Evaluasi Responsif/Goal-free

5. Evaluasi Responsif/Goal-free

Konsep ‘goal-free’ merupakan definisi evaluasi yang relatif baru yang diajukan dan dikembangkan Scriven (1973). 14 Tema utama pendekatan ini adalah pengujian kritis institusi, proyek, program, atau ‘sesuatu’ tanpa menghiraukan tujuannya. Dengan kata lain, maksud goal-free evaluation (GFE) adalah

14 Op. Cit. Hlm. 12.

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

menyingkapkan dan mempertimbangkan pengaruh aktual (pengaruh yang sebenarnya) tanpa menghiraukan apa pengaruh yang dapat dimunculkan. Semua pendekatan evaluasi yang telah dibahas di muka bergantung pada semacam tujuan, standar atau kebutuhan informasi keputusan yang telah ditetapkan sebelumnya. Meskipun demikian, hal yang sering terjadi adalah bahwa evaluator menemukan informasi berkenaan dengan efek samping tak-dikehendaki dari satu proyek atau program yang kemungkinan pada beberapa segi lebih penting dibandingkan dengan informasi mengenai tujuan proyek atau putusan yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Misalnya, seorang evaluator bisa saja berpendapat bahwa program kependidikan yang dirancang untuk meningkatkan peluang ketenagakerjaan bagi kaum miskin minoritas telah sangat berhasil dalam mencapai tujuan tersebut, namun secara tak-disengaja telah mengakibatkan intensifikasi rasa bermusuhan rasial yang tak-dikehendaki di antara mereka yang tak lulus kualifikasi dalam program itu. Banyak laporan evaluasi mencakup informasi tentang efek samping ini bersama-sama dengan informasi yang berkenaan dengan pengaruh yang diharapkan. Meskipun demikian, informasi efek-samping itu kemungkinan diterima hanya secara sambil- lalu, dan informasi penting lain dari jenis yang sama ini, bisa jadi diabaikan sama sekali. Scriven menegaskan bahwa jika sasaran utama evaluasi adalah menaksir nilai hasilnya, maka mengapa harus dibuat perbedaan antara yang diharapkan dengan yang tak diharapkan?

Selain konsep GFE yang diajukan Scriven, pendekatan evaluasi yang disebut “evaluasi responsif” baru-baru ini juga telah diajukan Stake pada tahun 1974. Evaluasi responsif merupakan satu proses pemerolehan informasi yang bersifat “iteratif” (pengulangan) mengenai institusi, program atau proyek; dengan mendefinisikan berbagai isu kepentingan pada para konstituen; dan memaparkan kekuatan dan kelemahan yang menyangkut isu tersebut. Sasaran yang ditetapkan bisa

Bagian Kedua: Isu-isu Metodologis

sangat penting bisa juga tidak sesuai dengan isu yang diidentifikasi. Pada awalnya semua aspek dari hal yang akan dievaluasi dipertimbangkan, namun tidak satu unsur pun (apakah itu tujuan, sumberdaya, proses, atau peserta) diprakonsepsikan sebagai unsur yang lebih penting dibanding unsur lainnya bagi evaluator.

Seperti telah disebutkan, salah satu premis dasar GFE adalah bahwa upaya evaluasi bisa menelurkan hasil yang bernilai jika upaya tersebut tak terbebani oleh keterkaitan yang telah ditetapkan lebih dulu pada tujuan atau standarnya. Meskipun demikian, GFE tidak benar-benar bebas dari tujuan (goal-free) menurut artinya secara absolut. Evaluasi yang melibatkan pertimbangan merit memerlukan perbandingan dengan standar, dan evaluator harus memiliki ‘basis’ untuk menyeleksi hanya informasi tertentu mengenai satu proyek atau program dari keseluruhan pul informasi. Apa yang diusulkan dalam GFE adalah agar evaluator dapat memilih goals dengan konteks yang lebih luas, dan bukan sebaliknya yang hanya menonjolkan tujuan dalam pernyataan misi yang sudah dispesifikasi sebelumnya, rumusan tentang sasaran atau desain proyek. Dengan kata lain, evaluator dapat mengumpulkan informasi yang relevan dengan efek proyek karena informasi berhubungan dengan norma masyarakat, misalnya, bukti hipotetis meningkatnya permusuhan rasial yang disebabkan oleh program kesempatan ketenagakerjaan, merupakan hal penting karena kebutuhan yang diterima secara umum untuk mengurangi antagonisme jenis ini dalam masyarakat tempat kita tinggal atau jenis standar lain yang dikenal umum. Pada model evaluasi responsif, standar yang muncul dalam identifikasi isu dan yang disingkap evaluator merupakan standar penting bagi para konstituen yang peduli.

