara serikat dan juga bukan negara konfederasi. Konsekuensi dari konsep atau gagasan hukum NKRI bukan saja hanya desentralisasi kewenangan kepada daerah melainkan lebih dari itu yaitu pengakuan ataupun perlidungan terhadap adanya otonomi desa sebagai otonomi asli bangsa Indonesia. Dalam memahami konteks seperti tersebut, pengakuan atas kenekaragaman desa merupakan dasar utama dalam kerangka pemikiran otonomi daerah

Keterangan :

1 : otonomi desa 2 : otonomi daerah

3 :NKRI

Gambar 1.diagram konsep otonomi desa 63 Melihat diagram di atas menunjukkan bahwa otonomi desa harus

menjadi inti utama dari konsep NKRI dengan catatan bahwa otonomidesa bukan merupakan cabang dari otonomi daerah karena yangmenginspirasi adanya otonomi daerah yang khas di NKRI adalah otonomi desa. Otonomi desa harus menjadi pijakan dalam pembagian struktur ketatanegaraan Indonesia mulai dari pusat sampai ke daerah yang kemudian bermuara pada regulasi otonomi desa yang tetap berpedoman pada keaslian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum.

Unsur-unsur otonomi desa sebagaimana diungkapkan oleh Taliziduhu bahwa unsur-unsur otonomi desa yang terpemting antara lain adalah: 64

1.) Adat tertentu yang mengikat dan ditaati oleh masyarakat di desa yang bersangkutan; 2.) Tanah, pusaka dan kekayaan desa; 3.) Sumber-sumber pendapatan desa; 4.) Urusan rumah tangga desa; 5.) Pemerintah desa yang dipilih oleh dan dari kalangan masyaraat desa

yang bersangkutan yang sebagai alat desa memegang fungsi “mengurus”;

6.) Lembaga atau badan “perwakilan” atau musyawarah sang sepanjang penyelenggaraan urusan tumah tangga desa memegang fungsi mengatur.

Sebelum adanya UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, pada dasarnya eksistensi Desa sudah diakui selain dari Pasal 18B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah

63 Ateng Syafrudin,Op.Cit, hlm. 11 64 Talaziduhu Ndraha,Op.Cit,hlm. 9 63 Ateng Syafrudin,Op.Cit, hlm. 11 64 Talaziduhu Ndraha,Op.Cit,hlm. 9

2.) Kewenangan devolutif yaitu kewenangan yang melekat pada desa karena posisinya ditegaskan sebgai pemerintahan lokal (local-self governing);

3.) Kewenangan distributif yaitu kewenangandesa dalam bidang pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah kepada desa; 4.) Kewenangan negatif yaitu kewenangan desa menolak tugas pembantuan dari pemerintah jika tidak disertai pendukungnya atau jika tugas itu tidak sesuai dengan kondisi masyarakat setempat

3. Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut pasal 71 UU Nomor 6 Tahun 2014 Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban inilah yang kemudian menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan dan pengelolaan Keuangan Desa. Lebih lanjut lagi, pendapatan desa bersumber dari:

a.) Pendapatan asli desa terdiri atas hasil usaha,hasil aset, swadaya dan partisipasi,gotong royong dan lain-lain pendapatas asli desa; b.) Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; c.) Bagian dari hasil pajak daerah retribusi daerah kabupaten/kota; d.) Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbnagan

yang diterima kabupaten/kota;

65 Ateng Syafrudin dan Suprin Na’a. Op.cit, hlm. 46-47, lihat juga Pasal 206 UU Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 65 Ateng Syafrudin dan Suprin Na’a. Op.cit, hlm. 46-47, lihat juga Pasal 206 UU Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

f.) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; g.) Lain-lain pendapatan desa yang sah.

Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan berdasarkan asas kepentingan umum, fungsionalitas, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan kepastian nilai ekonomi. 66 Mengenai pengelolaan keuangan desa, lebih lanjut lagi dijelasakan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 bahwa pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,

pelaporan dan pertanggungjawaban. Implementasi dari keuangan desa tercermin dari APB Desa yangditerbitkan berdasarkan Peraturan Desa.

pelaksanaan,

penatausahaan,

Berdasarkan PP Desa, dasar penyusunan APBDesa adalah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa yang disusunberdasarkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) desauntuk jangka waktu

1 tahun. Sementara RPJM Desa disusun dalam jangka waktu 6 (enam) tahun melalui musyawarah. Rancangan APB Desa diajukan oleh Kepala Desa dan dimusyawarahkan dengan Badan Permusyawarahan Desa (BPD) sebagaimana diatur dalam Pasal 73 UU Desa. Bupati/Walikota memiliki kewenangan untuk melakukan evaluasi terhadap RAPB Desa yang diajukan Kepala Desa sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 69 ayat (4) UU Desa. Persetujuan Bupati/ Walikota terhadap RAPB Desa dalam rangka menilai ketepatan informasi yang diberikan Gubernur/ Bupati/ Walikota terkait sumber pendapatan desa yang bersumber dari APBN/ APBD sebagaimana Pasal 102 PP Tentang Desa.

66 Lihat Pasal 77 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

4. Pembangunan Desa

Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan Desa meliputi tahapan- tahapan sebagai berikut :

a.) Perencanaan Perencanaan pembangunan Desa disesuaikan dengan kewenangannya

mengacu kepada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Perencanaan pembangunan Desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat Desa yang mana pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang berkaitan dengan penetapan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan pembangunan Desa yang didanai oleh APBDesa, swadaya masyarakat desa, dan/atau berasal dari APBDKabupaten/Kota. Perencanaan pembangunan Desa dapat dilihat dari skema sebagai berikut:

dengan

Rencana Pembangunan RPJM DESA

Tahunan Desa atau (jangka waktu 6 tahun)

dijabarkan

RKPDesa (jangka waktu 1 tahun)

ditetapkan dalam digunakan sebagai

Perdes sebagai pedoman

satu-satunya penyusunan APBDesa

dokumen perencanaan di Desa

Gambar 1. Skema perencanaan pembangunan Desa (diolah penulis)

b.) Pelaksanaan Pelaksanaan pembangunan Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan semnagat kegotongroyongan dan dilaksanakan sesuai dengan RKPDesa. Pelaksanaan pembangunan Desa dilakukan dengan cara memanfaatkan kearifan lokal dan sumberdaya alam Desa yang tersedia, sedangkan pelaksanaan program sektoral yang masukke Desa, diinformasikan kepadaPemerintah Desa untuk dapat diintegrasikan dengan Pembangunan Desa

c.) Pengawasan Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa serta pemantuan terkait pelaksanaan pembangunan Desa. Teknisnya,masyarakat desa dapat melaporkan hasil pemantauan dan berbagai keluhan terhadap pelaksanaan pembangunan Desa kepada Badan Permusyawaratan

Desa

(BPD).

Pembangunan Desa Pembangunan Desa

kekeluargaan dan kegotongroyongan

rasa

kebersamaan,

pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.

guna