MASA PERLUASAN (1958 – 1972)

E. MASA PERLUASAN (1958 – 1972)

Masa ‘innocence’ evaluasi tiba-tiba berakhir dengan permintaan akan evaluasi proyek pengembangan kurikulum skala besar yang didanai oleh sumber keuangan federal pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an. Hal ini menandai akhir satu era dalam evaluasi dan awal perubahan mendalam yang menjadi saksi perluasan evaluasi sebagai satu industri dan profesi yan bergantung pada dukungan uang pajak.

Salah satu akibat dari peluncuran Sputnik I Rusia di tahun 1957, maka pemerintahan federal memberlakukan UU Pendidikan Pertahanan Nasional tahun 1950. Di antaranya, UU ini menyediakan program pendidikan baru di bidang matematika, sains, dan bahasa asing, juga memperluas layanan bimbingan konseling serta program testing di sekolah distrik. Diadakan sejumlah proyek pengembangan kurikulum nasional yang baru, khususnya di bidang sains dan matematika. Akibatnya, tersedia dana untuk mengevaluasi upaya pengembangan kurikulum ini.

Keempat pendekatan evaluasi yang telah banyak dibahas sejauh ini, disajikan pada berbagai evaluasi yang dilaksanakan selama periode ini. Pertama, pendekatan Tyler digunakan untuk membantu mendefinisikan tujuan kurikulum baru dan untuk menilai tingkat realisasinya. Kedua, dibuat tes baku nasional yang baru agar dapat mencerminkan tujuan dan kandungan kurikulum secara lebih baik. Ketiga, digunakan pendekatan professional judgement untuk melakukan pemeringkatan proposal dan untuk mencek secara periodik upaya para kontraktor. Akhirnya, banyak evaluator mengevaluasi upaya

Bagian Pertama: Konsep-konsep Elementer

pengembangan kurikulum melalui penggunaan eksperimen lapangan.

Pada awal tahun 1960-an, para pemuka di bidang evaluasi pendidikan mulai sadar bahwa usaha dan hasil yang mereka dapatkan, secara khusus tidak membantu para pengembang kurikulum maupun tidak bersifat responsif terhadap pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang ingin tahu mengenai efektivitas programnya. Komunitas evaluasi pendidikan yang terbaik dan paling cemerlang dilibatkan dalam upaya untuk mengevaluasi kurikulum baru ini; mereka didukung oleh dana yang pantas, dan mereka secara cermat menerapkan teknologi yang telah dikembangkan pada dekade yang lalu. Meskipun demikian, mereka juga mulai sadar bahwa upaya mereka tidak berhasil baik.

Asesmen negatif dicerminkan secara paling baik dalam artikel Cronbach yang terkenal pada tahun 1963. Dalam pandangannya terhadap berbagai upaya evaluasi yang baru lalu, ia mengkritik secara tajam konseptualisasi panduan evaluasi karena kurangnya relevansi dan kemanfaatan, dan manyarankan para evaluator agar beralih dari kecenderungan akan evaluasi pasca program yang didasarkan pada perbandingan skor tes dengan acuan norma dari kelompok eksperimental dan kelompok kontrol. Sebagai gantinya, ia menganjurkan para evaluator untuk melakukan konseptualisasi ulang terhadap evaluasi - tidak ditinjau dari perlombaan di antara program yang bersaing - namun sebagai satu proses pengumpulan dan pelaporan informasi yang dapat membantu menuntun pengembangan kurikulum. Cronbachlah orang pertama yang berargumentasi bahwa analisis dan pelaporan skor butir tes terbukti lebih berguna untuk para guru daripada pelaporan rata-rata skor total. Ketika untuk pertama kali diterbitkan, anjuran dan rekomendasi Cronbach tak mendapatkan perhatian luas, kecuali di lingkungan kecil para spesialis evaluasi. Meskipun demikian, artikel itu mempunyai kemungkinan untuk berkembang di masa depan, mengandung hipotesis mengenai

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

konseptualisasi dan kelakuan evaluasi yang akan diuji dan ternyata valid dalam waktu tak lama kemudian.

Pada tahun 1965, yang dituntun oleh visi Senator Hubert Humphrey, kepemimpinan karismatik Presiden John F. Kennedy, dan keahlian politik yang mumpuni dari Presiden Lyndon Johnson, dimaklumatkan perang terhadap kemiskinan. Program ini menguras bermilyar-milyar dollar demi reformasi yang bertujuan untuk menyamakan dan meng- upgrade peluang semua warga negara di sepanjang kesatuan layanan kesehatan, sosial dan pendidikan. Ekonomi yang meluas memungkinkan pemerintah federal menyediakan dana untuk segala macam program ini, dan ada dukungan tingkat nasional untuk pengembangan apa yang disebut Presiden Johnson sebagai “Great Society.”

Selain upaya besar-besaran untuk membantu orang melarat, muncul perhatian di beberapa bagian bahwa uang yang diinvestasikan ke dalam program tersebut bisa jadi hanya terbuang percuma jika tak diberlakukan persyaratan akuntabilitas yang layak. Sebagai reaksi terhadap keprihatinan tersebut, Senator Robert Kennedy dan beberapa koleganya di Kongres mengajukan amandemen untuk Elementary and Secondary Education Act (ESEA) tahun 1964 agar dapat mencakup persyaratan evaluasi khusus. Akibatnya, Pasal 1 Undang-undang itu, secara khusus menuntut agar setiap sekolah distrik yang menerima pendanaan berdasarkan persyaratannya untuk dapat mengevaluasi dengan menggunakan data tes baku yang sesuai, tingkat pencapaian tujuan atau sasaran proyek pasal tersebut pada setiap tahunnya. Persyaratan ini, dengan rujukan khususnya pada data tes baku dan asesmen kongruensi antara hasil dengan tujuan/sasaran, mencerminkan seni evaluasi program pada waktu itu. Lebih penting lagi, persyaratan itu memaksa pendidik untuk menggeser perhatiannya pada evaluasi pendidikan dari sudut pandang teori dan pengandaian ke sudut pandang praktik dan implementasi.

Bagian Pertama: Konsep-konsep Elementer

Ada persoalan lain yang muncul karena pemakaian tes baku: pendekatan semacam ini pada evaluasi berlawanan dengan ajaran menurut pendekatan Tylerian. Karena Tyler mengakui dan mendorong perbedaan tujuan di masing- masing daerah, maka sukarlah mengadaptasi model ini ke berbagai program testing baku tingkat nasional. Agar dapat layak dari segi komersial, berbagai program tes baku ini sampai tingkat tertentu harus mengabaikan tujuan yang ditekankan oleh daerah tertentu demi terciptanya tujuan mayoritas distrik. Apalagi, terdapat kekurangan informasi mengenai kebutuhan dan tingkat prestasi anak miskin, yang dapat menuntun pendidik dalam mengembangkan tujuan behavioristik yang sangat bermakna bagi populasi pebelajar ini.

Kegagalan upaya untuk memisahkan pengaruh proyek Pasal 1 melalui penggunaan desain kelompok eksperimental/ kontrol terutama disebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi berbagai asumsi yang disyaratkan oleh desain seperti itu. Lagipula, kunjungan situs proyek oleh para ahli (sementara digunakan secara ekstensif oleh sponsor pemerintahan) tidak dapat diterima sebagai strategi evaluasi primer karena pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang kurang objektif dan dinyatakan secara tegas dalam legislasi.

Akibat merebaknya kegelisahan terhadap upaya evaluasi dan terhadap temuan negatif yang konsisten, maka kelompok persaudaraan kehormatan profesional Phi Delta Kappa membentuk Komite Kajian Nasional menyangkut evaluasi. Setelah mengadakan survei lapangan, komite ini menyimpulkan bahwa evaluasi pendidikan “dicekam penyakit parah”, dan membutuhkan perkembangan teori dan metode evaluasi baru, juga untuk berbagai program pelatihan baru bagi para evaluator. Kira-kira pada saat yang nyaris bersamaan, mulai muncul banyak konseptualisasi baru mengenai evaluasi. Ada yang mengusulkan informasi model Tyler; menunjukkan tes acuan kriteria sebagai alternatif selain tes acuan norma; menghimbau digunakannya pendekatan

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

analisis sistem untuk mengevaluasi program; dan pengenalan berbagai model evaluasi baru yang sangat berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Konseptualisasi ini mengakui adanya kebutuhan untuk mengevaluasi tujuan, mempertimbangkan input , memeriksa implementasi dan penyampaian layanan, juga mengukur berbagai hasil yang dikehendaki maupun yang tak dikehendaki. Mereka juga menekankan perlunya pertimbangan kemanfaatan atau nilai objek yang akan dievaluasi.

Akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an merupakan masa penuh semangat untuk mengadakan paparan, pembahasan, dan debat mengenai bagaimana evaluasi seharusnya dipahami; meskipun demikian, periode dalam sejarah evaluasi program ini berakhir dengan cerita sedih. Sejumlah evaluasi penting menghasilkan berbagai temuan negatif. Pertama, kajian Coleman yang terkenal, ’Equality of Educational Opprtunity ’ pada 1966, bersama lainnya, mendapatkan banyak perhatian. Khususnya pada kesimpulannya yang terkenal bahwa “sekolah tidak banyak memberi pengaruh pada prestasi anak, yang lepas dari dan tak bergantung pada latar belakang dan konteks sosial pada umumnnya.” Berbagai temuan yang mengecewakan memunculkan pertanyaan serius mengenai evaluasi pada umumnya dan metodologi tertentu. Bagi banyak pendukung program ini, kenyataan ini mempersiapkan periode lain berikutnya yang disebut Masa Profesionalisasi.