Kisah Burung dan Hewan dalam Al Quran

Daftar Isi

Pengantar Penulis

1. Burung Gagak dan Kedua Anak Adam

2. Unta Saleh

3. Biri-biri dan Ismail a.s.

4. Serigala dan Tujuh Sapi

5. Ikan Paus dan Yunus a.s.

6. Ular, Katak, Belalang, dan Kutu

7. Manna, Salwa, dan Anak Sapi Samiri

8. Sapi Bani Israil

9. Ikan, Musa, dan Khidir a.s.

10. Keledai Bul‘am

11. Semut, Burung Hud Hud, dan Nabi Sulaiman

12. Keledai Nabi ‗Uzair

13. Binatang Ashabul Ukhdud

14. Gajah Abrahah

15. Anjing Ashabul Kahfi

PENGANTAR PENULIS

Segala puji milik Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Kami memuji-Nya sebagai orang-orang yang bersyukur. Kami bersyukur pada-Nya sebagai orang-orang yang memuji. Tuhanku, pada-Mu kami bertawakal, dan pada-Mu kami kembali. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya. Ya Allah, salawat, salam, dan keberkahan semoga selalu bersama Nabi, keluarga, dan para sahabatnya semua.

Al-Quran Al-Karim kitab Allah. Allah menurunkannya sebagai petunjuk bagi seluruh alam. Al-Quran berisi petunjuk dan pelajaran. Banyak pelajaran terdapat dalam kisah-kisah dan peristiwa-peristiwa yang telah diceritakan Al-Quran. Sungguh indah bahwa beberapa petunjuk dan pelajaran disampaikan melalui lisan binatang dan burung. Kadang kita berkhayal bahwa mereka tidak mengerti sesuatu, namun kita heran saat menemukan bahwa beberapa binatang dan burung mengerti pengajaran Tuhannya lebih baik daripada sebagian Bani Adam.

Inilah hal yang akan tergambar dalam beberapa kisah dalam buku ini, di mana beberapa karakter burung dan binatang telah tertulis dalam Al-Quran Al-Karim; agar kita bisa mengambil pelajaran dan petunjuk dari kisah-kisah ini.

1. BURUNG GAGAK DAN KEDUA ANAK ADAM

“Allah Swt. berfirman, „Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka (Habil) diterima dan dari yang lain

(Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, „Sungguh, aku pasti membunuhmu!‟ Dia (Habil) berkata, „Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.‟

„Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam. ‟

„Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim. ‟ Maka, nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya. Kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah ia termasuk orang yang rugi.

Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya mengubur mayat saudaranya. Qab il berkata, „Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat mengubur mayat saudaraku ini?! Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal, ‖ (QS Al-Maidah [5]: 27-31).

Adam durhaka pada Tuhan-nya. Adam memakan buah khuldi yang telah Allah haramkan baginya dan istrinya di surga. Sebagai hukumannya, Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, meninggalkan surga dan beragam kenikmatannya. Hal ini merupakan kemenangan pertama bagi setan atas Adam dan keturunannya, setelah ia tercampakkan dari rahmat Allah karena menolak bersujud bersama para malaikat kepada Adam atas perintah Allah Swt. Namun, Allah menerima taubat Adam dan Hawa, dan mengampuni dosanya. Bumi merupakan tempat bertaubat, bukan tempat siksaan. Maka setan merasa sangat sedih menerima kenyataan tersebut. Ia pun menunggu kesempatan yang tepat untuk menggoda Adam dan keturunannya agar durhaka kepada Allah.

Kehidupan di dunia ini sangat sulit dan menyakitkan karena sebelumnya Adam dan Hawa merasakan kenikmatan surga. Di surga keduanya merasa kenyang, tidak lapar dan haus. Surga tempat istirahat, dan tidak melelahkan. Sebaliknya, hidup di dunia harus bekerja dengan gigih dan tekun. Bekerja agar mampu membeli makanan dan minuman. Jika tidak, maka perut akan berbunyi karena lapar, dan hati akan terbakar karena haus.

Adam dan Hawa dapat melihat dan merasakan kelelahan dan kesakitan tersebut, maka keduanya sangat sedih karena telah berpisah dengan surga dan beragam kenikmatannya. Keduanya pun menangis berharap dapat kembali merasakan kenikmatan dan kesenangan surga. Namun, tidak akan masuk surga kecuali setelah kematian. Sepasang suami-istri itu pun, Adam dan Hawa, menghadapi kehidupan dunia yang melelahkan. Adam a.s. berfikir serius : ―Aku dan Hawa hanya berdua, tidak ada orang ketiga bagi kami, maka untuk siapakah syariat yang telah Allah berikan kepadaku?‖

Adam ingat janji Allah Swt. bahwa anak dan keturunannya akan bertebaran di Adam ingat janji Allah Swt. bahwa anak dan keturunannya akan bertebaran di

Namun jeritan kedua bayi menghilangkan kesakitan dan kepayahannya. Senyum pun kembali menghampiri Adam dan Hawa. Allah telah menganugerahi keduanya dua anak kembar: laki-laki dan perempuan. Adam memberi nama Qabil untuk anak laki- lakinya, dan menamai anak perempuannya: Iqlima. Iqlima memiliki paras yang sangat cantik, sehingga orang tidak akan berpaling jika memandang wajahnya.

Tidak berlangsung lama, setelah melewati beberapa bulan, Hawa hamil lagi. Di perutnya terdapat dua janin bayi lagi yang baru. Dalam masa hamil tersebut Hawa merasakan kebahagiaan dan juga kesakitan, sehingga ia merasa mendekati kematian sebelum anak kembarnya itu lahir. Sembilan bulan pun tiba. Lahirlah anak kembar itu: laki-laki dan perempuan. Laki-laki bernama Habil dan perempuan bernama Lubuda. Adam pun memuji Allah Swt. atas karunia anak tersebut.

Setiap orang akan percaya bahwa pendidikan bagi empat anak yang dilahirkan dalam waktu berdekatan sangat penting sekaligus sangat sulit, apalagi pada zaman tidak ada seorang pun di muka bumi ini kecuali sosok Ibu dan Ayah yang memiliki empat anak. Tidak ada penolong yang lain dalam kesulitan mendidik anak-anak tersebut.

Namun Allah Swt. memberkati Adam dalam merawat kedua anak laki-laki dan kedua anak perempuannya. Mereka tumbuh dewasa dalam pengawasan ayah mereka, Adam, dan kasih sayang Ibu mereka, Hawa. Dan Iqlima mampu menyejukkan bagi mereka yang memandangnya, karena dipenuhi kecantikan dan feminim, sedangkan Lubuda tidak secantik Iqlima. Hal tersebut tidak meresahkan Adam dan Hawa, keduanya mencintai Iqlima dan Lubuda sama besarnya.

