MANNA, SALWA, DAN ANAK SAPI SAMIRI
7. MANNA, SALWA, DAN ANAK SAPI SAMIRI
Musa a.s. memukul laut dengan tongkatnya. Laut pun terbelah, setiap bagian laut itu seperti gunung yang tinggi. Lalu Bani Israil menyebrangi laut hingga sampai di tepi laut.
Firaun melihat pemandangan laut itu, maka ia mengejar Bani Israil. Namun laut itu kembali menyatu seperti semula, sehingga Firaun dan tentaranya tenggelam. Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari Firaun dan kekejamannya, yaitu menyembelih bayi laki-laki dan membiarkan bayi perempuan, serta menyiksa mereka dengan siksa yang keras.
Musa meminta Bani Israil untuk bersujud sebagai rasa syukur pada Allah. ―Kami lelah, Musa. Kami tidak mau sujud sekarang.‖ Demikianlah, orang-orang Yahudi itu melupakan keutamaan yang Allah berikan pada mereka. Itulah tabiat mereka; selalu seperti itu. Musa dan kaumnya —Bani Israil— berjalan di gurun pasir Sina yang luas, melewati kaum yang menyembah patung.
―Musa, buatkanlah sebuah patung untuk kami; kami akan menyembahnya seperti patung orang- orang itu‖. ―Kalian adalah kaum yang bodoh. Kalian keluar dari Mesir karena beriman pada Allah. Sekarang kalian mau kafir. Apa sebab keluarnya kalian dari Mesir; Firaun
menyiksa kalian di sana?!‖ Musa meminta mereka bertaubat dan mohon ampun. Allah mewahyukan Musa agar menyuruh Bani Israil memasuki tanah suci di Palestina.
―Kaumku masuklah ke tanah suci yang telah Allah wajibkan pada kalian. Kalian jangan kembali ke belakang, maka kalian akan kembali tersesat‖. Saat itu, Palestina didiami oleh kaum yang kuat, ‗Amaliqah, maka Bani Israil merasa takut. ―Musa, di sana ada kaum yang sangat kuat. Kami tidak akan memasukinya hingga mereka keluar dari sana‖. Bani Israil lupa Allah menyelamatkan mereka dari Firaun, yang lebih kuat dari ‗Amaliqah. Dua orang laki-laki dari mereka—semoga Allah memberikan nikmat pada keduanya —berkata:
―Masuklah ke Palestina, kalian akan menang. Kepada Allah kalian bertawakal, jika kalian orang- orang mukmin‖.
Kemenangan telah ditetapkan untuk Bani Israil atas musuh-musuh mereka, jika mereka taat dan tawakal pada Allah. Bani Israil tetap dalam kekafiran mereka. ―Musa, kami tidak akan memasukinya selama mereka masih di sana, selamanya.
Pergilah kau dan Tuhanmu. Berperanglah kalian berdua. Kami duduk di sini menunggu.‖
Musa marah mendengar perkataan mereka seperti itu, maka ia berdoa: ―Tuhan, aku tidak memiliki siapa pun kecuali diriku dan saudaraku, Harun.
Pisahkanlah kami berdua dengan orang- orang fasik ini‖. Siksa itu sangatlah pedih. Allah melarang Bani Israil masuk rumah suci dan Palestina selama 40 tahun, dan menyesatkan mereka di gurun Sina yang kering, tanpa air.
Gurun Sina menjadi gurun tersesat. Seorang lelaki Bani Israil mencoba keluar dengan berjalan kaki dalam waktu lama, namun saat tiba sore hari ia menemukan Gurun Sina menjadi gurun tersesat. Seorang lelaki Bani Israil mencoba keluar dengan berjalan kaki dalam waktu lama, namun saat tiba sore hari ia menemukan
Sina, negeri gurun pasir, tidak ada tumbuhan dan air di sana kecuali sedikit. Orang Israil berputar dalam satu lingkaran tanpa henti sepanjang hari, dan dalam satu daerah, tidak mampu keluar darinya.
Bani Israil kelaparan dan kehausan. Pertama, mereka mengeluh kehausan pada Musa, maka Musa berdoa pada Tuhannya agar member mereka minum. Allah mewahyukan Musa:
―Pukullah batu itu dengan tongkatmu‖. Saat Musa memukul batu itu dengan tongkatnya, maka keluarlah 12 mata air persis seperti jumlah golongan Bani Israil. Mereka pun minum hingga hilang rasa haus mereka. Kedua, mereka mengeluh kelaparan, maka Musa berdoa pada Allah. Allah menurunkan Manna dan Salwa untuk mereka.
Manna adalah minuman manis terbuat dari madu yang jatuh dari pohon. Barangsiapa yang meminumnya akan kenyang, dan hilanglah rasa haus mereka. Manna turun seperti salju. Jika salah seorang dari mereka menyimpannya, maka Manna itu akan hancur, kecuali hari Jumat. Mereka menyimpannya pada hari itu untuk hari sabtu, yang merupakan hari ibadah mereka; orang-orang Yahudi tidak bekerja pada hari itu.
