KELEDAI BUL’AM

10. KELEDAI BUL’AM

Selama empat puluh tahun, Bani Israil hidup di padang yang luas dan tersesat. Mereka tidak pernah bisa keluar dari sana. Beberapa generasi telah mati di padang tersebut dan diganti dengan generasi-generasi baru.

Sebelum Nabi Musa a.s. wafat, ia berjanji bahwa dari generasi baru akan muncul, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, tidak bersujud kepada berhala, menyembah anak sapi jantan atau durhaka kepada Allah. Maka janji itu pun terbukti, mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ia menyuruh mereka untuk salat dan zakat serta jihad di jalan Allah. Akan tetapi nabi Musa wafat sebelum menyempurnakan cita-citanya memerdekakan Baitulmaqdis. Allah telah mewahyukan kepada Musa sebelum ia wafat untuk membuat perjanjian dengan mereka yang beriman, agar tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan beriman kepada Rasul.

Ketika mereka mampu melaksanakan kewajiban ini, ia menyuruh mereka untuk berperang dan mereka pun mentaatinya sehingga Allah mengampuni dosa-dosa mereka, menghilangkan siksa dari mereka semua dan Allah menaklukkan bagi mereka Baitulmaqdis yang berada di tangan kaum kafir al-Amalik.

Musa mempercayakan semangat pendidikannya kepada seorang pemuda, Yusya bin Nun, yang merupakan pelayannya. Ia juga memilih di antara pemuda-pemuda Bani Israil yang mempunyai kekuatan badan dan kekuatan iman untuk dijadikan tentara yang siap berperang di jalan Allah.

Pemuda-pemuda yang mempunyai kelebihan itu berjumlah duabelas orang. Mereka dipilih untuk menjadi pemimpin sekaligus panglima bagi kaumnya masing- masing. Allah telah mengancam mereka dengan siksa, jika mereka mengkhianati perjanjian itu.

Musa berkata kepada mereka, ―Jika setelah itu, diantara kamu ada yang kafir maka ia telah berpaling dari agama Allah.‖ Jumlah pemuda yang terdiri dari duabelas orang tersebut ditetapkan berdasarkan jumlah kaum dan kabilah Bani Israil. Bani Israil tersebut terdiri dari duabelas kabilah sesuai dengan jumlah putra Yaqub a.s. termasuk Nabi Yusuf a.s.

Pemuda-pemuda tersebut merupakan tentara-tentara mukmin yang dipimpin oleh Yusya bin Nun untuk berangkat ke Baitulmaqdis. Hal ini terjadi setelah wafatnya Nabi Musa a.s.

Di tanah al- Amalik, hiduplah Bul‘am bin Ba‘ura seorang pria saleh yang mengetahui ismu al- a‟zham (nama-nama Allah Yang Agung) yang jika dibaca dalam berdoa, maka doa tersebut akan dikabulkan.

Dia adalah seorang laki-laki yang dicintai oleh kaumnya, tetapi dia memisahkan diri dari mereka di padang pasir yang berada di negerinya. Ia hidup di gerejanya yang jauh dari kaumnya dari kekufuran mereka.

Dalam hati Bul‘am tidak terbersit untuk mengajak kaumnya beriman. Dia memilih uzlah (memisahkan diri) daripada mengajak manusia untuk beriman kepada

Allah Swt. Kaum al-Amalik mengetahui bahwa generasi baru dari kaum Musa telah muncul menjadi mujahid di jalan Allah. Mereka tidak memiliki sifat penakut sebagaimana dimiliki oleh orang-orang sebelumnya. Mereka memilih mati di jalan Allah untuk

Maka sadarlah mereka bahwa dalam memerangi Bani Israil mesti menggunakan tipudaya. Salah seorang di antara mereka berkata:

―Kita harus pergi menemui Bul‘am, meminta agar dia berdoa kepada Allah untuk membinasakan mereka. Dia itu doanya mustajab. Setiap hujan terhenti, kami selalu pergi menemuinya dan dia berdoa kepada Allah, maka hujan pun turun. Untuk itu

kita harus pergi kepadanya agar dia berdoa kepada Allah.‖ ―Ide yang bagus, kita temui dia,‖ kata sang gubernur. Maka semuanya pergi untuk menemui Bul‘am di tempat peribadatannya.

