Analisis Kesesuaian antara Kinerja dengan Tujuan/ Sasaran

3. Analisis Kesesuaian antara Kinerja dengan Tujuan/ Sasaran

Teori dan metodologi yang termasuk kategori ini pada dasarnya mendefinisikan evaluasi sebagai proses menspesifikasi atau mengidentifikasi tujuan, sasaran, atau

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

standar kinerja; mengidentifikasi atau mengembangkan alat untuk mengukur kinerja; dan membandingkan data pengukuran yang dikumpulkan dengan tjuan atau sasaran yang sudah diidentifikasi sebelumnya atau standar untuk menentukan taraf diskrepansi atau kongruensi yang ada.

Barangkali tidak ada jenis evaluasi lain yang baru-baru ini mendapatkan lebih banyak perhatian dalam pustaka pendidikan tinggi, misalnya; pendidikan guru berbasis kompetensi, keberhasilan institusi dalam mencapai tujuan memberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan atau dalam menyiapkan mahasiswa meraih karier yang bermakna, merupakan beberapa topik evaluasi berorientasi tujuan yang sudah banyak dikenal.

Model evaluasi yang didasarkan pada definisi ini mengandung asumsi bahwa keputusan terpenting menyangkut hal yang akan dievaluasi bersifat relatif pada sasarannya dan kriteria yang ditentukan untuk menimbang keberhasilan atau kegagalan relatif dalam mencapai sasaran tersebut. Model Provus

(1973) 6 menekankan bahwa evaluasi jenis ini tidak semata-mata tertarik pada apakah satu sasaran tercapai atau tidak, yaitu, pencapaian satu tingkat kinerja yang sama dengan standar minimum, namun lebih pada pemaparan kinerja apapun tingkat yang dicapainya dan dalam menentukan alasan keberhasilan atau kegagalan relatifnya. Selanjutnya, Scriven telah menunjukkan bahwa jenis proses evaluasi ini dapat memainkan dua jenis peran dasar: peran formatif (evaluasi digunakan untuk meningkatkan proses atau proyek yang sedang berjalan dengan memberikan umpan-balik pada administrator yang bertugas),

dan peran sumatif (evaluasi produk selesai). 7 Bagaimanapun, diperlukan metodologi evaluasi resmi jika keputusan rasional akan diambil berkenaan dengan apakah program atau suatu hal akan dipelihara, ditingkatkan, diperluas, atau dihentikan. 8

6 Provus, M. (1973). Descrepancy evaluation. Berkeley, Calif.: McCutchan Publishing Corp.

7 Op. Cit. Hlm. 61-65. 8 Provus, M. Op. Cit. Hlm. 183-192.

Bagian Kedua: Isu-isu Metodologis

Desain evaluasi yang didasarkan pada kongruensi antara kinerja dengan definisi tujuan dapat bervariasi dari aplikasi sederhana teknik pretes-tritmen- postes (sebagaimana umumnya digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran mahasiswa) sampai jangkauan luas proses dan teknik yang lebih rumit. Meskipun demikian, satu pendekatan umum tak diragukan lagi mengandung unsur-unsur berikut:

1) Identifikasi tujuan atau sasaran proyek, program, atau hal lain yang akan dievaluasi;

2) Klarifikasi berbagai variabel yang mempengaruhi kinerja;

3) Identifikasi kriteria untuk mempertimbangkan kinerja;

4) Pengembangan atau identifikasi alat, teknik, dan prosedur pengumpulan informasi yang berkenaan dengan kinerja;

5) Pengumpulan data kinerja;

6) Perbandingan informasi menyangkut kinerja dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya (yang menghasilkan pertimbangan nilai); dan

