Mengukur Biaya

1. Mengukur Biaya

Pengukuran biaya akan menjadi tugas yang relatif mudah, jika hanya meneliti dengan cermat laporan akuntansi dan memilih angka-angka yang benar. Masalahnya tidak demikian. Hingga tingkat dimana evaluasi efektivitas-biaya masih berdasar pada eksperimen sosial, pengumpulan data biaya cenderung tidak built-in pada desain evaluasinya. Ketika berbagai usaha untuk mengumpulkan informasi seperti itu telah dikerahkan, datanya cenderung mentah dan tidak lengkap dibandingkan dengan data yang dikumpulkan melalui aspek eksperimen lain. Apabila data biaya yang agak akurat diambil untuk eksperimen, masih tidak jelas apakah informasi yang sama dapat digunakan sebagai basis untuk

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

implementasi kebijakan skala-penuh. Seringkali sulit memisahkan biaya pengembangan eksperimen dengan biaya pengoperasian program; biaya administrasi program yang sedang berjalan cenderung berbeda dengan biaya administrasi eksperimen penyeimbangnya; dan keistimewaan fase eksperimental mungkin tidak dapat di duplikasi pada aplikasi rutinnya.

Dalam kasus perbandingan efektivitas-biaya yang lebih berdasar pada evaluasi program aktual daripada evaluasi eksperimen, maka informasi bisa lebih mudah diturunkan. Namun, sebagaimana kita catat di atas, estimasi biaya bisa jadi tidak lengkap karena estimasi itu berdasar pada pengeluaran dibanding pada biaya semua sumberdaya yang termasuk di dalam programnya; dan klasifikasi biaya barangkali tidak sesuai bila digunakan untuk memilih alternatif kebijakan.

Dalam jangka panjang, solusi terbaik persoalan ini adalah dengan menyusun sistem informasi biaya sebagai bagian eksperimen sosial dan sebagai bagian integral dari program sosial itu sendiri. Prosedur ini akan memungkinkan pengukuran dan pemantauan biaya pada basis yang kontinyu dan secara relatif akurat. Diharapkan jumlah energi yang kian meningkat akan tercurah untuk mengintegrasikan informasi biaya ke dalam desain eksperimen dan program. Namun perbandingan efektivitas biaya harus ditentukan pada basis analisis sementara, hingga informasi seperti itu terkumpul secara rutin. Sayangnya, basis konsepsi untuk menyusun gambaran tentang biaya serupa, apakah dimasukkan ke dalam program yang akan dievaluasi ataukah dirancang sebagai satu usaha terpisah. Karenanya, dapat digunakan pendekatan keseluruhan sebagai model untuk pengukuran biaya.

Metode estimasi biaya yang dianjurkan di sini akan merupakan ingridient approach (pendekatan komposisi/unsur). Nama tersebut berasal dari fokus pada daftar langkah pertama diperlukannya unsur atau inputs oleh program, dan membebankan biaya pada dirinya hanya setelah semua unsur

Bagian Ketiga: Implikasi Evaluasi Program

dipertanggung-jawabkan. Pada awalnya prioritas ini nampak sepele, arti pentingnya bersumber dari upaya pencatatan daftar secara luas semua sumberdaya yang digunakan oleh program.

Tabel 2 menyajikan borang hipotetis untuk mengestimasi biaya. Pada kolom sebelah kanan semua unsur program didaftar berdasarkan kategori pokok. Komponen ini meliputi personalia, fasilitas atau ruang fisik, bahan dan perlengkapan, inputs lain, dan nilai waktu klien. Tujuan kolom unsur adalah untuk mencakup secara lengkap semua elemen yang diperlukan program serinci mungkin. Di dalam setiap kategori terdapat sub-kategori. Jadi, personalia dapat dibagi menjadi personalia administratif dan personalia jenis ini dapat dipecah lagi ke dalam berbagai jabatan spesifik seperti direktur, asisten direktur, sekretaris, tenaga klerikal, dll.

