TEKNIK COST-EFFECTIVENESS

B. TEKNIK COST-EFFECTIVENESS

Penggunaan analisis cost-erffectiveness dalam evaluasi dapat ditunjukkan secara paling baik dengan menyusun ilustrasi sederhana mengenai pemakaiannya. Berdasarkan contoh hipotetis tersebut, dimensi tambahan yang diberikan oleh pendekatan itu untuk mengambil putusan sosial, kemungkinan dapat kita peroleh. Setelah ilustrasi ini, kita akan diupayakan paparan prinsip dan prosedur untuk mempertimbangkan dan mengukur costs dan effects (pengaruh).

Anggaplah, bahwa kita terlibat di dalam penilaian program yang dirancang untuk mengurangi angka residivisme (pengulangan kejahatan oleh mantan narapidana) dari penjara. Demi tujuan tugas ini, marilah kita mendefinisikan angka residivisme sebagai angka proporsi narapidana terdahulu yang ditangkap dan dihukum lagi karena tindakan kriminal dalam jangka waktu lima tahun setelah dibebaskan. Program yang ada merupakan program yang memelihara catatan menyangkut alamat dan status pekerjaan narapidana terdahulu, juga program yang mengharuskan mereka yang dibebaskan bersyarat agar secara periodik melapor pada para pejabat penjaminnya. Di luar hubungan pembukuan ini tak ada upaya sistematis untuk memberikan bantuan konseling dan pencarian pekerjaan maupun bantuan yang bersifat psikologis. Berdasarkan taksiran ini, nampak bahwa semua program memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada pendekatan yang berlaku, namun kombinasi perlakuan menunjukkan hasil terbaik, diikuti oleh program penempatan kerja dan program layanan psikologis. Pada situasi normal, evaluasi itu mungkin akan berakhir sampai pada penentuan untuk memilih program kombinasi, namun kita juga ingin meninjau biayanya.

Tabel 1 menunjukkan perbandingan cost-effectiveness hipotetis dari berbagai program anti residivisme bagi para napi yang dibebaskan. Tiga perlakuan eksperimen yang dibahas di muka dibandingkan dengan hasil dari program normal. Demi mudahnya, kita telah mengasumsikan bahwa setiap kelompok

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

terdiri dari jumlah yang sama (1000 orang). Ditunjukkan angka residivisme selama jangka-waktu 5 tahun, dan di bawahnya dengan tanda kurung dicatat penggolongan hasilnya (1 terbaik). Berdasarkan angka-angka ini, kita dapat mengkalkulasi jumlah orang yang tak memiliki sifat residivis, yang tidak tertangkap dan dihukum karena tindakan kriminal dalam jangka waktu 5 tahun sejak pembebasan mereka dari penjara.

Biaya total hipotetis untuk setiap program ditunjukkan pada baris berikutnya. Diasumsikan bahwa program normal merupakan yang termurah karena program ini pada dasarnya adalah pendekatan pengauditan atau akuntansi untuk memelihara informasi menyangkut lokasi dan kegiatan setiap eks-napi. Program penempatan kerja atau layanan psikologis lebih mahal, dan program kombinasi merupakan program yang paling mahal. Diasumsikan bahwa beberapa aspek program kombinasi dirangkapkan dalam program yang terpisah, sehingga biaya pendekatan kombinasi agak lebih murah daripada kombinasi total dua komponen terpisah. Pada saat biayanya dibagi diantara jumlah subjek pada masing- masing kelompok, jelas bahwa program normal merupakan program termutah dan program kombinasi menunjukkan biaya rata-rata tertinggi per orang.

Bagian Ketiga: Implikasi Evaluasi Program

Tabel 1 Komparasi Cost-effectiveness dari Berbagai Program Anti-

residivisme bagi Para Napi yang Dibebaskan

Namun biaya rata-rata tiap orang tidak berarti apa-apa sehubungan dengan biaya untuk memperoleh kriteria yang didambakan, yaitu pengurangan orang yang bersifat residivisme . Baris berikutnya membandingkan biaya rata-rata tiap orang yang memiliki sifat non-residivis. Menurut perbandingan ini program normal menunjukkan biaya rata- rata per orang termurah yang bersifat nonrecidivous, diikuti oleh program penempatan kerja dan program layanan psikologis, sedangkan program bimbingan nampaknya menjadi yang paling mahal. Namun perbandingan ini tidak valid samasekali karena program itu diyakini khusus untuk orang-orang yang kemungkinan tidak besifat recidivous (nonrecidivous) bahkan seandainya mereka itu tidak mengikuti program apapun. Misalnya, “program normal” sekadar merupakan upaya pembukuan. Walaupun memelihara

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

hubungan dan informasi reguler menyangkut berbagai kegiatan dan tempat berada para napi yang dibebaskan akan memiliki pengaruh terhadap kemungkinan untuk kembali melakukan kejahatan, namun kemungkinan besar bahwa tanpa program seperti itupun, sebagian orang yang cukup signifikan tersebut tak akan bersifat residivis. Jadi, pemakaian jumlah total nonrecidivious subjects (peserta non-residivis) sebagai basis kalkulasi mengecilkan biaya setiap ‘keberhasilan’, karena jumlah total tersebut mencakup setiap orang yang bersifat nonrecidivous sebagai satu kredit untuk programnya. Bias ini paling parah untuk program normal, namun juga jelas terbukti untuk kelompok lainnya.

Kalkulasi persiapan ini menuntun kita ke rangkaian hasil akhir pada tabel tersebut. Jika kita berasumsi bahwa diperlukan “program normal”, karena alasan hukum, maka kita tidak memiliki peluang untuk menyisihkannya. Dengan berasumsi bahwa setiap perlakuan lain juga memberikan kontak reguler dengan eks-napi dan juga mengumpulkan informasi yang relevan mengenai yang bersangkutan, maka pertanyaan kebijakannya adalah seberapa banyak biaya dapat dihemat oleh salah satu perlakuan tertentu. Dibandingkan dengan ‘program normal’, program lainnya seperti penempatan kerja, program layanan psikologis, dan program kombinasi memungkinkan 2.200; 1.100; dan 2.500 orang tambahan secara berturutan (dari 10.000 peserta), untuk menghindari perulangan kejahatan dan yang kembali ke penjara. Sebagaimana kita garis-bawahi dari angka residivisme, program kombinasi nampaknya merupakan program yang paling berhasil, diikuti program penempatan kerja dan layanan psikologis.

Namun biaya tambahan yang melampaui ‘program normal’ bervariasi di antara berbagai tritmen. Kalau program penempatan kerja membutuhkan biaya tambahan Rp 5 juta, program layanan psikologis sebesar Rp 4 juta, dan program kombinasi memerlukan biaya tambahan sebesar Rp 11 juta dibandingkan dengan pendekatan standar. Dari data ini kita

Bagian Ketiga: Implikasi Evaluasi Program

dapat mengkalkulasi biaya marginal atau tambahan untuk setiap peserta nonrecidivous tambahan. Ongkos ini bervariasi dari Rp 2.273 untuk program penempatan kerja sampai Rp 4.400 untuk pendekatan kombinasi. Dengan kata lain, biaya program penempatan kerja besarnya sekitar separuh dari biaya program kombinasi untuk mengurangi recidivisme per orang. Program layanan psikologis besar biayanya sekitar separuh per orang nonrecidivous tambahan.

Ringkasnya, meskipun hasil eksperimen menunjukkan bahwa program kombinasilah yang berhasil mengurangi residivisme, namun biayanya yang lebih besar merupakan kelemahannya yang utama. Agaknya, penempatan kerja menjadi pendekatan yang paling menjanjikan dari sudut pandang cost-effectiveness. Untuk menggambarkan pengaruh pilihan pendekatan, terhadap anggaran badan sosial yang mengatur program itu, kita dapat mengkalkulasikan bahwa biaya ‘penghematan’ dari pembebasan 1.000 orang napi tambahan agar tak kembali ke penjara adalah sekitar Rp 2.3 juta dengan program penempatan kerja, Rp 3.6 juta dengan program layanan psikologis, dan Rp 4.4 juta dengan program kombinasi.

Ilustrasi ini memperlihatkan beberapa pokok penting. Pertama , apa yang sering nampak sebagai program “yang paling efektif” mungkin saja tidak demikian bila dipandang dari segi cost-effectiveness. Dalam hal ini, govermental cost untuk setiap orang nonrecidivous tambahan besarnya sekitar dua kali lipat dibanding govermental cost dari perlakuan yang paling efektif yang telah diterapkan sebagai basis seleksi program. Kedua , penggolongan efektivitas tak hanya dapat berbeda dari penggolongan cost effectiveness, namun biaya sosial total penentuan pilihan yang keliru - karena tidak mempertimbangkan biaya program - bisa menjadi cukup besar. Ketiga, ukuran biaya yang berbeda bisa menimbulkan implikasi yang berbeda, sebagaimana ditunjukkan komparasi ‘besarnya angka’ biaya rata-rata setiap subjek, biaya rata-rata setiap subjek ‘nonrecidivous’, dan biaya marginal setiap subjek

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

‘nonrecidivous’ tambahan. Karenanya, penerapan komparasi biaya yang tepat agar dapat memperoleh hasil yang juga tepat merupakan satu keharusan.

Akhirnya, contoh khusus ini dapat digunakan untuk evaluasi cost-benefit berikutnya, karena menilai berbagai benefits pengurangan residivisme menurut sudut pandang moneter bukan merupakan upaya yang mustahil. Penurunan residivisme sama dengan pengurangan kejahatan yang menyertainya baik terhadap properti (hak milik) maupun terhadap orang lain. Pada gilirannya, hal ini dapat dievaluasi menurut pengurangan biaya sosial yang berhubungan dengan kejahatan tersebut, sebagaimana tercermin dalam penurunan kerusakan properti dan biaya medis serta hilangnya pendapatan yang berasal dari kematian dan luka pribadi. Selanjutnya, peningkatan pendapatan dan pajak ketenagakerjaan dari setiap orang nonrecidivous tambahan dapat diestimasi. Akhirnya, dapat dikalkulasi pengurangan biaya legal, penal (hukuman) dan sistem kepolisian, juga bantuan publik untuk ketergantungan napi, yang berhubungan dengan pengurangan kejahatan. Semua manfaat ini secara bersama- sama, dapat dibandingkan dengan biaya pengurangan jumlah residivisme, untuk menentukan nilai program tersebut dibandingkan dengan investasi sosial lain yang potensial.

Meskipun ilustrasi ini digunakan untuk menunjukkan kegunaan dari keterpaduan pengaruh berbagai aternatif dengan biayanya, namun ilustrasi tersebut tidak berfokus pada derivasi data biaya dan penggunaannya, juga tidak berfokus pada sifat konsep efektivitasnya. Pada dua bagian berikutnya kita akan mengemukakan pengukuran dan penerapan biaya, juga beberapa isu mengenai pengaruh pengukuran.