MASA TYLERIAN (1930 – 1945)

C. MASA TYLERIAN (1930 – 1945)

Ralph W. Tyler sangat berpengaruh di bidang pendidikan pada umumnya dan evaluasi pendidikan serta testing khususnya. Ia sering dirujuk, banyak pihak merasa cukup pantas menyebutnya sebagai bapak evaluasi pendidikan. Tyler mulai dengan mengkonseptualisasikan pandangan yang luas dan inovatif baik menyangkut kurikulum maupun evaluasi. Pandangan ini mengandaikan kurikulum sebagai satu rangkaian pengalaman sekolah yang secara luas direncanakan, didesain dan diimplementasikan agar dapat membantu siswa mencapai hasil perilaku yang telah ditentukan. Tyler menciptakan istilah “evaluasi pendidikan”, yang berarti menilai (assessing) tingkat pencapaian tujuan yang didambakan sebagai bagian dari program instruksional. Sepanjang awal dan pertengahan tahun 1930-an, ia menerapkan konseptualisasinya tentang evaluasi untuk membantu para instruktur di Ohio untuk meningkatkan kuliah dan tes yang diperlukan.

Selama masa ‘Great Depression’ yang parah, sekolah dan lembaga pendidikan lain mengalami stagnasi karena kurangnya sumberdaya dan (yang mungkin sama pentingnya) rasa optimisme. Sebagaimana yang dilakukan Roosevelt dalam program New Deal–nya, agar dapat melepaskan diri dari keterpurukan ekonomi, demikian juga John Dewey, dll. mencoba memperbarui pendidikan. Pembaruan pendidikan mulai dikenal sebagai Gerakan Pendidikan Progresif, dan gerakan ini mencerminkan filsafat pragmatisme dan menggunakan sarana yang diambil dari psikologi behavioristik.

Tyler terlibat secara langsung dalam Gerakan Pendidikan Progresif (GPP) pada saat ia diminta mengarahkan komponen riset the Eight-Year Study (Kajian selama delapan tahun) yang terkenal itu. The Eight-Year Study (1932-1940), yang didanai oleh Carnegie Corporation merupakan satu-satunya kajian luas terhadap perbedaan efektivitas berbagai jenis persekolahan sampai sesudah PD ke II. Salah satu pendorong munculnya kajian itu adalah pertanyaan mengenai keefektifan relatif

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

pengalaman sekolah lanjutan tradisional terhadap pengalaman ‘progressive secondary school’ di awal tahun 1930- an. Akibat dari pertanyaan ini, college terkemuka mulai menolak hak masuk para lulusan sekolah progresif karena sekolah itu dianggap tidak memiliki kredit untuk mata pelajaran tertentu. Agar dapat menuntaskan perdebatan pada tahun 1932, maka diusulkan eksperimen dan disepakati oleh lebih dari 300 colleges untuk melepaskan persyaratan admisi tradisionalnya bagi para lulusan dari sekitar 30 progressive secondary schools . Kinerja (prestasi) siswa di jenjang high school dan college dari lulusan progressive secondary schools dibandingkan dengan prestasi siswa di jenjang yang sama dari lulusan traditional secondary schools.

The Eight-Year Study memperkenalkan pada para pendidik di seluruh Amerika, pandangan evaluasi pendidikan yang lebih luas dan baru dibanding dengan pandangan yang digemari selama masa efisiensi dan testing. Evaluasi dikonsepsikan oleh Tyler sebagai satu perbandingan antara hasil yang diinginkan dengan hasil sebenarnya. Pandangannya tentang evaluasi dianggap oleh para pendukung sebagai pandangan yang mempunyai keuntungan mencolok dibanding pendekatan sebelumnya. Karena evaluasi aliran Tylerian melibatkan perbandingan internal antara hasil dengan tujuan, maka evaluasi ini tidak membutuhkan perbandingan yang mahal dan disruptif (mengacaukan) antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagaimana yang dituntut dalam eksperimen komparatif Rice. Karena membutuhkan pengukuran tujuan yang didefinisikan secara behavioristik, maka pendekatan ini memusatkan perhatiannya lebih pada hasil pembelajaran alih-alih masukan keorganisasian dan pengajaran, dengan demikian terhindar dari subjektivitas pertimbangan profesional atau pendekatan akreditasi; dan, karena ukurannya mencerminkan berbagai tujuan yang didefinisikan, maka tak perlu terkait erat dengan reliabilitas perbedaan skor individual. Lagipula, ukuran itu secara tipikal mencakup jangkauan variabel hasil yang jauh lebih besar

Bagian Pertama: Konsep-konsep Elementer

daripada ukuran yang berhubungan dengan tes acuan norma yang baku.

Jelasnya, sampai pertengahan tahun 1940-an Tyler telah meletakkan dasar, melalui usaha dan karya tulisnya, yang mempengaruhi secara luas bidang pendidikan pada umumnya dan bidang testing serta evaluasi pada khususnya selama 25 tahun ke depan.

D. MASA INNOCENCE 1946 – 1957

Madaus, Stufflebeam dan Scriven memberi label periode 1940–1957 sebagai Masa Innocence (kemurnian/keluguan), meskipun mereka bisa juga menyebutnya Masa Ignorance (kebodohan). Masa itu merupakan masa kemiskinan dan keputus-asaan di dalam kota dan di wilayah perdesaan, namun nyaris tak satupun kecuali para korbannya yang nampak dapat merasakan. Masa ini merupakan periode memuncaknya prasangka dan pemisahan diri, namun sebagian besar orang kulit-putih lupa pada penyakit ini. Masa ini adalah masa ketika konsumsi terlampau tinggi dan terjadi praktik penghambur-hamburan sumber daya alam yang meluas tanpa perhatian sedikitpun bahwa satu ketika sumber daya ini akan habis. Masa ini juga merupakan periode perkembangan industri dan kemampuan militer yang luas dengan upaya pengamanan yang minim terhadap ancaman kerusakan lingkungan dan tanpa mempertimbangkan pelestarian yang diperlukan generasi selanjutnya.