Dibuat kategori terpisah untuk nilai waktu klien dan input klien lain. Sebagaimana kita tegaskan di atas, sumberdaya ini sering diabaikan dalam kalkulasi biaya. Pengabaian seperti itu sama dengan mengasumsikan bahwa waktu klien tidak dihargai samasekali (bernilai nol), dan dengan anggapan ini maka pilihan kebijakan akan menjadi tidak peka pada beban yang dipikul oleh populasi penerima layanan. Seharusnya jumlah dan jenis hari yang dilalui oleh klien didaftar. Misalnya, untuk satu proyek kependidikan harus disediakan banyaknya tahun kerja yang dilalui oleh kelompok peserta didik tertentu. Program layanan kesehatan bisa menunjukkan jumlah hari pasien yang berhubungan dengan tritmen, yang mencakup waktu perjalanan dan penantian. Lagipula inputs dari klien lainnya harus dijelaskan di bagian ini, misal, persyaratan tuntutan transportasi agar mendapatkan layanan atau keharusan membeli beberapa unsur pelengkap yang diperlukan. Umpamanya, program kependidikan sering menuntut kelengkapan buku dan alat pribadi, dan banyak proyek sosial melibatkan komponen transportasi. Evaluasi biaya harus mempertimbangkan berbagai masukan (inputs) ini di dalam keseluruhan upayanya, tidak peduli apakah biaya itu bersifat pribadi atau sosial.

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

Tabel 2 Borang Hipotetis untuk Estimasi Biaya

& DDDDDDDDDDDDD DDDDDDDDDDDDD DDDDDDDDDDDDD +! DDDDDDDDDDDDD DDDDDDDDDDDDD DDDDDDDDDDDDD

E DDDDDDDDDDDDD DDDDDDDDDDDDD DDDDDDDDDDDDD 3

$ ! % DDDDDDDDDDDDD DDDDDDDDDDDDD DDDDDDDDDDDDD 6 !

Hal yang perlu digarisbawahi berkenaan dengan estimasi biaya adalah kemampuan dan kemauan untuk mencurahkan perhatian pada setiap kategori khusus sesuai dengan proporsi anggaran yang dicerminkan oleh komponen tersebut. Jadi, jika satu kategori mewakili 50% dari keseluruhan anggaran, maka analis seharusnya mengalokasikan sekitar separuh upayanya untuk mengembangkan estimasi biaya klasifikasi itu. Kategori yang hanya mewakilli 5% dari keseluruhan anggaran, hanya pantas mendapat perhatian tak lebih dari sebesar 5%. Alasan dari prinsip ini cukup jelas. Kekeliruan persentase kecil dalam mengestimasi kategori yang besar dapat menyebabkan akibat agregatif yang luas dalam pengukuran biaya, sementara kekeliruan persentase besar sekalipun di dalam mengestimasi

Bagian Ketiga: Implikasi Evaluasi Program

kategori yang sepele akan berdampak sangat kecil pada angka biaya secara keseluruhan.

Karena kategori personalia biasanya mewakili 70 sampai

80 persen keseluruhan anggaran, maka komponen ini layak mendapat bagian perhatian utama dalam mengestimasi biaya. Untungnya, biaya personalia biasanya bisa ditaksir dengan cara langsung melalui pengalaman biaya langsung, atau diambil dari program yang menggunakan kemampuan personalia serupa. Yang penting, tidak sekadar mencakup upah dan gaji, melainkan juga harus mencakup tunjangan dan biaya lain yang harus dibayar oleh pimpinan, seperti, kontribusi untuk kesehatan, dan asuransi cacat tubuh, rencana pensiun, dan berbagai payroll taxes seperti keamanan sosial. Biaya semacam ini bisa mencapai jumlah sepertiga gaji. Nilai personalia sukarelawan ditentukan oleh seberapa besar biayanya jika orang itu mendapat upah karena layanannya.

Biaya fasilitas biasanya lebih sulit diestimasi. Pada kasus yang paling sederhana, pembayaran sewa tahunan mewakili biaya tersebut. Di mana dibelinya bangunan itu, atau dimana fasilitas itu digunakan merupakan bagian dari upaya yang lebih luas, analisis biayanya akan lebih rumit. “Biaya tahunan” fasilitas yang telah dibeli diperoleh dengan mengestimasi bagian fasilitas yang habis dalam perode tahunan, juga opportunity cost investasi itu dalam arti bahwa investasi tersebut dapat menerima kemanfaatan sosial jika digunakan untuk yang lainnya. Aspek opportunity cost dapat diperoleh dengan menerapkan tingkat biaya yang layak dari nilai bersih investasi. Tingkat biaya yang sesuai bergantung pada sejumlah faktor yang cukup rumit, dan berbagai isu yang mendasarinya telah menjadi satu perdebatan hangat. Biasanya dikaitkan dengan tingkat bunga 5 sampai 20 persen.