Setelah Allah mengangkat siksa-Nya, tentara Bani Israil senantiasa berada di padang pasir. Mereka baru bisa keluar dari padang yang luas dan menyesatkan setelah berada di dalamnya selama empat puluh tahun penuh, di mana mereka berada dalam satu kumpulan dan menetap di dalamnya, tanpa bisa keluar. Sekarang mereka sudah bisa keluar. Mereka bahagia dan menyadari bahwa ini merupakan pertolongan dari Allah.

Suatu ketika, Yusya berkhutbah di hadapan kaumnya: ―Wahai Bani Israil ingatlah nikmat yang telah Allah berikan kepadamu, ketika

Allah menyelamatkanmu dari Fir‘aun. Ia telah membunuh setiap anak laki-lakimu, mempermalukan istri-istrimu dan menghinakanmu dengan menjadi seorang hamba di tanah dan istananya. Andaikan kamu semua tidak beriman kepada Allah berkat petunjuk nabi-Nya, Musa, niscaya kamu akan tetap berada di tangan Firaun yang zalim yang telah Allah tenggelamkan ke dalam lautan. Allah telah menyelamatkanmu dan memilihmu sebagai orang-orang yang beriman kepada-Nya.

Dia telah menaungimu dengan awan dan menurunkan kepadamu manna (sejenis madu) dan salw ̂ (sejenis burung puyuh). Dan Dia telah menjadikan di antara kamu orang-orang yang merdeka (mempunyai hak kepemilikan). Diantaranya ada yang memiliki rumah dan pelayan serta Allah menurunkan rezeki kepadanya dari langit.

Janganlah kamu semua menjadi seperti orang-orang yang berkata kepada Musa: ‗Pergilah engkau dan Tuhanmu untuk berperang, sungguh kami akan tetap di sini.‘

Akan tetapi berperanglah kalian semua di jalan Allah, menghadapi musuh- musuh-Nya hingga kamu bisa masuk ke tanah Muqaddas, nikmat dan berkah terus- menerus turun kepadamu serta tidak ada kemarahan dan laknat di antara kamu. Ketahuilah bahwa kita tidak bisa menang dengan alat-alat perang, dan tidak juga dengan jumlah yang banyak, tapi kita dapat menang atas musuh-musuh kita hanya dengan senjata iman kepada Allah, dan percaya atas pertolongan-Nya. Andaikan kita maksiat kepada Allah, maka kita akan menjadi orang-orang yang hina dan musuh akan membinasakan kita. Untuk itu, maka tetaplah pergi ke tanah Muqaddas.‖

Seorang tentara berkata, ―Wahai Nabi Allah, kenapa kita harus ke tanah Muqaddas? Kenapa kita tidak berperang di tempat yang lain?‖ ―Karena Muqaddas merupakan tanah kakekmu, Ibrahim dan bapakmu, Yakub.

Baitulmaqdis adalah milik setiap mukmin. Oleh karena itu Allah menyuruhmu untuk membersihkannya dari kalangan al- Amalik yang menyembah berhala.‖

Yang lain berkata, ―Baitulmaqdis akan menjadi milik kita selamanya.‖ ―Baitulmaqdis akan menjadi milik orang-orang mukmin saja. Jika kamu inkar

kepada Allah dan maksiat kepada-Nya niscaya Allah akan melepaskannnya darimu dan kamu tidak akan bisa menjadi penduduk dan pemiliknya. Baitul Muqadas hanyalah kepada Allah dan maksiat kepada-Nya niscaya Allah akan melepaskannnya darimu dan kamu tidak akan bisa menjadi penduduk dan pemiliknya. Baitul Muqadas hanyalah

Keberanian telah menyelimuti seluruh jiwa tentara Bani Israil. Mereka berjalan untuk menemui musush-musuh mereka dari kalangan al-Amalik. Kekuatan mereka membuat mereka tidak takut menghadapi jumlah musuh mereka yang banyak.