Qabil dan Habil bekerja membantu Adam a.s. Qabil memilih menjadi petani, mencangkul, dan bercocok tanam, serta memanennya untuk kebutuhan makan keluarganya dan untuk memberi makan binatang ternak yang dipelihara oleh Habil. Habil mengembala ternaknya di ladang yang hijau, agar kualitas peliharaannya baik, sehingga semua anggota keluarganya bisa meminum susunya dan memakan dagingnya.

Sementara itu Iqlima dan Lubuda membantu Hawa di rumah. Keduanya menjaga hasil kebun, memasak, dan membuat pakaian dan penutup kepala dari bulu unta dan bulu kambing. Keduanya juga membuat beragam alat untuk beristirahat bagi ketiga laki-laki di rumah itu, yang dengan sekuat tenaga menyiapkan segala kebutuhan keluarga kecil mereka.

Tidak ada hal yang merusak kebahagiaan hidup keluarga sederhana itu. Hingga tibalah masanya anak-anak untuk menikah. Di bumi ini tidak ada yang lain kecuali anak-anak Adam. Allah membolehkan seorang saudara laki-laki menikah dengan saudara perempuannya. Namun dengan satu syarat!! Seorang saudara laki-laki tidak boleh menikah dengan saudara perempuannya yang dilahirkan pada kehamilan yang sama. Namun ia menikah dengan saudara perempuan adiknya. Dengan demikian Qabil menikah dengan Lubuda, dan Habil menikah dengan si cantik Iqlima.

Syariat itu diharamkan kemudian. Manusia bertambah banyak dan berbeda-beda di banyak bangsa. Syariatpun berubah atas perintah Allah. Tidak diperbolehkan seorang

Adam berniat mengabarkan hal tersebut kepada anak-anaknya. Adam berkata sambil tersenyum:

―Tibalah waktunya menikah bagi anak-anak kami, sehingga kami akan melihat cucu- cucu.‖ Kedua anak perempuan itu tersipu malu. Dan kedua anak laki-laki itu merasa bahagia. Adam pun melanjutkan perkataannya:

―Qabil akan menikah dengan Lubuda. Habil dengan Iqlima.‖ Saat senyum kebahagiaan mereka belum reda, Qabil berkata setengah berteriak,

dan penuh dendam: ―Habil tidak akan pernah menikahi Iqlima. Iqlima hanya milikku. Aku lebih berh ak atas Iqlima dibanding Habil.‖ Dalam situasi penolakan penuh amarah itu, Adam yang pengasih tidak

terpancing, bahkan ia berkata dengan lembut: ―Qabil…, Allah telah mengharamkan Iqlima untukmu. Ia hanya halal untuk Habil. Ini merupakan perintah Allah. Taatlah pada perintah-Nya. ‖ Qabil menjawab: ―Aku tidak akan patuh kecuali pada jiwaku. Aku tidak akan pernah menikah

dengan Lubuda yang jelek. Seharusnya i a menikah dengan Habil.‖ Qabil memandang Iqlima. Ia menemukan kecantikan yang teramat sangat pada diri Iqlima. Ia pun merasakan letupan api yang menyala-nyala di dalam hati dan dadanya. Tidak seorang pun tahu bahwa itu adalah api kedengkian terhadap saudaranya Habil yang tak berdosa. Hanya saja Allah telah menghalalkan baginya menikah dengan Iqlima. Jadi bukan kehendak diri Habil.

Sementara itu di sudut yang jauh, dan tidak seorang pun yang tahu, setan menertawakan sikap Qabil, yakni setelah ia melihat kecantikan pada diri Iqlima, maka ia menyalakan api kedengkian, semangat, dan ketamakan di dadanya; melanggar perintah Allah Swt.

Qabil keluar rumah. Api kedengkian hampir saja membakar dan membunuh dirinya. Ia berjalan sambil menunduk tanpa arah tujuan? Ia hanya berjalan terus. Dalam pikirannya hanya ada satu tujuan: ―Bagaimana caranya agar ia bisa menikah dengan Iqlima?‖

Inilah mangsa bagi setan. Tidak ada kesulitan baginya untuk merayu Qabil, maka ia menghampiri hati Qabil tanpa sepengetahuannya. Setan pun mulai berbisik: ―Habil. Anak itu memiliki tempat yang khusus di hati Adam. Ia lebih mencintai Habil daripada engkau. Adam akan menikahkannya dengan si cantik Iqlima, dan menyisakan untukmu Lubuda yang jelek.‖

Qabil tergoda oleh rayuan setan. Setan pun menyalakan lagi api rayuannya: ―Habil. Seorang pengembala yang pekerjaannya hanya keluar bersama beberapa

kambing dan bersantai di sekitar piaraannya itu. Sementara engkau adalah seorang petani yang bangun pada pagi hari sebelum makhluk yang lain bangun. Engkau bersusah payah mencangkul tanah, menaburkan benih, bercocok tanam, dan memanen hasilnya. Lalu engkau hanya mendatapkan Lubuda, dan Habil berhasil memperoleh

Iqlima.‖ Qabil telah tertutup mata hatinya. Ia lupa bahwa setiap pekerjaan tidak ada yang

mudah dan ringan. Kedengkian dan ketamakan telah membutakan Qabil dalam memahami saudaranya. Sebenarnya Habil juga bersusah payah dalam memelihara ternak, memberinya minum dan makan, dan menjaganya dari ancaman serigala. Namun mudah dan ringan. Kedengkian dan ketamakan telah membutakan Qabil dalam memahami saudaranya. Sebenarnya Habil juga bersusah payah dalam memelihara ternak, memberinya minum dan makan, dan menjaganya dari ancaman serigala. Namun

Akhirnya Qabil pulang ke rumah dan melihat ayahnya yang sedang menunggu kedatangannya. Kesedihan menyelimuti wajah Adam karena takut rayuan setan telah menguasai anaknya, padahal ia tak sedikitpun membedakan anak-anaknya. Adam berkata:

―Perhatikanlah anakku. Qabil, berkurbanlah kepada Allah dengan sesuatu dari hasil kebunmu dan sampaikanlah kurban itu hanya kepada Allah. Demikian pula Habil

menyerahkan kurbannya kepada Allah .‖ ―Siapa di antara kalian berdua yang diterima kurbannya, dialah suami Iqlima yang cantik jelita.‖

Qabil dan Habil menerima tawaran tersebut. Keduanya pun bersiap-siap untuk berkurban kepada Allah.