Biaya depresiasi secara konseptual berdasar pada fakta bahwa fasilitas memiliki keterbatasan yang disebabkan pemakaian, sehingga pada prinsipnya sebagian dari fasilitas itu terkonsumsi oleh setiap tahun pemakaian. Jadi, jika satu bangunan dapat tetap bertahan selama 30 tahun, dan nilai

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

keselamatannya berkurang di akhir periode tersebut, maka sekitar sepertigapuluh dari bagian itu susut setiap tahunnya dengan menyesuaikan depresiasi tahunan konstan. Pada contoh ini, biaya depresiasi akan dikalkulasi dengan mengambil 1/30 dari original cost bangunan itu setiap tahun. Tambahannya akan menjadi opportunity costs dari investasi yang akan diperoleh dengan mengalikan tingkat bunga terpilih dikali nilai bangunan setelah depresiasi sekarang diperhitungkan.

Contoh sederhananya, andaikan satu proyek membeli bangunan seharga Rp 900.000 yang memiliki lama pakai 30 tahun. Dengan menggunakan metode kalkulasi biaya tahunan, depresiasi diperkirakan sebesar Rp 30.000/tahun; dan opportunity costs investasi itu bergantung pada seberapa besar investasi itu di depresiasi. Misalnya, jika bangunan itu berusia

15 tahun, dapat kita hitung biaya kesempatan untuk tahun ke enam belas hanya dari Rp 450.000, atau separuh dari original costs bangunan tersebut. Pada tingkat bunga sebesar 5%, opportunity costs akan mencapai jumlah Rp 22.500 (dalam tahun pertama, opportunity costs diestimasi sebesar Rp 45.000; tahun kedua Rp 43.500, tahun ketiga Rp 42.000; dst.). Lalu pada tahun ke enam belas biaya fasilitas itu menjadi sebesar Rp 30.000 untuk depresiasi, ditambah Rp 22.500 opportunity costs investasinya dengan biaya tahunan keseluruhan untuk tahun itu sebesar Rp 52.500.

Pengukuran biaya fasilitas mungkin memerlukan perhitungan yang ekstensif jika fasilitas dipakai bersama dengan program lain atau disediakan oleh perusahaan induk. Pada kasus pertama, fasilitas dan sumberdaya lain bisa dibagi bersama dengan sejumlah kegiatan yang mana hanya kegiatan tertentu yang menjadi fokus kajian efektivitas-biaya. Pada kasus yang terakhir, fasilitas itu - dipandang dari segi akuntansi - mungkin dapat dipisahkan dari entitas yang lebih besar. Ilustrasi dari fenomena ini adalah penentuan nilai fasilitas sekolah lanjutan yang dicurahkan untuk program drop-out, atau nilai fasilitas yang digunakan untuk klinik rawat-jalan yang berada di rumah sakit.

Bagian Ketiga: Implikasi Evaluasi Program

Ada beberapa metode estimasi biaya dari fasilitas seperti ini. Jika keseluruhan biaya fasilitas yang dipakai bersama dapat dipastikan dari keseluruhan sewa atau dengan mengestimasi depresiasi dan opportunity cost investasi dari fasilitas yang dimiliki, maka biasanya dimungkinkan untuk membagi rata biaya ini diantara berbagai satuan program. Basis untuk membagi rata biaya seharusnya menjadi common denominator (angka sebutan senama) untuk semua program seperti proporsi ruang yang digunakan oleh setiap program atau beberapa petunjuk yang relevan lainnya. Pendekatan ini juga dapat digunakan ketika disediakan berbagai fasilitas oleh perusahaan induk seperti rumah sakit, sekolah, atau pusat komunitas. Meskipun demikian, pada beberapa kasus, sulit mendapat informasi yang diperlukan untuk membagi rata biaya karena prosedur ini memerlukan data proyek lain atau tentang organisasi induk yang mungkin tidak sedang berpartisipasi atau tidak sedang dalam kerja-sama untuk melakukan evaluasi. Dalam kondisi demikian, seringkali penggunaan metode alternatif yang mengkaitkan nilai persewaan sama dengan sewa tahunan untuk fasilitas yang sebanding. Sebagai satu ilustrasi, asumsikan bahwa ruang dengan kualitas yang dapat dibandingkan bisa diperoleh pada lokasi serupa dengan harga sekitar Rp 2.000/tahun untuk setiap meter persegi, jika program yang sedang dievaluasi menggunakan sekitar 1.000 meter persegi, maka biaya fasilitas yang dikaitkan akan menjadi sebesar lebih-kurang Rp 2.000.000/tahun.