Bahkan, iman merupakan ikrar sumpah mereka, kebenaran merupakan tujuan mereka dan mati syahid adalah cita-cita mereka, sehingga akhirnya mereka bisa memerdekakan tanah Muqaddas dari tangan orang-orang kafir penyembah berhala.

Di pihak lain, gubernur al-Amalik dan para panglimanya telah sampai ke gereja Bul‘am dan Bul‘am pun menyambut mereka. Mereka berkata, ―Keperluan kami datang

kepadamu adalah agar engkau berdoa untuk kehancuran tentara Ba ni Israil.‖ ―Bagaimana mungkin? Pemimpin mereka adalah nabi. Seorang nabi mempunyai

urusan dengan Allah, sedangkan aku tidak memiliki kekuasaan untuk mendoakan kebinasaan mereka‖.

―Jika engkau berdoa untuk mereka, nanti kami akan memberikan harta yang banyak dan engkau akan menjadi pemegang urusan kami. Kami akan mendengar kata-

katamu dan mengikuti pendapatmu. Kami tidak akan memutuskan suatu perkara tanpa persetujuanmu. Engkau akan menjadi orang pertama di negeri kami‖.

Bul‘am memandang mereka, dan setan pun telah membisiki hatinya. Apa yang mereka katakan telah menggugah hatinya. Ia menjadi tamak terhadap kehidupan dunia dan lupa terhadap apa yang ia tunggu-tunggu dari Allah, yaitu surga dan nikmat-nikmat yang tidak akan hilang selama taat kepada Allah. Ia juga telah berkhianat kepada kaumnya.

Setan telah mengalahkannya. Ia menjadi sesat dan menyesatkan. Ia telah menjual akhirat dan membeli dunia dengan menyepakati apa yang mereka pinta. Lalu ia menunggangi keledainya menuju tempat berkumpulnya tentara Bani Israil untuk berdoa demi kebinasaan mereka. Tetapi tiba-tiba keledainya tidak mau berjalan, bahkan terdiam di tempat.

Ia memukulnya dengan tongkat agar keledai itu bisa berdiri dan berjalan, tetapi keledai itu hanya melangkah sedikit lalu kembali diam di tempat, bahkan keledai itu malah tertidur di tanah. Bul‘am memukulnya lagi dengan pukulan yang lebih keras, dan keledai itu tiba- tiba berucap, ―Hai Bul‘am, mau pergi ke mana engkau? Sesungguhnya malaikat berada di depanku menolak dan mengembalikanku serta tidak mengijinkanku berjalan. Apakah engkau akan pergi ke nabi Allah, dan engkau akan berdoa demi kebinasaan kaumnya yang beriman? Ini tidak akan terjadi bagimu selamanya.‖

Tetapi Bul‘am sudah buta dari tanda-tanda kekuasaan Allah termasuk keadaan keledai yang bisa berbicara. Ia tetap memukulnya dengan pukulan yang lebih keras.

Benar-benar harta itu telah menghasudnya. Ia menginginkan martabat yang tinggi di kalangan kaumnya.

Akhirnya ia sampai ke sebuah gunung yang disebut Husban. Ia melihat markas tentara Bani Israil dan Yusya bin Nun. Lalu ia berdoa untuk mereka tetapi sekarang lidahnya tidak mau mentaatinya. Ketika dia berdoa untuk Yusya dan Bani Israil lidahnya terbalik sehingga dia berdoa untuk kebinasaan kaum dan dirinya sendiri.

Kaum Bul‘am memandangnya dengan heran, mengapa dia bisa melakukan seperti itu? Lalu ia mencoba untuk kedua kalinya, namun tetap lidahnya berdoa untuk diri dan kaumnya. Ketika mencoba yang ketiga kalinya lidahnya terkulai ke atas Kaum Bul‘am memandangnya dengan heran, mengapa dia bisa melakukan seperti itu? Lalu ia mencoba untuk kedua kalinya, namun tetap lidahnya berdoa untuk diri dan kaumnya. Ketika mencoba yang ketiga kalinya lidahnya terkulai ke atas

Ia berkata kepada kaumnya: ―Akhirat telah hilang dariku, yang tinggal hanyalah urusan dunia. Aku telah inkar kepada Allah ketika aku berdoa untuk nabi dan kaumnya sehingga Allah mengambil keberkahan ismu al- a‟zham dariku.