7) Komunikasi hasil perbandingan pada audiensi yang sesuai. Beberapa distingsi penting di antara berbagai peran

evaluator, diajukan oleh para penulis model evaluasi agar dapat tercakup dalam kerangka umum ini. Misalnya, Scriven menyatakan bahwa dalam evaluasi formatif (berorientasi proses) evaluator seharusnya disiapkan tidak hanya untuk mengklarifikasi atau mengidentifikasi sasaran, namun juga membuat satu analisis nilai sasaran itu sendiri. Stake memiliki pendapat menyangkut hal ini yang bahkan selangkah lebih jauh dengan menegaskan bahwa evaluator ahli seharusnya dilibatkan dari awal setiap program atau proyek dan menjadi instrumen dalam mendefinisikan sasarannya - dengan demikian memastikan nilai dan fisibilitas pengumpulan data kinerja yang relevan. Manakala evaluasi sumatif (berorientasi produk akhir) dikehendaki, maka fungsi utama evaluator kemungkinan besar menjadi penentu setelah ada fakta (after- the-fact determination ) untuk tujuan proyek yang telah didefinisikan sebelumnya dan kriteria kinerja yang relevan

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

melalui interaksi dengan para peserta dan melalui reviu dokumentasi.

Selain peran interaktif evaluator bersama-sama para administrator dalam mengidentifikasi, mengembangkan, atau mempertimbangkan sasaran, jenis evaluasi ini menuntut agar evaluator menjadi seorang ahli dalam metodologi pengukuran yang berkaitan dengan kinerja ‘sesuatu’ yang akan dievaluasi, analisis data kinerja, dan perumusan laporan deskriptif yang bermakna. Baik Scriven maupun Stake menambahkan bahwa evaluator harus menjadi hakim yang mumpuni, mampu memberikan opini profesional yang cerdas berkenaan dengan nilai atau efektivitas ‘sesuatu’ yang akan dievaluasi sebagai tambahan informasi deskriptif yang menjadi landasan judgement-nya. 9

Metodologi yang digunakan dalam implementasi desain evaluasi sebagaimana metodologi yang dipaparkan di atas, akan mengandung unsur-unsur spesifik berikut:

a) pemeriksaan dokumentasi yang memaparkan ‘hal’ yang akan dievaluasi secara rinci;

b) interaksi kelompok kecil di antara staf evaluasi dengan personalia kunci agar dapat mendefinisikan variabel, tujuan, dan standar kinerja lebih jauh lagi;

c) analisis proses dan hubungan secara ketat;

d) identifikasi alat atau instrumen yang akan digunakan untuk mendapatkan data kinerja; pengumpulan dan pemrosesan data kinerja;

e) analisis data kinerja yang dibandingkan dengan sasaran dan standar;

f) perumusan judgements dan laporan; dan

g) akhirnya, mengkomunikasikan laporan. Karakteristik hasil yang diharapkan dari jenis evaluasi ini

telah disinggung beberapa kali dalam pembahasan sebelumnya. Ringkasnya, hasil yang dimaksudkan dari satu

9 Lihat Worthen, B.R. & Sanders, J.R. (1973). Educational evaluation: theory and practice. Worthington, Ohio: Charles A. Jones Publishing, Co. Hlm. 83-86, 103, 109.

Bagian Kedua: Isu-isu Metodologis

evaluasi semacam ini adalah judgement of worth (pertimbangan nilai) yang berkenaan dengan institusi, program, proses, atau segala sesuatu yang didasarkan pada interpretasi perbandingan antara data kinerja dengan tujuan atau standar kinerja. Pertimbangan itu sendiri bisa disampaikan oleh evaluator, atau oleh administrator berdasarkan informasi yang diberikan evaluator. Jika evaluasi yang dilaksanakan merupakan evaluasi jenis formatif, maka judgements dapat diambil berdasarkan pada basis yang masih berlaku untuk mengendalikan dan membentuk kinerja. Jika evaluasinya hanya bersifat sumatif, maka evaluasi tersebut terfokus pada produk atau hasil akhir sebagaimana dibandingkan dengan hasil yang dikehendaki pada satu kelompok mahasiswa yang baru saja menyelesaikan program itu sebagaimana dibandingkan dengan rumusan tujuan.