Pada umumnya, material dan perlengkapan serta input lain dapat dihargai atas dasar pengeluaran atau atas dasar nilai pasar jika barang tersebut telah didistribusikan. Nilai waktu klien dan input klien lainnya didasarkan pada pengeluaran langsung klien yang sudah jelas atau pada analisis nilai waktu klien. Kategori yang pertama bisa meliputi pembelanjaan buku, bahan, dan input kependidikan lain oleh klien dalam kasus persekolahan, atau biaya program kesehatan yang dibebankan secara pribadi, seperti resep dan transportasi. Kategori yang terakhir dimaksudkan untuk menilai waktu produktif kegiatan lain yang hilang, apakah

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

dalam pasaran tenaga kerja atau dalam rumah-tangga. Petunjuk praktis yang sering digunakan untuk menilai waktu klien adalah petunjuk penaksiran harga pasar sehubungan dengan pendapatan terdahulu. Agar dapat melakukan ini, perlu ditentukan komposisi usia, ras, dan jenis kelamin klien. Dari perincian ini dimungkinkan penggunaan data sensus mengenai pendapatan untuk menentukan opportunity cost.

2. Tritmen Waktu dalam Pengukuran Biaya

Kalau program memerlukan operasi selama lebih dari satu tahun untuk mulai diakui, maka perlu melakukan estimasi biaya setiap tahun. Meskipun demikian tak jadi soal, jika biayanya tidak bervariasi dari tahun ke tahun; karena banyak program berjangka lebih dari satu tahun memerlukan alokasi tambahan dalam periode awal untuk biaya pelatihan dan start- up (biaya awal untuk memulai) lainnya. Program lain mungkin membutuhkan biaya yang lebih tinggi pada tahun-tahun akhir. Sekadar menjumlahkan biaya tahunan selama beerapa tahun tidak memberikan basis yang sesuai untuk membandingkan program berjangka waktu lebih dari satu tahun yang biayanya punya pola waktu yang berbeda. Program yang mengalokasikan sejumlah besar biaya pada tahun-tahun awal tidak secara langsung dapat dibedakan dengan program yang mengalokasikan biaya pada tahun terakhir karena yang terdahulu memerlukan opportunity costs yang lebih tinggi dengan mengorbankan sumberdaya lebih awal. Jadi, sumberdaya itu diambil dari pemakaian alternatif untuk periode yang lebih lama daripada kalau sumberdaya itu digunakan pada tahun-tahun akhir dalam siklus programnya.

Sebagai ilustrasi, mari kita pertimbangkan dua program alternatif yang menunjukkan keseluruhan biaya sebesar Rp 800.000 selama periode lima tahun. Anggap saja program A menggunakan Rp 200.000 untuk tahun pertama dan Rp 25.000/tahun selama empat tahun berikutnya. Asumsikan program B menggunakan Rp 50.000/tahun selama empat tahun pertama dan Rp 300.000 untuk tahun terakhir. Meskipun kedua program itu menggunakan Rp 500.000 selama

Bagian Ketiga: Implikasi Evaluasi Program

periode 5 tahun, namun beban sosial untuk program A lebih besar.

Salah satu cara untuk memahami konsep ini adalah dengan mempertimbangkan proyek itu sebagai rekening bank sebesar Rp 500.000 dalam bentuk deposito awal. Karena rekening A diambil lebih awal daripada rekening B, maka rekening A akan menghasilkan bunga dalam jumlah yang lebih kecil, dimana bunga yang diterima menggambarkan produktivitas investasi bank. Yaitu, ketika uang dibelanjakan untuk program tertentu; maka uang itu tidak dapat digunakan untuk upaya produktif lain yang akan diinvestasi oleh Bank. Jika kita berasumsi bahwa transaksi pengeluaran yang kita catat setiap tahun akan diwujudkan pada hari pertama tahun itu, maka rekening bank A (atau program A) akan mengakumulasi bunga sebesar Rp 43.500 pada tingkat bunga 5%, digabungkan setiap tahun selama periode lima tahun. Rekening bank B (atau program B) akan mengakumulasikan bunga sekitar Rp 85.500 selama periode yang sama.