Pada zaman dahulu terdapat banyak keajaiban. Di antara keajaiban itu adalah bahwa ketika seorang hamba berkurban, maka ia meletakkan kurbannya di atas puncak gunung. Jika Allah menerima kurbannya, maka api putih turun dari langit menyambarnya. Namun jika Allah menolaknya, maka kurban itu akan tetap ada, tidak ada yang mendekatinya, baik itu manusia maupun burung, bukti bahwa Allah tidak meridai hamba itu dan kurbannya.

Habil yang baik, pergi ke gunung membawa binatang peliharannya yang paling baik, yaitu yang paling gemuk dan paling kuat, untuk diberikannya kepada Tuhan sebagai kurban. Habil cinta pada Allah, dan pecinta memberi kekasihnya sesuatu yang paling berharga. Sedangkan Qabil, ia telah memilih untuk menikahi Iqlima. Terjadilah apa yang seharusnya terjadi. Ia tidak bersusah payah menyiapkan kurban yang baik, bahkan ia berkurban dengan buah dan sayur yang buruk, sebagai kurban untuk Tuhannya.

Dua bersaudara itu berkumpul di tempat yang sama. Keduanya mendaki gunung hingga mencapai puncaknya untuk meletakkan kurban mereka masing-masing. Habil dan Qabil menunggu waktu untuk mengetahui hasilnya. Waktu berlalu terasa sangat lambat. Habil merasa senang dan gembira, karena rida terhadap keputusan (qadha) yang akan diterimanya dari Allah. Qabil berharap pada dirinya sendiri, bahwa kurbannya akan diterima. Jiwanya dipenuhi dengki terhadap saudaranya.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu, api putih yang besar meluncur seperti panah, menyambar kurban Habil dalam sekejap mata. Sedangkan kurban Qabil masih utuh. Allah menghendaki Iqlima untuk Habil. Ia pun bersujud sebagai tanda syukur kepada Allah.

Setan tidak berhenti merayu Qabil, seperti anak kecil bermain sepak bola. Ia selalu menghadirkan rupa si cantik Iqlima dalam pikiran Qabil. Setan membisikinya bahwa Adam mendoakan Habil, dan tidak mendoakannya. Ia berbisik:

―Kerjakanlah sesuatu sebelum kau kehilangan pujaan hatimu.‖ ―Aku akan membunuhmu, Habil,‖ katanya pada Habil. Habil menjawab dengan tenang, ―Allah menerima amal orang-orang yang

bertakwa.‖ Habil lebih kuat dibanding Qabil, namun iman mencegahnya untuk melukai dan menjauhi permusuhan. Ia berkata:

“‟Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Aku takut

kepada Allah, Tuhan seluruh alam.‟ „Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.‟ Maka, nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya. Kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah ia termasuk orang yang rugi, ‖ (QS Al-Maidah [5]: 27-31).

Habil mampu membunuh Qabil atau melindungi dirinya sendiri, namun ia takut kemarahan Allah karena membunuh saudaranya. Ia lebih rida mematuhi perintah Allah, maka ia menolak tipu daya dan bisikan setan. Sedangkan Qabil sudah siap melakukan apa pun demi mendapatkan Iqlima. Qabil meraih batu dan mencari Habil. Saat Habil sedang tekun dengan pekerjaannya, Qabil memukul kepalanya dari arah belakang, darah mengalir, dan ia pun meninggal.

Di tempat yang jauh dari Qabil, setan tertawa riang, setelah ia mampu mengeluarkan kedua orang tuanya dari surge, ia juga mampu membujuk seorang saudara membunuh saudaranya sendiri setelah menanamkan rasa permusuhan di hati Qabil.

Itulah awal perbuatan dosa di dunia, awal darah mengalir, awal bangkai terbujur, dan dosa yang besar adalah membunuh manusia tidak bersalah dan membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan jalan hak; bahkan sama dengan membunuh seperenam penduduk bumi —jika manusia membunuh manusia lainnya.

Qabil tidak pernah melihat mayat sebelumnya, dan tidak tahu apa yang harus diperbuatnya ketika salah di antara mereka meninggal dunia. Ia pun menggendong mayat Habil, tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Lalu ia berjalan dengan wajah nampak kehausan dan penuh kasih. Saat merasa letih ia pun beristirahat, sambil duduk. Tiba-tiba ia melihat pemandangan yang langka, dua ekor burung gagak sedang bertarung, seperti dua orang yang sedang bergulat. Pertarungan semakin sengit sehingga salah satu dari burung itu terbunuh.

Burung gagak yang terbunuh jatuh ke bumi, seperti jatuhnya Habil. Burung gagak yang hidup turun menghampirinya dan meletakkannya di atas tanah. Kedua kakinya menggali lubang, menarik mayat burung itu dan memasukannya ke lubang, lalu menimbunnya dengan tanah. Kemudian burung gagak itu meninggalkannya setelah menguburkannya.

Qabil memahami bahwa Allah mengutus burung gagak itu kepadanya agar mengajarkannya cara menguburkan mayat saudaranya. Ia pun berucap, ―Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini ?‖ (QS Al-Maidah [5]: 31).

Qabil melangkah, lalu menggali lubang untuk saudaranya. Ia pun menguburkannya, sehingga menjadi kuburan pertama di muka bumi ini. Adam merasa kehilangan setelah tahu bahwa anaknya terbunuh. Air matanya mengalir, sambil berdoa semoga Allah mengampuni Qabil. Kesedihannya teramat dalam, sehingga Allah menganugerahinya seorang anak lagi yang bernama Syits.

Sedangkan Qabil menerima balasan yang serupa; ia dibunuh oleh anaknya sendiri, dan Allah menyiksanya. Sesungguhnya setiap orang yang terbunuh hingga hari kiamat, dosa pembunuhnya dilimpahkan pada Qabil, karena ia merupakan orang

Demikianlah, burung gagak menjadi guru bagi manusia.

Pelajaran Berharga:

1. Setan merupakan musuh yang nyata bagi manusia, maka seyogyanya tidak taat padanya.

2. Taat terhadap perintah Allah dan menjalankan apa yang diwajibkan-Nya pada kita.

3. Kebencian, kedengkian, dan ketamakan merupakan kunci-kunci setan.

4. Menafkahkan di jalan Allah harta yang terbaik.

2. UNTA SALEH

Kaum ‗Ad hancur setelah kufur terhadap ayat-ayat Allah. Setelah kehancurannya, datanglah kaum yang kuat, berperawakan besar, dan bangunan rumahnya yang kokoh. Di antara kaum tersebut ada yang bernama Umar Al-wahid, yang berumur panjang. Kaum Tsamud, itulah nama kaumnya.

Allah telah menganugerahkan kaum tersebut kekuatan fisik, kesehatan, dan umur panjang. Di antara mereka ada yang membangun rumah dari pohon, daun, dan rantingnya. Namun rumah itu hancur sebelum pemiliknya meninggal. Mereka pun berfikir untuk membangun rumah di gunung, maka mereka membangunnya di bagian tempat tinggal mereka, yaitu Al-Ahqaf.