Maka doaku untuk mereka gagal sehingga aku tidak mendapatkan harta darimu, yang ada han yalah tipu daya dan kemakaran.‖ Mereka berkata, ‖Apa yang dapat kami lakukan?‖ ―Sesungguhnya Allah akan mengazab suatu kaum jika mereka buta terhadap hal

yang keji dan melakukan dosa. Jika engkau menginginkan agar Allah murka terhadap Yusa dan kaumnya, engkau hanya bisa melakukannya dengan cara mempercantik para wanita dari kaummu dan mengirimkan mereka sebagai wanita penjual diri kepada tentara Yahudi Bani Israil. Maka di saat ada salah seorang dari Bani Israil melakukan kekejian, Allah akan mengirimkan a zabnya terhadap mereka.‖ Pendapat ini pun disepakati mereka.

Tak lama kemudian, lewatlah seorang perempuan dari kalangan mereka kehadapan salah seorang tentara Bani Israil. Tentara itu pun tergoda dan melakukan kekejian bersama perempuan tersebut. Lalu Allah menurunkan tha‟un (sebuah penyakit yang mematikan) terhadap pelaku tersebut dan menular ke seluruh tentara Bani Israil. Maka sejumlah besar tentara mati, sebagai balasan atas kekejian mereka.

Suatu saat, seorang mukmin datang membawa tombak dan masuk ke dalam kemah yang di dalamnya terdapat pasangan yang sedang berzina. Lalu ia menikam keduanya dan membawa keduanya yang masih tertikam itu ke tengah-tengah lapangan sambil berkata:

―Ya Allah sesungguhnya aku telah membunuh orang yang maksiat terhadap-Mu

da n melakukan kekejian, maka hilangkanlah penyakit tha‘un. Allah pun menghilangkan penyakit tha‘un tersebut dari Bani Israil. Sekarang mereka tinggal berhadapan dengan

kaum al-Amalik.

Semua tipu daya kaum al-Amalik untuk mengalahkan Bani Israil gagal. Jalan lain hanyalah berperang antara dua kaum tersebut. Adapun Bul‘am, ia telah dilaknat oleh Allah ketika ia lebih memilih bumi dan

dunia serta melupakan langit dan akhirat. Ia menjadi seperti anjing. Jika engkau meninggalkannya, ia akan menjulurkan lidahnya dan menyalak, atau jika engkau memukulnya ia pun akan menjulurkan lidahnya dan menyalak. Di dunia ia dilaknat sementara di akhirat diazab.

Yusya bin Nun menyiapkan tentaranya untuk membebaskan Baitulmaqdis dari orang-orang kafir. Setelah ia menyebrang sungai Ardan, lalu sampailah ia ke kota Arihan dan ia mengalahkan para penjaga di sana.

Pengepungannya terhadap kota tersebut dilakukan selama enam bulan penuh. Kota ini memiliki tembok pertahanan yang kokoh dan tinggi serta merupakan kota kaum al-Amalik yang paling banyak penduduknya. Dengan pertolongan Allah, ia dapat mengalahkan kaum al-Amalik di kota ini. Setelah penaklukannya, ia pun dapat menaklukkan negeri demi negeri, kota demi kota, dan mengalahkan para panglima al- Amalik.

Namun setelah itu semua, dia belum bisa sampai ke Baitulmaqdis. Kaum al- Amalik menyadari bahwa jatuhnya Baitulmaqdis merupakan kehinaan yang sangat

Mereka lalu mengumpulkan tentaranya dan melakukan perjanjian untuk mempertahankan kota mereka. Bersamaan dengan ini Yusya dan tentaranya telah sampai ke Baitulmaqdis.

