Gambaran Umum tentang Pengelolaan Keuangan Desa
1. Gambaran Umum tentang Pengelolaan Keuangan Desa
Pemerintahan desa merupakan bagian yang terintegrasi dengan pemerintahan daerah. Bagaimana tidak, daerah baik kabupaten/kota dan juga provinsi terdiri dari kumpulan desa-desa hingga membentuk pemerintahan yang lebih tinggi di atasnya. Pemerintah Desa merupakan sumber formil daripada kesatuan masyarakat desa. Pemerintah Desa sebagai badan kekuasaan terendah memiliki wewenang asli untuk mengatur rumah tangga sendiri juga memiliki wewenang dan kekuasaan sebagai pelimpahan secara bertahap dari pemerintahan di atasnya yakni pemerintah daerah dan
pemerintah pusat. 69 Konsep penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah yang lebih rendah tingkatannya adalah menggunakan prinsip m oney follow function, yang artinya setiapkegiatan yang diserahkan atau ditugaskan atau dilimpahkan kepada permerintah di bawahnya harus disertai dengan pembiayaan-pembiyaan untuk menjalankan wewenang
tersebut. 70 Konsep money follow function inilah yang kemudian mempengaruhi proses pengelolaan keuangan dari pusat ke deareh dan juga di
desa. Dalam negara kesatuan, pemilik kewenangan adalah pemerintah pusat yang kemudian didistribusikan kepada satuan-satuan pemerintahan di bawahnya. Oleh karena itu, posisi pemerintah daerah tidak kuat jika dihadapkan kepada pemerintah pusat, daerah lebih mudah untuk diarahkan sesuai dengan keinginan pemerintah pusat. Wolhof menyatakan bahwa karena seluruh kekuasaan beradad di pusat maka peraturan-peraturan pemerintah pusatlah yang menentukan bentuk dan susunan pemerintahan daerah otonom,
69 Sumber Saparin, 1979, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa,Ghalia Indonesia , Jakarta, hlm. 30
70 Abdul Halim dalam Seminar Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permasalahannya (Transparasi dan Akuntabilitas) di FakultasHukumUniversitas Gadjah Mada, pada tanggal 21 Mei 2015 70 Abdul Halim dalam Seminar Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permasalahannya (Transparasi dan Akuntabilitas) di FakultasHukumUniversitas Gadjah Mada, pada tanggal 21 Mei 2015
pemerintah pusat dengan daerah seperti daerah provinsi, kabupaten/kota dalam rangka otonomi sebenarnya membicarakan mengenaiisi rumah tangga daerah yang dalam perspektif hukum pemerintahan daerah disbut dengan urusan rumah tangga daerah (huishounding). Cara menentukan urusan rumah tangga daerah karena dengan hal tersebut mampu menunjukkan adanya kemandirian dan keleluasaan daerah mengatur dan mengurus kepentingan daerahnya.
Kewenangan desa terkait erat dengan pengelolaan keuangan desa karena berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh desa maka, sumber-sumber pedapatan dan dana desa diperoleh oleh perangkat desa dan dikelola guna mewujudkan pembangunan desa sesuai dengan kebutuhan dan partispasi masyarakat desa. Kewenangan desa diatur dalam Pasal 19 UU Desa yang meliputi :
a. Kewenangan berdasarkan hak asal-usul;
b. Kewenangan lokal berskala Desa;
c. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atauPemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Desa yang dimaksud dalam pasal di atas ditulis dengan bahasa hukum yang bersifat kumulatif. Terhadap hal ini kemudian Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang selanjutnya disebut dengan Kementerian Desadan PDDT membuat peraturan teknis mengenai pelaksanaan pembangunan desa yang secara berurutan yakni sebagai berikut :
71 Wolhof dalam Zein Zanibar, 2003, Otonomi Desa dengan Acuan Khusus pada Desa di Provinsi Sumatera Selatan, Disertasi UI, Jakarta, hlm. 107
1.) Peraturan Menteri Desa dan PDTT Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Berskala Lokal
2.) Peraturan Menteri Desa dan PDTT Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
3.) Peraturan Menteri Desa dan PDTT Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa 4.) Peraturan Menteri Desa dan PDTT Nomor 4 Tahun 2015 tentang BUM Desa 5.) Peraturan Menteri Desa dan PDTT Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa 6.) Peraturan Menteri Desa dan PDTT Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa dan PDTT tersebut kemudian memecah adanya permasalahan mengenai dualisme terkait pengaturan mengenai desa antara Kementerian Desa dan PDTT dan Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri dalam hal pengaturan mengenai desa hanya mengeluarkan satu pengaturan mengenai pengelolaan keuangan desa melalui Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dimana pedoman teknisnya kemudian dijabarkan lebih rinci oleh peraturan yang dikeluarkan oleh Kemendes
PDTT. 72 Berdasarkan pedoman pelaksana tersebut di atas, pedoman yang terkait
erat dengan pengelolaan keuangan desa adalah pedoman tentang kewenangan desa berdasarkan hak asal-usul dan pedoman mengenai prioritas penggunaan dana desa. Permendesa Nomor 1 Tahun 2015 diterbitkan guna untuk menginspirasi Desa dalam menyusun daftar kewenangan hak asal-usul yang
72 Anom Surya Putra, Prioritas Dana Desa untuk Kewenangan Lokal, Makalah dipresentasikan dalam acara diskusi tentang Permendes PDTT Nomor 5Tahun 2015 Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 diselenggarakan oleh Lembaga Manajemen Keuangan dan Ilmu Pemerintahan (MKIP) di Surabaya 6 Mei 2015, http://academia.edu/anomsuryaputra Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 diselenggarakan oleh Lembaga Manajemen Keuangan dan Ilmu Pemerintahan (MKIP) di Surabaya 6 Mei 2015, http://academia.edu/anomsuryaputra
Skema 4.1. Skema Kewenangan Desa berdasarkan Hak Asal Usul
Sumber : Bahan Hukum Sekunder, diolah, 2015
Selain itu, melalui Permendesa Nomor 1 Tahun 2015 juga menyusun daftar kewenangan lokal berskala desa dengan daftar kewenangan yang juga masih terbuka untuk dikritisi, dipilih dan ditambah sesuai dinamika dan prakarsa Desa setempat. 73 Daftar tersebut dapat dilihat dalam skema sebagai
berikut :