Hal yang lebih penting dari pokok tinjauan ini adalah adanya perluasan tawaran pendidikan, personalia, dan fasilitas. Gedung baru dibangun. Munculnya berbagai institusi pendidikan baru, seperti kolese-kolese eksperimen dan kolese komunitas. Sekolah-sekolah distrik yang kecil berkonsolidasi dengan yang lain agar dapat memberikan layanan pendidikan berjangkauan luas yang biasanya ada pada sistem sekolah lebih besar, yang meliputi; layanan kesehatan mental dan fisik, bimbingan, layanan makanan, pengajaran musik, program

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

keolahragaan yang diperluas, pendidikan bisnis dan teknik serta pendidikan kemasyarakatan. Animo ke pendidikan guru membengkak, dan pada umumnya terjadi peningkatan (secara dramatis) pendaftaran ke kolese. Untuk seluruh masyarakat (Amerika), akhir tahun 1940-an dan 1950-an merupakan saat untuk melupakan perang, meninggalkan depresi (masa malaise ), membangun dan memperluas kemampuan, serta berupaya untuk mendapatkan sumber daya dan merekayasa serta menikmati “kehidupan yang menyenangkan.”

Evaluasi pendidikan mencerminkan suasana umum masyarakat dan pendidikan. Manakala terjadi perluasan besar- besaran di bidang pendidikan, rasa optimisme, berlimpahnya cadangan hasil pajak, dan nyaris tanpa kekhawatiran yang dapat mendorong penghematan sumber daya, maka masyarakat tidak merasa perlu untuk menuntut secara berlebihan pertanggungjawaban guru. Permintaan agar guru mendemonstrasikan keefisienan dan keefektifan upaya pengembangannya jarang terjadi. Guru masih membahas dan menulis tentang evaluasi, dan mereka juga masih mengumpulkan banyak data yang biasanya untuk membenarkan kebutuhan akan perluasan atau untuk memperluas program baru. Meskipun demikian, hanya ada sejumlah kecil bukti bahwa data ini digunakan untuk mempertimbangkan dan meningkatkan kualitas program atau bukti bahwa data tersebut dapat bermanfaat untuk tujuan seperti itu. Selama periode ini, muncul perkembangan beberapa aspek evaluasi; hal ini sejalan dengan perluasan berbagai teknologi yang terjadi pada saat itu. Khususnya, hal ini berlaku untuk pendekatan testing pada evaluasi, namun dapat juga diterapkan pada eksperimen komparatif dan pada pendekatan “konvergensi antara tujuan dengan hasil.” Poin utama di antara berbagai perkembangan ini adalah pertumbuhan tes baku (terstandardisasi). Selama periode ini, banyak diterbitkan tes baku nasional yang baru. Sekolah membeli per-seribu (by the thousands) dan juga menjadi langganan berat layanan analisis penskoran dengan mesin

Bagian Pertama: Konsep-konsep Elementer

yang disediakan oleh teknologi baru. Gerakan testing meledak lagi pada tahun 1942 ketika EF Lindquist, Ralph Tyler, dll. membantu membentuk Educational Testing Service.

Sampai tahun 1950-an, praktik testing terstandardisasi telah sangat meluas, dan berbagai organisasi profesional yang terlibat dalam testing mengawali serangkaian langkah yang direncanakan untuk mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan tes dari para anggotanya. Laporan yang terakhir mengakui adanya kebutuhan untuk memisahkan berbagai standar evaluasi program.

Selama periode ini, kecepatan perluasan testing bukan satu-satunya perkembangan teknis yang berhubungan dengan evaluasi program. Lindquist pada tahun 1953 memperluas dan merinci berbagai prinsip statistik desain eksperimen. Bertahun- tahun kemudian, banyak evaluator dan pendidik berpendapat bahwa persoalan upaya pemenuhan semua persyaratan asumsi desain eksperimen secara serentak (misal, constant tritmen, uncontaminated tritmen, randomly assigned subjects, stable study samples, dan unitary success criteria) dalam lingkungan sekolah tidak dapat diatasi.

Selama tahun 1950-an dan awal 1960-an juga banyak terjadi perkembangan teknis yang berhubungan dengan pandangan terhadap evaluasi dari para penganut Tyler. Karena implementasi pendekatan Tyler pada evaluasi mensyaratkan bahwa tujuan dan sasaran dinyatakan secara eksplisit, maka muncul kebutuhan untuk membantu guru dan para profesional lain agar dapat lebih baik dalam mengartikulasikan sasarannya. Berbagai teknik untuk membantu staf program menyebabkan sasaran atau tujuan mereka bersifat eksplisit, bersama-sama dengan dikembangkannya berbagai taksonomi tujuan pendidikan untuk mengisi kebutuhan ini. Alasan dasar Tyler juga digunakan untuk melatih guru dalam pengembangan tes.

Sebagaimana sebelumnya, sepanjang periode ini evaluasi terutama ada di dalam bidang agensi local. Pemerintah belum benar-benar terlibat secara mendalam di berbagai program

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

evaluasi. Dana pelaksanaan evaluasi berasal dari sumber keuangan lokal, yayasan, asosiasi sukarela seperti “dompet masyarakat”, atau organisasi profesional. Kurangnya ketergantungan pada uang pajak untuk kepentingan evaluasi akan berakhir dengan munculnya periode sejarah evaluasi berikutnya.