Dimulailah peperangan. Tidak ada suara yang melebihi kerasnya suara pedang. Tidak ada yang beterbangan di udara selain debu dan kerikil. Terdengar pula rintihan orang-orang yang luka. Suara takbir Bani Israil terdengar ke angkasa. Peperangan memanas dan pertempuran menyala-nyala. Kaum al-Amalik menyerang dan Bani Israil menekannya. Peperangan tersebut dimulai sejak pagi-pagi sekali dan berlanjut sepanjang hari dalam keadaan yang tidak menyenangkan seperti halnya yang dirasakan kaum al-Amalik. Siang hari hanya tinggal separuhnya, namun pertempuran tetap berlangsung hingga matahari terbenam. Nampaklah, Bani Israil sebentar lagi akan mencapai kemenangan dari musuh-musuh mereka.

Yusya a.s. berfikir dan menyadari bahwa hari itu adalah hari Jum‘at, jika peperangan berakhir pada hari tersebut, mereka tidak akan bisa melanjutkan peperangan melawan musuh mereka kecuali pada hari Ahad. Sebab hari Sabtu bagi orang Yahudi merupakan hari libur dari segala pekerjaan dan hanya digunakan untuk beribadah. Mereka tidak melakukan urusan yang lain.

Dengan demikian, kaum al-Amalik dapat menghimpun kembali kekuatan tentaranya yang sudah bercerai-berai. Mereka dapat memulai pertempuran dengan semangat baru. Pintu keluar dari masalah ini telah tertutup semuanya bagi Yusya, kecuali dari salah satu pintu yaitu pintu langit. Ia pun mengangkat pandangannya kepada Allah Swt. sambil memandang matahari yang hampir terbenam. Lalu ia berkata kepada matahari:

―Engkau adalah mahluk yang diperintah oleh Allah dan aku pun demikian. Ya Allah tahanlah sebentar matahari itu untukku.‖ Allah mengabulkan doanya dan menahan matahari itu hingga tidak terbenam. Yusya menyeru kaum dan tentaranya, ―Mari kita menuju pertolongan-Nya wahai tentara Allah.‖

Maka Bani Israil menyerang musuh mereka dengan serangan yang keras sehingga dapat mengalahkan musuh-musuh mereka dengan kekalahan yang hina. Mereka membunuh raja al-Amalik dan gubernurnya serta mengumpulkan harta rampasan. Sebagaimana yang sudah berlalu bahwa harta rampasan itu dikumpulkan di sebuah tempat, kemudian datang api putih dari langit yang melalapnya. Jika api itu tidak turun berarti Allah murka terhadap mereka.

Untuk itu, Yusya mengumpulkan harta rampasan di suatu tempat dan menunggu turunnya api itu bersama Bani Israil, akan tetapi api tersebut tidak kunjung turun. Yusya berkata pada Bani Israil, ‖Sungguh diantara kalian terdapat para pencuri.‖

Mereka semua tidak mengakui bahwa di antara mereka ada yang mencuri sesuatu. Yusya berkata lagi, ―Masing-masing pimpinan dari duabelas kabilah hendaklah berjabat

tangan denganku, jika tangan salah seorang di antara mereka menempel, kita akan tahu bahwa dialah pencurinya.‖

Mulailah para pemimpin yang duabelas itu berjabat tangan dengan Yusya, dan tiba-tiba tangan kedua orang di antara mereka menempel ke tangan Yusya. Yusya berkata, ―Kamulah pencurinya.‖

Mereka pun mencari barang yang dicurinya dan menemukan emas sebesar kepala sapi. Maka Yusya mengambilnya dan meletakannya bersama harta rampasan lainnya. Api putih pun turun dari langit dan melahapnya. Mereka memuji Allah atas hal

Perjalanan Yusya sudah sampai ke arah Baitulmaqdis hingga mendekati tembok pertahanannya. Di atas tembok pertahanan Baitulmaqdis Allah menurunkan wahyu kepada Yusya berupa sebuah perintah. Yusya menyampaikan perintah tersebut kepada

kaumnya, ―Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk masuk pintu Baitulmaqdis sambil bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur atas kemenanganmu dan hendaklah kamu

mengatakan “hiththatun.”” ―Apa itu hiththatun ya Yusya?‖ Kata salah seorang di antara mereka. Maksudnya, ―Wahai Tuhan ampunilah dosa-dosa yang telah kami perbuat