Ringkasnya, pola pengeluaran yang tercermin dalam program A lebih mahal bagi masyarakat sebagaimana tercermin dalam pembayaran bunga terdahulu yang pada gilirannya mencerminkan produktivitas investasi dalam upaya alternatif. Hal ini merupakan salah satu dari beberapa tempat di mana argumentasi ekonomi nampak hemat. Uang yang dibelanjakan A kembali ke sirkulasi dengan melaksanakan produktivitasnya pada tahun pertama. Komitmen pengeluaran yang lebih awal dari program A meminta pengorbanan sumberdaya sosial yang lebih besar dibandingkan dengan komitmen pengeluaran program B meskipun keduanya membelanjakan jumlah yang sama (Rp 500.000) selama periode lima-tahun. Agar keduanya dapat diperbandingkan sehubungan dengan alokasi waktunya kita perlu mengkalkulasi present values arus pengeluaran mereka dengan mengabaikan future costs berdasarkan tingkat bunga yang mencerminkan nilai usaha alternatif. Rumusan untuk mendapatkan present value dari arus biaya adalah:

Evaluasi Program: Teks Pilihan untuk Pemula

Xt

PVC =

t=1 Σ ______ t (1 + i)

di mana PVC mewakili arus biaya saat ini; X t menunjukkan biaya untuk tahun t; n menggambarkan tahun akhir tempat munculnya biaya; dan i menggambarkan tingkat diskon atau bunga yang pantas. Seperti yang telah digarisbawahi di atas, tingkat bunga dianggap mencerminkan tingkat keuntungan masyarakat karena pemakaian alternatif sumberdayanya, namun seleksi tingkat tertentu bergantung pada sejumlah pertimbangan. Kebanyakan kajian menggunakan tingkat 5– 10%; meskipun demikian, menseleksi sejumlah tingkatan dalam rentang yang layak merupakan satu tindakan bijak agar dapat memastikan sensitivitas hasilnya terhadap pilihan tingkat diskon.

Tabel 3 menerapkan pendekatan nilai kini (present values) untuk menganalisis biaya dua program yang disajikan di atas. Kolom pertama dan ketiga pada tabel menunjukkan alokasi biaya tahunan sepanjang rentang waktu 5 tahun untuk kedua alternatif. Kolom kedua dan keempat mengubah setiap biaya tahunan “mendatang” ini menjadi “nilai kini” dengan menerapkan tingkat bunga atau diskon 5% pada nilai kini dari formulasi biaya. Dengan demikian, biaya untuk tahun yang akan datang ditunjukkan menurut persamaan nilai kininya. Karena kita bersasumsi bahwa biaya setiap tahun akan dimunculkan pada hari pertama tahun itu, maka nilai-kini biaya tahun pertama juga merupakan biaya tahunan.

Bagian Ketiga: Implikasi Evaluasi Program

Tabel 3 Kalkulasi Present-value Arus Biaya untuk Dua Program

Meskipun demikian, setiap tahun berikutnya dibagi dengan (1 + i) t faktor dimana t diletakkan sama dengan 1 untuk biaya tahunan yang muncul pada tahun kedua. Ketika kita menambahkan nilai-kini terpisah dalam kolom 2 dan 4, kita temukan bahwa nilai-kini keseluruhan dari biaya program

A sebesar kurang lebih Rp 466.000 sedangkan untuk program

B hanya sebesar Rp 433.000. Jika program itu menunjukkan efektivitas yang sama, maka program B akan menjadi pilihan kebijakan yang lebih disukai karena biayanya yang lebih murah. Secara umum, setiap perbandingan program yang memiliki karakteristik biaya dengan perbedaan pola waktu perlu mengkonversi biaya tahunan menjadi nilai-kini agar dapat diperbandingkan di antara berbagai program.