73 Ibid.
Skema 4.2. Daftar Kewenangan Lokal Berskala Desa
Sumber : Bahan Hukum Sekunder,diolah, 2015
Diatur dalam hal ini dapat dipahami bahwa Desa mempunyai kewenangan untuk melakukan pengaturan sendiri terkait dengan urusan atas kewenangan yang berkaitan dengan hal tersebut. Sedangkan untuk kewenangan lain yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Desa sebatas mengurus pelaksanaan tugas, tidak ikut serta mengatur. Penugasan dari satuan pemerintahan di atas Desa meliputi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembiayaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Penugasan- penugasan tersebut sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya menggunakan prinsip money follow function yang mana setiap tugas yang didelegasikan disertai dengan pembiayanaan guna terlaksananya program-program pembangunan desa.
Tujuan pengelolaan keuangan desa tidak dapat dipisahkan dengan tujuan pengelolaan keuangan daerah c.q Kabupaten/Kota. Hal ini telah ditegaskan pada bab sebelumnya bahwa perencanaan pembangunan desa yang tertuang dalam RPJM Desa disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah kabupaten/kota.Tujuan utama pengelolaan keuangan pemerintah daerah
diantaranya adalah sebagai berikut: 74 1.) Tanggung jawab
Pemerintah daerah harus dapat mempertanggungjawabkan tugas keuangannya kepada lembaga atau orang berkepentingan yang sah. Unsur-unsur penting tanggung jawab tersebut mencakup: Pertama, Keabsahan yakni setiap transaksi keuangan harus berpangkal pada wewenang hukum tertentu. Kedua, pengawasan yakni tata cara efektif untuk menjaga kekayaan uang dan barang, mencegah penghamburan dan penyelewengan serta memastikan semua pendapatn yang sah benar-benar terpungut, jelas sumbernya dan tepat penggunaannya.
2.) Memenuhi kewajiban Keuangan Keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semuaikatan keuangan baik jangka pendek dan jangka panjang
3.) Kejujuran Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai yang jujur dan kesempatan untuk bebuat kecurangan diperkecil
4.) Hasil Guna dan daya guna Tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah- rendahnya.
5.) Pengendalian Pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, misalnya DPRD Provinsia dan dewan pengawas harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat dicapai
74 Nick Devas dkk, 1989, Keuangan pemerintah Dearah di Indonesia , UI Press, Jakarta, 279-280
Sebelum diberlakukan mengenai Undang-Undang Desa tersendiri yakni UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pengaturan mengenai pengelaolaan keuangan desa telah mempunyai payung hukum sendiri sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang mengenai Keuangan Negara tersebut kemudian ditindaklanjuti melalui Permedagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa yang berdasarkan pada asas-asas sebagai berikut: 75
1.) Transparansi Artinya adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan mensyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah dengan maksud untuk menjamin akses ataukebebasan bagisetiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya serta hasil-hasil yang dicapai. Prinsip mengenai transparansi dapat diukur melalui sejumlah indikator sebagai berikut ini: a.) Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari
semua proses-proses pelayanan publik b.) Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik maupun proses-proses di dalam sektor publik
c.) Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi meupun penyimpangan tindakan aparat publikdi dalam kegiatan melayani.
2.) Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang badan hukum pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memilikihak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
3.) Partisipasi
75 Taufane Taufik, Pengelolaan Keuangan Desa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia , http://academia.edu/taufanetaufik/pengelolaankeuangandesa.html (online), 26 Agustus 2015
Partisipasi dalam hal ini adalah setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi masyarakat dalam penetuan kebijakan publik menjadi kekuatasn pendorong untuk mempercepat terpenuhinya prinsip akuntabilitas dari penyelenggara pemerintahan di desa.
Sedangkan dalam peraturan mengenai pengelolaan keuangan desa pada saat ini diatur melalui Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa khususnya dalam Pasal 2 ayat (1) yakni keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Disiplin anggaran dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa satu tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Berdasarkan pengaturan tersebut di atas, baik sebelum ataupun sesudah diberlakukannya Undang-Undang mengenai Desa, asas-asas dalam pengelolaan keuangan desa tidak mengalami banyak perubahan. Inti dalam pengelolaan keuangan desa umumnya harus mengedapankan asas transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat.