Evaluasi Berorientasi pada Keputusan

4. Evaluasi Berorientasi pada Keputusan

Saat ini ada dua model evaluasi pokok yang berorientasi pada keputusan: Model evaluasi CIPP (Context, Input, Proses, Produk ) yang dikembangkan oleh Komite Kajian Evaluasi Nasional Phi Delta Kappa (PDK), dan model yang dikembangkan Universitas California di Los Angeles (UCLA), yakni di Center for the Study of Evaluation. Dari segi praktis, kedua model itu sebenarnya memiliki karakteristik utama yang identik. Model CIPP berdasar pada definisi evaluasi sebagai “proses penggambaran, perolehan, dan penyediaan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif

keputusan.” 10 Sementara pada saat yang sama definisi UCLA menyatakan, “Evaluasi merupakan proses memastikan bidang keputusan yang menjadi perhatian, memilih informasi yang tepat, dan mengumpulkan serta menganalisis informasi agar dapat melaporkan data ringkasan yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam memilih beberapa alternatif.” 11

10 Stufflebeam, et.al. Op. Cit. Hlm. 40. 11 Alkin, M.G. (1972). Evaluation theory development. Dalam Weiss, C.H.

Evaluating action programs: Reading in social action and education. Boston: Allyn and Bacon. Hlm. 107.

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

Setelah membangun upaya komite PDK, Dressel baru-baru ini mengajukan satu definisi evaluasi untuk membantu mengambil keputusan yang berfokus terutama pada asumsi dan nilai karena definisi itu berhubungan dengan antisipasi prosedur dan tujuan yang dibandingkan dengan proses dan hasil sebenarnya. 12

Pada intinya model CIPP merupakan mekanisme umpan- balik kelembagaan yang disediakan untuk analisis berkelanjutan tentang kebutuhan informasi-keputusan dan untuk mendapatkan serta menyediakan informasi agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya mengimplementasikan prinsip-prinsip PPBS dan MIS terpadu di pendidikan tinggi merupakan contoh upaya untuk melembagakan mekanisme evaluasi berorientasi pada tujuan yang sistematis. Meskipun diakui dengan input dari komunitas pendidikan tinggi - dan institusi pengguna individual mengalami kendala untuk menerima dan tetap bertahan dengan asumsi tentang tujuan dan proses kelembagaan yang bisa jadi sesuai atau bahkan tidak sama sekali dengan setting tertentu. Lagipula, sistem ini kurang atau lebih rigid dalam hal kemampuannya menghasilkan jenis baru informasi keputusan yang didasarkan pada umpan-balik dari para administrator. Sebaliknya, model CIPP mengusulkan fleksibilitas maksimum sebagai bahan yang terpenting.

Empat dari asumsi dasar yang mendasari model CIPP telah dinyatakan oleh Stufflebeam: 13 [19, pp. 129-30]:

1) Evaluasi dilaksanakan untuk membantu pengambilan keputusan, karenanya, evaluasi harus memberikan informasi yang berguna bagi pengambil- keputusan;

2) Evaluasi merupakan satu proses berdaur, berkelanjutan dan karenanya harus diimplementasikan melalui satu program yang sistematis;

12 Dressel, P.L. (1976). Handbook of academic evaluation. San Fransisco: Jossey- Bass. Hlm. 12.

13 Op. Cit. Hlm. 129-130.

Bagian Kedua: Isu-isu Metodologis

3) Proses evaluasi meliputi tiga langkah utama yaitu menggambarkan, mendapatkan, dan menyediakan. Langkah-langkah ini memberikan basis untuk metodologi evaluasi;

4) Langkah penggambaran dan penyediaan dalam proses evaluasi merupakan kegiatan antarmuka yang memerlukan kolaborasi antara evaluator dengan pengambil keputusan, sementara langkah untuk mendapatkan pada umumnya merupakan kegiatan teknis yang dilakukan oleh evaluator.

Konsep dasar lain yang menjadi landasan model CIPP adalah bahwa jenis keputusan yang berbeda memerlukan jenis input informasi yang berbeda pula. Empat jenis keputusan dasar telah diidentifikasi dan dibahas secara panjang lebar dalam buku PDK. Pemenuhan kebutuhan informasi terhadap keempat jenis keputusan itu merupakan orientasi nilai pokok dari pendekatan ini. Agar berhasil mencapai tujuan layanan bagi pengambil keputusan, maka model CIPP mengajukan empat jenis kegiatan evaluasi yang berbeda: evaluasi konteks (untuk membantu pengambil keputusan dalam menentukan sasarannya); evaluasi input (untuk mengklarifikasi keputusan yang berkenaan dengan perbedaan cara penggunaan sumberdaya agar dapat mencapai tujuan proyek); evaluasi proses (untuk memberikan umpan-balik berkala pada orang yang bertanggungjawab akan segala keputusan selama implementasi); dan evaluasi produk (untuk tujuan menilai dan memberikan interpretasi capaian proyek, apakah berada pada akhir siklus proyek atau pada pertengahan siklus, karena evaluasi ini berhubungan dengan keputusan menyangkut apakah kegiatan itu sebaiknya dilanjutkan, dimodifikasi, dihentikan, atau diulangi). Model UCLA dipahami sepanjang lini atau kebijakan umum yang sama meskipun terminologi yang digunakan berbeda.

Stufflebeam telah memberikan struktur logis desain evaluasi yang ia tegaskan sama untuk keempat kegiatan evaluasi primer seluruhnya (konteks, input, proses, dan

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

produk) yang dicakup dalam model CIPP. Struktur desain yang diajukan meliputi unsur dasar berikut: memfokuskan evaluasi (mengidentifikasi situasi keputusan tertentu yang akan dilayani dan membatasi kriteria yang akan digunakan dalam pertimbangan alternatif), dan pengumpulan, organisasi, analisis, serta pelaporan informasi.

Berkenaan dengan peran evaluator, dalam skala luas, Guba dan Stufflebeam telah mengusulkan penciptaan unit evaluasi di dalam organisasi, yang bisa mencakup hal berikut: individu yang terlibat dalam riset bertujuan untuk memberikan “lini-dasar dinamis” informasi deskriptif mengenai “decision arena ” (bidang keputusan) dari institusinya; orang yang ahli dalam mengidentifikasi cara alternatif menentukan kebutuhan kelembagaan dan kriteria untuk mempertimbangkan proses dan hasil; unit yang secara sistematis memelihara catatan mengenai proses atau segala sesuatu yang akan dievaluasi dan ukuran serta interpretasi capaian relatif dibandingkan dengan sasaran menengah maupun sasaran akhir; individu-individu yang terlibat dalam pengembangan dan implementasi instrumen untuk mengumpulkan data; pusat informasi yang terdiri dari orang-orang ahli dalam reduksi data, penyimpanan, pemangggilan kembali, dan teknik analisis data; dan bagian laporan yang berisi orang-orang yang ahli dalam menyoroti informasi dari segi “relevansi, skop, dan tingkat kepentingannya untuk proses keputusan.”

Pada situasi kehidupan nyata, semua fungsi yang dipaparkan di atas biasanya dilaksanakan oleh pejabat riset kelembagaan, tim pengembangan MIS, analis sistem dan programmer, unit-unit riset dan evaluasi – dengan berbagai tingkat koordinasi bergantung pada situasinya. Model CIPP memberikan kerangka yang berguna untuk menstrukturisasi tugas yang harus diserahkan pada seseorang jika ingin mewujudkan evaluasi berorientasi pada pengambilan keputusan sistematis.

Berkenaan dengan metodologi evaluasi, penulis model CIPP menegaskan bahwa “Metodologi evaluasi merupakan

Bagian Kedua: Isu-isu Metodologis

metodologi sistem informasi yang dirancang untuk menyediakan informasi suatu proyek, program, dan untuk keputusan menyangkut sistem.” Sebagaimana telah ditunjukkan di muka, desain evaluasi umumnya model CIPP meliputi tiga bidang pokok: pemerian kebutuhan informasi, rencana untuk memperoleh informasi itu, dan rencana untuk menyajikan informasi tersebut . Di dalam kategori umum itu, contoh tugas dan teknik metodologis tertentu meliputi; analisis sistem, konstruksi model jalur keputusan (decision path) di dalam organisasinya, identifikasi persyaratan laporan, identifikasi kebijakan berkenaan dengan akses data, identifikasi sumber informasi, seleksi instrumen yang sesuai, dan merancang kombinasi efektif antara media dengan sumberdaya personal untuk menyajikan informasi bagi pengambil keputusan dengan cara yang bermakna dan tepat waktu.

Ringkasnya, hasil yang diinginkan dari evaluasi semacam ini adalah pertukaran yang berkesinambungan antara evaluator dengan administrator berkenaan dengan kebutuhan informasi yang dikaitkan dengan berbagai keputusan krusial, dan keajegan arus informasi yang relevan, tepat waktu, dan dikumpulkan secara sistematis agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Interpretasi akhir data biasanya diasumsikan menjadi tanggung jawab administrator yang dilayani. Keahlian interpretatif evaluator lebih banyak ditujukan pada berbagai isu yang berhubungan dengan reduksi dan ekstraksi atau sintesis data dibanding pada makna sebagaimana evaluasi ini berhubungan dengan keputusan yang akan mempengaruhi kebijakan kelembagaan.