dahulu.‖ ―Semuanya? Tidak mungkin Allah akan mengampuni semua dosa-dosa kita. ‖Sessungguhnya nikmat Allah untukmu dan kaummu sangat banyak, maka

taatilah Allah dan mintalah ampunan kepadanya.‖ Orang-orang Yahudi tersebut kembali mengulang perilakunya seperti dahulu. Mereka mangolok-olok perintah Allah dan berencana melakukan perkara yang lain. Ketika mereka sampai ke pintu Baitulmaqdis mereka melihat pintu itu kecil, tidak mungkin bisa masuk kecuali sambil sujud. Sebagian mereka berfikir untuk mengejek dan mendurhakai perintah Allah itu.

Untuk mengganti sujud sebagi tanda syukur terhadap Tuhannya yang menolong mereka dari musuh-musuh mereka dan taat kepada-Nya, tiba-tiba mereka memposisikan pinggulnya untuk merangkak sebagai ganti dari sujud dengan dahi.

Sebagai pengganti dari kata hiththatun, sebagian mereka mengatakan hinthatun yang artinya gandum. Tujuannya tiada lain untuk mengolok-olokkan perintah Allah. Alangkah besarnya keinkaran seorang manusia yang baru saja melihat nikmat Tuhannya turun lalu dia mendurhakai-Nya. Perbuatan maksiat tersebut memang hanya sekedar ucapan dan sujud yang secara sepintas tidak merugikan mereka.

Namun Allah sangat murka terhadap mereka. Lalu Allah menurunkan tha‟un yang kesekian kalinya terhadap mereka sebagi balasan atas kekufuran mereka, hingga sejumlah besar dari kalangan mereka binasa. Mereka mati dalam keadaan maksiat dan kufur.

Mereka tidak mendengar nasihat nabinya dan mereka tidak berdoa terhadap Tuhannya. Nabi Yusya terdiam dengan penuh kesedihan dan penyesalan atas apa yang dilakukan kaumnya. Rasa khawatir nabi atas kaumnya dan kesedihannya atas mereka yang binasa seperti kekhawatiran dan kesedihannya atas anak-anaknya yang hilang. Orang-orang mukmin pun menyesalkan atas binasanya para pemuda tersebut yang mati dalam keadaan kafir terhadap Allah dan tidak memohon kepada Allah.

Sebagian dari mereka yang beriman memasuki Baitulmaqdis. Nabi Yusya tetap menyertai mereka dan menetapkan hukum di kalangan mereka dengan syariat Allah, dan kitab-Nya — yang pada masa itu adalah Taurat.

Yusya senantiasa menaggung rasa sakit dari mereka, keras kepala mereka dan kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah, dengan kesabaran dan penuh harap sampai ia wafat ketika menginjak umur 127 tahun.

Sebelum wafat, ia telah melaknat Bani Israil dan mendoakan kejelekan untuk mereka. Ia pun wafat dalam keadaan memendam benci terhadap kaumnya sebagaimana bencinya Musa a.s.; karena mereka fasik, merubah firman Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar.

Maka Allah mengazab mereka dengan memberikan kehinaan dan kemiskinan

Ketika Allah mengutus Muhammad Saw. dan menyuruhnya untuk mendakwahkan Islam, mereka mengetahuinya, demikian juga anak-anak mereka. Namun mereka tetap kafir dan berusaha untuk membunuhnya. Beliau pun terpaksa mengalahkan dan mengusir mereka.

Pada masa Umar bin Khatab, Baitulmaqdis kembali berada di tangan orang beriman walaupun kemudian direbut kembali oleh orang-orang yang berlaku maksiat dari kalangan mukmin. Baitulmaqdis, senantiasa akan ada kelompok yang memperjuangkannya. Mereka adalah tentara Islam termasuk pembaca diantaranya, insya Allah.

Pelajaran Berharga:

1. Bersyukur pada Allah Swt. atas nikmat-Nya yang banyak

2. Takut hanya kepada Allah Swt.

3. Menjauhkan diri dari segala yang bathil dan merendahkan diri karena Allah Azza wa Jalla.

4. Baitulmaqdis adalah amanah bagi setiap orang mukmin

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2