Sedangkan Salwa adalah burung puyuh gemuk turun sudah terpanggang dari langit, sebagai makanan yang penuh berkah. Allah berfirman pada mereka: ―Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami berikan‖.
Mereka makan, dan merasa kenyang. Namun tabiat Bani Israil yang memisahkan mereka —dengan Manna dan Salwa. Yaitu banyak permintaan terhadap para nabi. ―Musa, kami bosan dengan makanan ini—Manna dan salwa, berdoalah pada Allah agar mengeluarkan untuk kami biji-bijian dari tanah, seperti kacang, bawang merah, bawang putih, mentimun, dan kacang adas‖.
Musa, nabi Allah, heran dengan sikap kaum yang telah Allah beri Manna dan Salwa, meminta sesuatu yang berbau busuk, kacang adas, kacang, dan bawang. ―Apakah kalian akan mengganti sesuatu yang baik dengan yang lebih rendah. Pergilah ke Mesir. Di sana terdapat apa yang kalian minta‖. Mereka malu terhadap diri mereka sendiri, namun mereka kembali untuk kedua kalinya mengeluh pada Musa panasnya sinar matahari; bukannya mereka bekerja, membuat sesuatu yang dengannya mereka berteduh. Musa berdoa, maka Allah memberikan mereka awan putih yang meneduhi mereka, sedangkan di tempat yang lain cahaya matahari merata.
Di malam hari cahaya bulan merata. Allah memberikan mereka nikmat yang besar. Dalam beberapa malam, yang tidak ada cahaya bulan, Allah menjadikan buat mereka tiang-tiang dari cahaya, yang dengan terangnya mereka berjalan di malam hari.
Mereka keluar dari Mesir, tanpa membawa pakaian, maka mereka mengeluh tentang baju-baju usang mereka pada nabi Allah, Musa. Musa berdoa, maka Allah memberikan nikmat yang lebih besar. Allah membuat pakaian yang selalu bersih. Pakaian-pakaian itu membesar sesuai pemiliknya saat usianya bertambah. Namun mereka tidak memelihara nikmat-nikmat tersebut.
*** Allah mewahyukan Musa a.s. untuk pergi ke puncak gunung Thur. Allah akan
menurunkan syariat-Nya pada Musa dan mengajarkannya Taurat. Di dalamnya petunjuk bagi Bani Israil.
Musa bersiap-siap untuk bertemu Allah, dan berpesan pada saudaranya Harun, seorang nabi dan wakil, agar menjaga Bani Israil selama kepergiannya; agar Harun mengurus urusan-urusan mereka, mengajari mereka apa yang belum mereka ketahui dari syariat Allah. Musa menjelaskan bahwa masa kepergiannya adalah 30 hari.
Musa pergi menemui Tuhannya, menaiki gunung Thur. Di sana syariat Allah turun padanya. Musa puasa selama 30 hari. Ia merasa bau mulutnya telah berubah, maka ia menggunakan siwak —sikat dari akar pohon—untuk membersihkan gigi-giginya. Allah bertanya:
―Mengapa kau melakukannya‖. ―Tuhanku, bau mulutku telah berubah‖. ―Musa, bau mulut orang puasa bagiku lebih wangi dibanding bau minyak
wang i‖. Allah menyuruhnya puasa 10 hari lagi. Maka Musa tinggal (mîqât) bersama Allah genap 40 malam. Allah memberinya lembaran-lembaran berisi Taurat dan pengajarannya.
Pelajaran Taurat meliputi: jangan mencuri, jangan berzina, jangan bersumpah palsu pada temanmu, sembahlah Allah; tiada sekutu bagi-Nya, jangan membunuh, turutilah ayah dan ibumu sampai usiamu tua, jangan memerhatikan terlalu lama rumah temanmu, jangan mengharapkan istrinya dan hamba sahayanya, yaitu iri padanya.
Musa bahagia menerima Taurat. Ia ingin segera menyampaikannya pada kaumnya. Namun Allah menyampaikan berita yang membuatnya sedih. Berita apakah gerangan?!
Sebelum meninggalkan Mesir, orang-orang Yahudi minta orang-orang Mesir agar meminjami mereka emas dan perhiasan agar mereka bisa memakainya pada hari raya, dan berjanji akan mengembalikannya.
Namun niat orang-orang Yahudi adalah mencuri perhiasan wanita yang terbuat dari emas itu, yaitu cincin, anting, gelang kaki, dan sebagainya. Karena Bani Israil bebal, salah seorang dari mereka, Samiri, mencuri emas mereka dengan tipu daya setan. Orang kafir ini mengumpulkan emas-emas itu. Ia membakarnya dan membuat anak sapi jantan, dengan dua lubang di perutnya. Jika udara masuk ke dalam perutnya, maka keluar suara seolah-olah suara sapi. Orang-orang Yahudi menyangka bahwa sapi ini adalah tuhan. Samiri berkata pada
mereka, ―Inilah tuhan kalian dan tuhan Musa.‖ Ia memanfaatkan ketiadaan Musa pada sepuluh hari terakhir.