Konsep Scriven menyangkut GFE memerlukan desain evaluasi yang dipusatkan di sekeliling kumpulan informasi berkenaan dengan hasil atau kinerja sebenarnya. Untuk beberapa hal tertentu, evaluator tanpa ragu mengenakan asumsi yang menyangkut standar agar dapat

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

mempertimbangkan hasil atau pengaruh, namun Scriven menekankan bahwa evaluator seharusnya bebas memilih standar perbandingan itu dari rentang kemungkinan yang luas. Sekali informasi telah terkumpul dan dianalisis, maka evaluator tinggal melaporkannya.

Stake menjadi lebih eksplisit pada saat memberikan kerangka penuntun untuk mengadakan satu evaluasi responsif. Ia telah mengusulkan siklus kejadian utama berikut untuk menuntun proses evaluasi: (1) berbicara dengan klien, staff dan audiensi; (2) mengidentifikasi cakupan program; (3) meninjau kegiatan program; (4) menyingkapkan arah tujuan dan perhatian; (5) mengkonsepsikan isu dan permasalahan; (6) mengidentifikasi kebutuhan data (sesuai dengan isu yang teridentifikasi); (7) memilih pengamat, hakim, dan instrumen formal (jika ada); (8) mengamati anteseden, transaksi, dan hasil terpilih; (9) “tematisasikan” - siapkan studi kasus dan gambarannya; (10) padankan isu dengan audiensinya; dan (11) siapkan dan sampaikan presentasi dan laporan formal (jika ada). Semua kejadian ini tidak harus terjadi secara berturutan, namun muncul karena hasil dari rangkaian negosiasi dan interaksi yang kurang lebih berlangsung secara informal.

Dalam GFE evaluator dikonsepsikan sebagai seorang penyelidik yang memiliki keahlian mengidentifikasi berbagai hubungan dan hasil yang penting. Stake meminta evaluator responsif agar bekerja secara informal (dengan catatan tetap sistematis) dalam lingkungan interaksi bersama orang lain yang terus-menerus menarik kesimpulan dan informasi deskriptif dari pengobservasi dan reaksi orang yang terlibat di dalamnya. Jelas, hal ini menuntut agar evaluator memiliki keahlian dalam berinteraksi sosial, memberikan komentar dan opini yang jujur, dan dalam menanggapi serta mencatat segala percakapan. Selanjutnya, Stake menegaskan bahwa meskipun laporan formal merupakan bagian evaluasi responsif, namun banyak yang dapat diselesaikan atau dicapai melalui penggunaan penggambaran dan teknik komunikasi holistik

Bagian Kedua: Isu-isu Metodologis

yang seluruhnya dapat dikomunikasikan melalui cara lisan, misal dalam kancah diskusi informal.

Hasil akhir GFE harus menjadi informasi interpretif dan deskriptif akurat yang menyangkut berbagai aspek kinerja, pengaruh, dan capaian terpenting yang sebenarnya dari institusi, program, atau segala sesuatu yang akan dievaluasi. Interpretasi hasil oleh evaluator sebaiknya responsif terhadap perhatian individu yang terpengaruh, tidak peduli apakah mereka sekadar sebagai peserta program atau sebagai pemesan kajian itu. Meskipun masih belum mungkin untuk mengidentifikasi banyak situasi khusus tempat diterapkannya pendekatan evaluasi ini secara formal, namun evaluasi ini punya daya tarik besar bagi sebagian besar orang yang telah lama merasakan ketidaklayakan metode lain di dalam bidang khusus mereka, seperti evaluasi program kependidikan seni. Akibatnya, dengan mencakup penyelidikan informal dan kesaksian pribadi sebagai alat evaluasi, pendekatan ini dapat membantu melegitimasi berbagai metode yang memiliki daya tarik intuitif di banyak kondisi, tetapi yang sebelumnya kekurangan dukungan formal.