Di antara mereka ada yang sangat kuat, ia pergi mengambil batu besar, memahatnya, melubanginya, dan menjadikannya sebagai rumah untuknya dan keluarganya.

Inilah bukti kekuatan laki-laki kaum Tsamud. Setelah bergulirnya waktu, manusia lupa nikmat-nikmat Allah, sehingga mereka ingkar pada Allah. Mereka memahat patung, dan menyembahnya seperti yang pernah dilakukan kaum Nuh sebelumnya, yaitu ‗Ad.

Allah bermaksud member petunjuk kepada mereka, dengan mengutus seorang laki-laki dari mereka, yang telah mereka kenal akhlak baiknya, keturunannya yang mulia, dan ucapannya yang dapat dipercaya.

Allah mengutus Saleh a.s. kepada mereka. Ia membawa misi agar kaumnya tidak menyembah patung, namun hanya menyembah Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Saleh menghampiri kaumnya, mengingatkan mereka pada Allah: ―Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya.‖

Namun mereka menjawab: ―…mengapa engkau melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek

moyang kami? Sungguh, kami benar-benar dalam keraguan dan kegelisahan terhadap apa (agama) yang engkau serukan pada kami ,‖ (QS Hud, [11]: 62).

Setelah berusaha mengingatkan mereka kepada nikmat-nikmat Allah yang telah mereka rasakan, Saleh berkata: ―Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum „Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi ,‖ (QS Al-A‘raf [7]: 74).

Tidak ada yang beriman kepada Saleh, kecuali orang-orang yang lemah dari kaumnya, yaitu mereka yang melihat asal-usul yang baik, dan ucapan yang dapat dipercaya dalam diri Saleh. Mereka beriman kepada utusan yang dapat dipercaya itu. Saleh selalu menyeru kaumnya, namun mereka tetap mendustakannya, dan tidak beriman padanya. Saleh tidak putus asa dan selalu sabar atas kejahatan kaumnya terhadap dirinya dan pengikutnya.

Semakin semangat Saleh berdakwah, semakin bertambah kaumnya mendustakannya. Mereka meminta Saleh sesuatu yang aneh. ―Mohonlah pada Tuhanmu agar menurunkan bukti kebenaranmu, sehingga kami percaya pada kerasulanmu.‖

―Berkumpullah bersama kami pada hari raya. Kami akan meminta bukti dari tuhan kami, dan engkau akan minta bukti pada Tuhanmu.‖ Tibalah hari raya itu. Kaum Saleh berkumpul dengan membawa patung-patung mereka. Mereka sepakat bahwa Saleh berdoa pada Tuhannya agar menunjukkan sebuah bukti kerasulan, sedangkan mereka berdoa pada tuhan mereka agar tidak mengabulkan doa Saleh.

Seorang laki- laki kaum Tsamud yang bernama Jundu‘ bin Amr berkata: ―Saleh, keluarkanlah dari batu besar ini seekor sapi betina, yang tidak seperti biasanya. Jika engkau mampu kami akan beriman. ‖ Saleh berdoa pada Tuhannya.

Mereka berdoa pada tuhan mereka. Tidak henti-hentinya mereka menertawakan Saleh yang sedang berdoa pada Tuhannya. Tiba- tiba…batu itu pecah dan keluarlah seekor sapi betina yang sedang hamil tua. Ketika semua orang menyaksikannya, sapi itu melahirkan anaknya. Jundu‘ dan sebagian kaum Saleh, beriman padanya, sedangkan yang lainnya tetap dalam kekufuran.

Saleh berkata: ―Unta ini akan minum dalam satu hari, dan kalian minum di hari berikutnya. ‖ Kaum Tsamud menyaksikan keajaiban sapi ini dan anaknya, yaitu meminum air sumur hingga habis. Lalu mereka meminum air susu sapi ini hingga kenyang. Pada hari berikutnya giliran mereka yang minum air. Kemudian, esoknya sapi itu kembali menghampiri sumur, air pun naik, lalu sapi meminumnya sampai habis. Sapi itu pun kembali ke asalnya. Demikianlah, seharusnya Tsamud beriman dengan adanya bukti-bukti tersebut. Namun mereka tetap dalam kekufuran dan pembangkangannya.

Shunaim bin Harawan menikah dengan seorang perempuan kaya raya bernama Shaduq. Saat ia telah beriman, ia mendermakan hartanya untuk Saleh dan orang-orang mukmin. Namun Shaduq mencelanya karena ia seorang kafir.

Shaduq membawa anak-anaknya dan menyembunyikan mereka di rumah anak- an ak pamannya. ―Kembalikan anak-anakku,‖ kata Shunaim. Shaduq menolak permintaan suaminya. Maka keduanya meminta pendapat anak-anak paman Shaduq, sedangkan mereka adalah orang-orang mukmin, sehingga mereka mengembalikan anak-anak itu pada Shunaim.

Kebencian Shaduq semakin bertambah terhadap Saleh a.s. karena suaminya mendermakan harta padanya, beriman, dan memisahkan dirinya dengan anak-anaknya. Ia memiliki seorang teman, ‗Unaizah bint Ghanam, seorang kafir. Ia mempunyai seekor kambing yang sedang hamil tua. Ketika kambing itu melihat sapi Saleh, maka ia berlari mendahuluinya, namun ia tidak mendapatkan air untuk diminum. ‗Unaizah pun marah.

Keduanya sama marah terhadap terhadap Saleh dan orang-orang mukmin, dan sepakat untuk membunuh sapi itu, sehingga Saleh marah karenanya. Saat keduanya memberikan sejumlah uang pada seorang laki-laki untuk membunuh sapi, ia menolaknya. Ia berfikir hal itu perbuatan keji. Sapi itu bukan sembarang sapi; sapi itu bukti yang datang dari sisi Allah.

Namun seorang laki- laki bernama Mushadda‘ bin Mahraj mencintai Shaduq dan ingin memilikinya. Ia setuju untuk membunuh sapi. Ia mencari orang-orang untuk membantunya melaksanakan perbuatan dosa ini. Quddar bin Salaf, temannya, setuju terhadap rencana jahat itu; ia merupakan orang yang terpandang di kaumnya.

Kemudian keduanya mencari teman lainnya sehingga jumlah mereka menjadi sembilan laki-laki. Mereka berbuat kerusakan di bumi, dan tidak memeliharanya. Mereka beranggapan bahwa Quddar bin Salaf merupakan orang yang paling dirindukan.

Saleh tinggal di masjid. Kaumnya memberi nama masjid itu ―Masjid Saleh.‖ Saat subuh tiba ia menemui kaumnya. Quddar dan para sahabatnya berusaha membunuh Saleh a.s., namun malaikat menghalangi orang-orang itu, dan melempar mereka dengan batu. Saat mereka putus asa karena tidak mampu membunuh Saleh, mereka mencari sapi. Quddar bin Salaf mengeluarkan anak panah dan meletakkannya di busurnya, menunggu hingga sapi keluar. Panah itu mengenai leher sapi, dan matilah sapi tersebut. Mereka menghampiri sapi dan menyembelihnya, serta memakan dagingnya.

Kaum Saleh sadar akan dosa yang telah mereka lakukan. Mereka menemui Saleh sambil menangis. ―Temuilah anak sapi itu. Saat kalian menemukannya, semoga Allah mengampuni dosa kalian,‖ demikian saran Saleh a.s. kepada kaumnya.

Saat mereka sedang mencari anak sapi itu, mereka menemukannya telah masuk ke dalam batu besar, tempatnya keluar dulu bersama ibunya, setelah ia melenguh dengan keras.

Saleh tahu bahwa sekarang siksa telah datang pada kaumnya. Kehancuran pasti terjadi pada kaumnya. Ia pun berkata pada kaumnya: ―Bersenang-senanglah di rumah kalian selama tiga hari. Kemudian siksa akan menghampiri kalian. Itulah janji yang pasti ditepati‖.

Tanda siksa itu adalah pada hari pertama wajah mereka akan menguning; hari kedua wajah mereka akan memerah; dan hari ketiga wajah mereka akan berubah hitam. Pada hari pertama mereka mendapati wajah mereka menguning. Masing-masing mereka memberitahukan perubahan tersebut. Demikian pula pada hari kedua wajah mereka berubah merah, seperti yang dikatakan Saleh, sehingga mereka yakin terhadap siksa itu. Saleh dan orang-orang mukmin pergi meninggalkan negerinya menuju Syam.

Tibalah hari ketiga, wajah kaum Tsamud menghitam seperti aspal, maka mereka membalsem tubuh mereka, mereka saling mengkafani satu sama lain, menjatuhkan diri mereka di atas tanah, dan menunggu siksa yang akan mereka terima.

Datanglah sebuah teriakan yang keras dari langit (suara yang sangat keras, yang memekakkan telinga, dan mengakibatkan manusia mati karena kerasnya), sehingga hati mereka copot, dan mereka pun mati semuanya. Tidak ada yang tersisa dari mereka, besar maupun kecil. Tidak ada yang selamat kecuali seorang perempuan yang terus berlari; ia kafir, ia meninggal saat meminum air. Sebelum meninggal ia sempat menceritakan apa yang terjadi pada kaumnya.

Sedangkan Saleh dan orang-orang mukmin selamat. Mereka tinggal di Syam, hingga nabi Saleh a.s. meninggal dunia. Nabi Muhammad Saw. pernah melewati negeri kaum Tsamud saat perjalanannya menuju Perang Tabuk. Orang-orang muslim minum dari sumur-sumur negeri itu dan mengadon gandum dengan air ini, maka Nabi meminta mereka memuntahkan air yang telah diminum oleh mereka dan tidak mengadon dengan airnya. Nabi meminta mereka minum dari sumur yang dipakai sapi tempat minumnya. Nabi dan para sahabat menangis saat memasuki negeri itu, sehingga mereka tidak mengalami apa yang terjadi pada kaum Tsamud sebelumnya.

Pelajaran Berharga:

1. Hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

2. Tidak boleh takabur dengan kekuatan yang Allah telah berikan pada seorang hamba, karena kekuatan Allah amat luas. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

3. Bersyukur atas segala nikmat Allah, dan tidak mengingkarinya.

4. Kemaksiatan akan mengakibatkan siksa yang besar.

3. BIRI-BIRI ISMAIL A.S.

Tidak ada yang beriman pada Ibrahim, kecuali Sarah anak perempuan pamannya, dan menjadi istrinya, dan anak laki-laki saudaranya, Luth. Setelah keluar dari Babil, Irak, Ibrahim sampai di Syam. Allah memberinya wahyu:

―Aku menjadikan tanah ini bagimu dan keturunanmu‖. Ibrahim tinggal di Syam, hingga akhirnya tibalah masa kemarau yang panjang.

Ibrahim dan Sarah pergi ke Mesir. Raja Mesir saat itu punya kebiasaan buruk, bahwa saat ia melihat wanita cantik, maka ia akan menjadikannya miliknya. Para pengawal menemui raja dan mengatakan bahwa wanita cantik itu bernama Sarah, datang bersama suaminya. ―Bawalah wanita itu ke hadapanku,‖ perintah Raja. Ibrahim

takut raja menyakiti Sarah jika ia tahu bahwa ia adalah istrinya. Maka ia berkata pada Sarah, ―Di dunia ini, selain aku dan engkau tidak ada yang muslim . Jika engkau ditanya, katakanlah bahwa engkau adalah saudaraku.‖ Sarah setuju terhadap saran Ibrahim, dan berdoa kepada Allah Swt.: ―Ya Allah, jika engkau mengetahui bahwa aku beriman padamu, kepada utusanmu, dan aku menjaga kemaluanku kecuali pada suamiku, maka jangan biarkan orang kafir menguasaiku.‖ Raja bermaksud menyentuhnya, saat ia sudah hamper dekat, tiba-tiba tangannya lumpuh. ―Apa yang terjadi?‖, Tanya Raja.

―Ini perbuatan Tuhanku,‖ jawab Sarah. ―Berdoalah pada Tuhanmu, aku tidak akan melukaimu.‖

Sarah mendoakannya, namun Raja kembali melakukan perbuatannya. Tangannya lumpuh lagi. Sarah kembali berdoa, setelah ia berjanji tidak akan menyentuhnya lagi. Namun Raja mengulanginya lagi untuk ketiga kalinya. Sarah kembali mendoakannya. ―Ini adalah kebenaran. Demi Allah, aku tidak akan pernah melukaimu,‖ kata Raja.

Raja berkata kepada para pengawalnya, ―Apakah engkau membawa kepadaku seorang perempuan atau setan?‖ Raja mengembalikan Sarah pada Ibrahim, dan memberinya uang dan hadiah, kambing dan sapi, dan memberinya seorang budak perempuan, Hajar. Sarah kembali menemui Ibrahim, dan melihat nya sedang salat. ―Allah telah melindungiku dari orang zalim. Raja memberiku Hajar,‖ kata Sarah. Ibrahim kembali ke Syam bersama Sarah. Istrinya yang cantik itu mempunyai segala hal yang didambakan oleh setiap lelaki, kecuali satu hal, bahwa ia belum bisa melahirkan seorang anak, sedangkan ia kini telah menjadi seorang nenek dan Ibrahim seorang kakek.

Sarah merasakan apa yang ada dalam pikiran Ibrahim, maka ia memberikan Hajar pada suaminya untuk dinikahi. Allah memberinya seorang keturunan yang saleh yang kelak akan memakmurkan bumi setelah Ibrahim. Ibrahim menikah dengan Hajar yang berkebangsaan Mesir.

Setelah sembilan bulan mengandung, ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan untuk Ibrahim. Setelah hamil sembilan bulan Hajar melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, Ismail. Kehadiran Ismail menjadikan suasana rumah yang berbeda, ada keriangan dan keceriaan di sana. Karenanya, hati Sarah terusik. Ia menduga bahwa sekarang Hajar akan melebihi dirinya; ia berharap seandainya Allah memberinya seorang anak seperti

Ibrahim memiliki sifat yang mulia , sehingga disebut ―Bapak Dua Tamu‖, bahwa jika tidak ada tamu yang mengunjunginya, ia akan mencarinya. Pada saat ia sedang duduk di depan rumahnya, datanglah para lelaki yang berpakaian serba putih.

―Assalamu‘alaikum‖. ―Semoga keselamatan juga menyertai orang-orang yang kami tidak kenal,‖

jawab Ibrahim. Ia menemui keluarganya, lalu menghidangkan daging anak sapi jantan yang gemuk, dan mempersilahkan para tamu untuk menyantapnya. ―Kalian tidak makan,‖ Tanya Ibrahim heran. Namun mereka tetap tidak menyentuh makanan tersebut. ―Sebenarnya siapa

kalian. Sungguh kami sangat takut pada kalian‖.

―Jangan takut. Kami adalah malaikat Allah yang diutus bagi kaum Luth‖. Sarah memerhatikan kejadian tersebut dari dekat, sehingga ia tertawa melihat

ketakutan suaminya, karena sesungguhnya ia tahu bahwa mereka adalah para malaikat. Malaikat berkata pada Sarah , ―Kami membawa kabar gembira dengan kehadiran seorang anak yang cerdas.‖

Sarah terperanjat: seorang nenek-nenek yang mandul bisa melahirkan, dan suaminya seorang kakek-kakek; ini merupakan sesuatu yang ajaib. ―Aku sudah tua, bagaimana kau bisa menyampaikan kabar gembira ini,‖ Tanya Ibrahim. ―Kami tidak main-main, janganlah termasuk orang-orang yang berputus asa,‖

para Malaikat meyakinkan. ―Orang yang berputus asa dari rahmat Allah adalah orang yang tersesat,‖ timpal

Ibrahim. Sarah hamil, lalu melahirkan Ishaq; Ibrahim bahagia karenanya: ―Segala puji milik Allah yang telah memberikan Ismail dan Ishaq pada masa

tuaku. Sesungguhnya Allah Mahamendengar doa‖. Sarah merasa kurang nyaman dengan kehadiran Hajar, maka ia meminta Ibrahim

membawanya jauh darinya. Allah mewahyukan pada Ibrahim untuk mengabulkan permohonan Sarah; pergi bersama Hajar dan Ismail. Allah akan memberkati dan menjadikan keturunannya penuh berkah.

Ibrahim berjalan hingga sampai ke negeri Paran —sekarang Jabal Makkah. Hajar masih punya setengah roti dan sekantung air. Ibrahim meninggalkannya bersama anaknya.

―Kau meninggalkan kami di sini tanpa air dan makanan, serta tak ada seorang pun,‖ tanya Hajar.

Ibrahim tak menjawab. Ia tetap diam. ―Apakah Allah memerintahkanmu untuk melakukan hal ini?‖ ―Ya‖. ―Allah tidak akan menyia-nyiakan kami‖. Kemudian Ibrahim pergi menuju Syam. Ia berdoa pada Allah: ―Tuhan kami, aku

menempatkan keturunanku di lembah yang tidak ada tanaman di rumah-Mu tanah haram. Tuhan kami, jadikanlah hati manusia mencintai mereka, dan berilah mereka rezeki dari buah- buahan, semoga mereka bersyukur.‖

Allah mencukupi segala kebutuhan Hajar dan bayinya, Ismail, yang hidup di gurun pasir yang luas.

Air dan roti telah habis. Hajar dan Ismail kehausan, namun tidak ada air. Ia berjalan sampai jauh dari Ismail, hingga ia tidak bisa melihat anaknya menangis kehausan. Hajar naik gunung Shafa; itulah tempat yang paling dekat, ia berharap bisa menemukan air.

Lalu ia berlari-lari kecil —karena merasa lelah, hingga sampai ke gunung Marwah, namun ia tidak menemukan air, dan tidak melihat seorang pun. Ia kembali dan mengira bahwa anaknya telah mati. Namun sungguh ajaib, di bawah kedua kaki Ismail terdapat air. Allah telah

memancarkannya. Hajar berseru, ―zum…zum‖; ia khawatir air itu akan segera habis. Lalu ia minum, dan member minum anaknya dari sumur zam-zam.

Rombongan pedagang yang sedang lewat melihat seekor burung terbang mengitari gurun —pertanda ada air, maka mereka menghampiri tempat itu untuk mengetahui apa yang terjadi.

Mereka melihat air, Hajar, dan Ismail. Mereka minta izin tinggal di tempat ini. ―Kalian boleh tinggal di sini…namun kalian tidak berhak atas air ini,‖ kata Hajar.

Akhirnya, Hajar dan Ismail tinggal bersama kabilah Jurhum, setelah mereka membawa seluruh keluarga mereka. Ismail hidup di tengah-tengah mereka, dan belajar bahasa Arab. Mereka kagum terhadap kejujuran, ketekunan salat, dan kenabiannya. Mereka menikahkannya dengan salah satu perempuan mereka, sehingga Ismail memberikan keturunan dari mereka. Dan terpenuhilah janji Allah terhadap Ibrahim.

Ibrahim rindu pada anaknya, Ismail. Ia menyiapkan perbekalan untuk perjalanan dari Syam ke Makkah. Saat Ibrahim bermaksud minum di sumur zam-zam, ia melihat seorang pemuda di bawah pohon yang sedang meraut anak panah di dekat sumur. Saat Ismail melihatnya, ia mengenalinya, maka ia bangkit menghampirinya untuk berbincang dengan ayahnya, kekasih Allah (khalîlullâh) yang tidak pernah dilihatnya dalam masa yang lama.

Kemudian Ismail mengajak Ibrahim ke rumahnya. Saat Ibrahim tidur ia bermimpi menyembelih anaknya —mimpi para nabi merupakan wahyu dari Allah. Ibrahim memanggil anaknya, Ismail.

―Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, „Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar ,‘‖ (QS Al-Shaffât [37]: 102).

Ibrahim membawa tali dan pisau. Iblis menemui keduanya dengan menyamar sebagai seorang laki-laki. ―Kau hendak ke mana, pak tua?‖ ―Kami mau ke bukit‖. ―Mungkin saja setan menemuimu dalam mimpi dan menyuruhmu menyembelih

anakmu‖. Ibrahim mengenali Iblis. ―Menjauhlah dariku, wahai musuh Allah‖. Lalu setan menemui Ismail . ―Ayahmu akan membunuhmu, Ismail‖. ―Lakukanlah apa yang Allah perintahkan…karena patuh dan taat pada Allah,‖ kata Ismail. Ibrahim dan Ismail sampai di bukit. Rasa kebapakan Ibrahim muncul; ia adalah seorang ayah disamping sebagai nabi. Ia akan menyembelih anaknya yang baru saja

―Ayah, jika akan menyembelihku, perkuatlah ikatannya, tutuplah mukaku, sehingga kau tidak melihat wajahku —yang bisa menyebabkan kau melanggar perintah Allah,

copotlah bajuku untuk mengkafaniku.‖ ―Anakku, engkau sebaik-baik penolong dalam menjalankan perintah Allah‖. Ibrahim mengasah pisau yang akan memotong urat leher buah hatinya. Ismail

berbaring dan menyerahkan segalanya pada Allah. Tiba-tiba ada suara memanggil: ―Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh,

demikianlah kami member balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata ,‖ (QS Al-Shaffât [37]: 104-106).

Ibrahim menoleh, ia melihat biri-biri putih tua, sebagai tebusan bagi Ismail. Ibrahim senang tiada tara. Air matanya berlinang membasahi janggutnya yang putih, dipeluknya Ismail:

―Anakku, hari ini kau diserahkan padaku‖.

Tempat Ka‘bah al-bait al-haram telah hilang menjadi sebuah bukit rendah yang merah.

Allah mewahyuk an pada Ibrahim, ―Bangunlah sebuah rumah untukku di sini.‖ Ibrahim menemui Ismail. ―Allah menyuruh kita menyucikan rumah-Nya untuk orang-orang tawaf, iktikaf, rukuk, dan sujud‖.

Lalu keduanya menuju tempat rumah itu, dan bersiap-siap untuk membangunnya sambil berdoa: ―Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), „Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah

Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji), dan terimalah taubat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana ,‖ (QS Al-Baqarah [2]: 127-129)

Ibrahim membuat tanda sebagai petunjuk bagi manusia untuk memulai dan mengakhiri tawaf. ―Anakku, carilah sebuah batu yang paling bagus untuk kujadikan tanda di sini‖. Ismail datang terlambat. Saat ia datang, Allah telah menurunkan batu hitam (hajar aswad) dari langit pada Ibrahim.

―Ya Allah, kami telah selesai membangun rumah-Mu‖. ―Perintahkan orang-orang untuk melaksanakan haji‖. ―Bagaimana caranya, sedangkan suaraku lemah‖. ―Kewajibanmu adalah menyeru; Aku yang akan menyampaikannya. Katakanlah:

‗hai manusia, diwajibkan bagimu berhaji ke rumah tua, Ka‘bah. Maka kalian telah memenuhi kewajiban pada Tuhan.‘‖

Ibrahim berdiri di dataran tinggi menyeru manusia. Manusia berdatangan dari segala penjuru yang jauh.

Generasi terus berganti, keturunan Ismail bertambah banyak, hingga Allah mengutus pada mereka Muhammad Saw., cucu Ismail —yang disembelih, anak Abdullah —yang disembelih. Jadi beliau adalah putra dua orang yang disembelih.

Pelajaran Berharga:

1. Tidak putus asa dari rahmat Allah.

2. Tawakal pada Allah, dan selalu berdoa pada-Nya.

3. Allah tidak akan melupakan hamba-hamba-Nya yang mengesakan-Nya.

4. Taat pada Allah.

4. SERIGALA DAN TUJUH SAPI

Ya‘kub mempunyai 12 orang anak, dua yang terakhir adalah Yusuf dan adiknya Bunyamin . Ibunya meninggal saat keduanya masih kecil. Ya‘kub sangat menyayangi keduanya yang masih kecil.

Janji Allah pada Ya‘kub adalah bahwa akan keluar seorang nabi dari tulang belakangnya, seperti halnya Ibrahim sebelumnya.

Pada suatu hari Yusuf menemui ayahnya untuk menceritakan mimpi anehnya. Yusuf kecil melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan, sujud padanya. Yusuf bangun dari tidurnya ketakutan, dan menceritakannya pada ayahnya.

Ya‘kub sebagai nabi yakin bahwa anak ini akan memperoleh kedudukan yang mulia, dan akan terjadi sesuatu padanya.

Ia menasihati anaknya agar menyembunyikan mimpinya: ―Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-

saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia ,‖ (QS Yusuf [12]: 5) 31.

Ya‘kub tahu bahwa saudara-saudara Yusuf membencinya. Bagaimana seandainya mereka tahu tentang mimpi ini. Setan akan merayu mereka, agar

permusuhan mereka semakin bertambah. Namun Yusuf mengatakannya sehingga mereka tahu kisah mimpinya. Saudara-saudara Yusuf berkumpul di tempat menggembala kambing mereka,

salah seorang dari mereka berkata: ―Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada

kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata ,‖ (QS Yusuf [12]: 8) 32.

Yang lain berkata: ―Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah

tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik ,‖ (QS Yusuf [12]: 9).

Yang tertua berkata, ―Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkan saja dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir, jika kamu hendak berbuat ,‖ (QS Yusuf [12]: 10).

Jika ia berada di dalam sumur, maka ia akan ditemukan oleh orang-orang yang sedang lewat, dan akan menjualnya. Akhirnya mereka sepakat untuk membuang Yusuf ke sumur. Setelah mereka menaruhnya di dalam sumur, beberapa pedagang lewat, menawannya, dan menjualnya. Allah tidak akan membiarkan mereka membunuh Yusuf.

Mereka datang menemui Ya‘kub: ―Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang

dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya ,‖ (QS Yusuf [12]: 12). Ya‘kub berkata: ―Aku takut kalian pergi untuk bermain-main sehingga

meninggalkan Yusuf sendirian, dan serigala memangsanya; Yusuf masih kecil sehingga tidak akan mampu melindungi dirinya sendiri.‖

―Jumlah kami sepuluh, bagaimana mungkin serigala memangsanya; tidak akan mampu serigala melewati kami‖. Ya‘kub merasa tenang dengan janji anak-anaknya, ia berpesan pada mereka agar memberi Yusuf makan dan minum.