―Musa telah mati. Inilah tuhan kalian dan tuhannya. Sembahlah anak sapi ini‖. Mereka menurutinya dan menyembahnya, kecuali Harun dan beberapa orang
mukmin yang menolak sujud pada patung emas yang disembah Yahudi, hamba harta dan emas.
Saat Musa hendak kembali pada kaumnya, Allah mengabarkan bahwa kaumnya menyembah patung sapi, maka ia sangat sedih. Ia segera kembali. Di sana ia melihat sapi, dan mengira bahwa Harun telah menyembah sapi bersama mereka. Ia mencekiknya. ―Mengapa kau biarkan mereka menyembah sapi? Apakah kau menyetujuinya?‖ ―Musa, anak ibuku, jangan lakukan ini padaku. Demi Allah, aku telah
menasihati mereka, dan mencegahnya. Namun mereka tetap menyembahnya. Aku menunggumu, hingga kau kembali dengan perintah Allah dalam masalah ini‖.
―Allah marah padamu, Samiri. Pergilah. Siksa Allah akan menimpamu, berupa penyakit; saat tanganmu menyentuh tubuhmu, kulitmu akan terkelupas hingga kau akan
berkata, ‗Jangan sentuh aku.‘‖ Musa membakar sapi itu, dan melemparkannya ke laut. Bani Israil menangis karena sedih terhadap sapi itu. Lalu mereka meminum air laut, tempat leburnya emas itu. Sungguh suatu kebodohan!!
Allah membuka aib orang-orang itu. Warna mulut mereka berubah kuning. ―Wahai kaumku, kalian telah berbuat aniaya terhadap diri kalian sendiri, dengan
menjadikan sapi sebagai tuhan selain Allah. Siksa kalian adalah kalian akan membunuh diri kalian sendiri, hingga Allah mengampuni kalian‖.
Musa memerintahkan orang-orang yang menyembah sapi agar memasuki desa yang gelap. Lalu mengikat diri mereka, hingga datang orang yang tidak menyembah sapi. Mereka akan membunuh Bani Israil itu dengan pedang. Sedangkan tanda Allah menerima taubat mereka adalah datangnya kegelapan, lalu kegelapan itu hilang. Saat kegelapan itu hilang, artinya taubat diterima, sehingga mereka terbebas dari pembunuhan.
Orang yang tidak menyembah sapi mulai membunuh para penyembah sapi hingga anak-anak menjeriti ayah-ayah mereka, para wanita menangis, Musa mengangkat tangannya berdoa pada Allah.
Allah mengabulkan doa Musa, dan menerima taubat mereka. Kegelapan itu hilang. Allah mengampuni orang-orang yang tersisa, dan menyayangi orang-orang yang mati.
*** Allah menyuruh Musa memilih 70 laki-laki Bani Israil untuk pergi ke gunung
Thur. Mereka mohon ampun pada Allah atas penyembahan kaumnya terhadap sapi. Musa memilih 70 laki-laki. Lalu Musa naik bersama mereka ke gunung Thur. Saat Allah berbicara, Musa masuk ke dalam awan dari cahaya; cahaya ini meliputi gunung — seluruhnya bahkan lebih. Bani Israil mendengar perkataan Allah pada Musa.
―Musa, kami tidak akan beriman padamu hingga kami melihat Allah secara langsung‖. Pertanyaan mereka ini karena ragu terhadap Allah Swt., maka Allah mengirimkan petir dari langit pada mereka. Mereka semua mati. Musa menangis. ―Wahai Tuhanku, jika Kau mau, Kau bisa menghancurkan mereka saat mereka menyembah sapi. Tuhanku, akal mereka lemah. Jangan hancurkan kami karena perbuatan orang-orang bodoh. Tuhanku, hidupkanlah mereka. Engkau pelindung kami, maka ampunilah kami. Sayangilah kami. Engkau sebaik-baik orang yang mengampuni. Tulislah untuk kami kebaikan di dunia ini. Kami bertaubat padamu. Kami telah kembali dari maksiat‖.
Allah menghidupkan dan mengampuni mereka. Mereka kembali ke rumah- rumah mereka bersama Musa a.s. Namun mereka kembali pada kemaksiatan, dan tidak pernah meninggalkannya.
Pelajaran Berharga:
1. Bani Israil, yaitu orang-orang Yahudi merupakan kaum yang buruk yang menentang Allah dan rasulnya, dan mengingkari janji merupakan sifat utama mereka.
2. Bersyukur pada Allah atas segala nikmat, bukan membantah dan
3. Hanya menyembah Allah, tiada sekutu baginya.
4. Allah tidak memerintah kecuali kebaikan, selamanya.