Mereka membawa Yusuf di atas bahu mereka. Setelah mereka tak terlihat lagi oleh Ya‘kub, mereka melemparkannya ke tanah. Mereka sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Yusuf. Yusuf mengatakan apa yang akan dilakukan mereka terhadapnya, bahwa mereka

akan melemparkannya ke dalam sumur. Kesesatan mereka makin bertambah dan menginginkan membunuhnya. Mereka melucuti baju Yusuf dan melemparkannya ke sumur.

Mereka telah menyembelih seekor kambing kecil, dan melumurkan darahnya ke baju Yusuf. Lalu mereka kembali ke Ya‘kub seraya menangis: ―Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan

Yusuf di dekat barang- barang kami, lalu dia dimakan serigala;…,‖ (QS Yusuf [12]: 17)

33 Demi Allah Yusuf tidak dimakan oleh serigala. Ia telah dianiaya dalam kebohongan yang telah mereka perbuat, dan kesepakatan jahat yang telah mereka rencanakan.

Mereka menunjukkan baju Yusuf pada ayahnya, namun ia tidak menemukan satu pun sobekan; sepertinya serigala telah mengoyak baju Yusuf, memakannya, namun tidak meninggalkan bekas taring di bajunya.

Ya‘kub berkata: ―Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk

itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan ,‖ (QS Yusuf [12]: 18).

Ia tidak memiliki apa pun sekarang kecuali sabar atas ketentuan ( qadhâ‟) Allah.

Si kecil Yusuf menangis di dalam sumur. Tiba-tiba ia melihat timba kecil yang diikat tali turun ke sumur. Maka Yusuf bergantung pada tali, dan keluar bersamanya. Laki-laki yang sedang menimba berteriak:

―Oh, senangnya, ini adalah seorang anak muda!” (QS Yusuf [12]: 19). Laki-laki itu bermaksud mengambil air untuk rombongan pedagang. Namun ia mendapat seorang anak yang tampan. Ia akan menjualnya di Mesir.

Tidak ragu lagi bahwa ia akan mendapatkan keuntungan uang yang banyak. Yusuf yang mulia anak orang yang mulia ditawan untuk dijual, dengan penjualan yang rendah di Mesir. Ia dibeli oleh seorang perdana menteri Mesir. Ia meminta istrinya untuk memelihara Yusuf kecil, pintar, dan tampan, sehingga ia tidak kehilangan masa kecilnya. Sang istri merawat Yusuf, dan menyaksikannya tumbuh dewasa di hadapan matanya, sehingga ia mencintainya dan merindukannya. Ia meliburkan para pembantunya, dan mengunci seluruh pintu. Ia hendak berbuat jahat terhadap Yusuf, namun Yusuf lari di depannya dan ia

mengejarnya di belakang, sehingga baju belakangnya robek. Pintu terbuka dan di depan pintu ada perdana menteri dan anak paman istrinya. Istrinya segera berdusta: ―Yusuf

bermaksud jahat padaku.‖ Anak pamannya berkata, ―Kita lihat baju Yusuf. Jika sobeknya di depan maka engkau yang benar, namun jika sobeknya di belakang maka engkau dusta, dan Yusuf yang benar.‖

Semua menyaksikan kebenaran Yusuf. Allah telah menyelamatkannya. Istri perdana menteri ingin menghentikan berita buruk tentangnya, maka ia mengumpulkan setiap istri menteri. Ia menyediakan ruangan bagi mereka, buah-buahan, memberikan pada setiap wanita itu sebuah pisau, dan meminta Yusuf untuk keluar.

Saat para wanita itu menyaksikan keindahan, ketampanan, dan cahaya Yusuf, mereka memotong jari-jari mereka sebagai ganti buah-buahan. Para suami takut istri-istri mereka tergoda Yusuf, maka mereka memasukkan Yusuf ke dalam penjara; ia dizalimi, karena tidak pernah melakukan kejahatan atau berbuat dosa.

Pada masa itu Raja Mesir telah memerintah dalam waktu yang lama. Sebagian dari mereka ingin membunuhnya. Maka mereka menaruh racun pada makanan roti yang dibuatkan oleh tukang roti, dan berusaha memasukkan racun pada minumannya, namun si pemberi minum menolaknya.

Raja mengetahui rencana jahat ini, dan menyuruh memenjarakan pembuat roti dan pemberi minum hingga ada keputusan tentang keduanya. Di dalam penjara keduanya bertemu Yusuf. Yusuf memiliki akhlak yang baik, semua orang menyukainya. Pada suatu malam

keduanya bermimpi. Si pemberi minum bermimpi dirinya memberi minum Raja, sama seperti biasanya.

Si pembuat roti bermimpi dirinya disalib di papan kayu, dan burung mematuk kepalanya. Yusuf menafsirkan mimpi keduanya, bahwa pemberi minum akan mendapatkan kembali pekerjaannya, dan akan bebas dari kehancuran.

Sedangkan pembuat roti akan disalib seperti mimpinya dan meninggal. Yusuf berpesan agar pemberi minum menceritakan kisahnya pada Raja,

sehingga ia dikeluarkan dari penjara —yang dimasukinya karena sebuah kezaliman. Namun ia lupa pada pesan Yusuf, sehingga ia tetap dalam penjara selama sembilan tahun. Dalam tidurnya Raja bermimpi tujuh sapi gemuk keluar dari sungai Nil. Lalu datang tujuh sapi kurus memakan sapi-sapi gemuk itu. Ia juga melihat tujuh tangkai padi yang hijau dan tujuh tangkai padi yang kering.

Raja bangun dari tidurnya dengan perasaan terkejut. Lalu ia tidur lagi, dan memimpikan hal yang sama. Ia pun bangun sambil

berteriak.

―Berikanlah pendapat tentang mimpiku; apa makna mimpi itu,‖ katanya. ―Mimpi itu tak lebih sekedar pikiran dan kekhawatiran saja,‖ kata mereka. ―Tidak…tidak…Mimpi itu datang berulang kali‖.

Maka pemberi minum itu ingat tentang Yusuf, pemuda yang menafsirkan mimpinya. ―Utuslah aku untuk menemuinya di penjara‖. Ia menemui Yusuf di penjara, dan menceritakan mimpi Raja padanya. Yusuf menafsirkan mimpi itu padanya: ―Kalian bercocok tanam selama tujuh tahun terus-menerus, lalu tujuh tahun

berikutnya adalah musim kemarau, tidak ada hujan dan tanaman. Kemudian datang satu tahun, di mana ada hujan, kalian bercocok tanam, hewan- hewan makan dan minum maka kalian memeras s usunya dan meminumnya.‖ Saat Raja mendengar hal itu jiwanya merasa tenang. ―Panggil Yusuf menghadapku‖.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2